tag:blogger.com,1999:blog-19510162709178854792024-03-14T03:19:11.021-07:00Ilmu JurnalisBerbagi Ilmuberbagi ilmuhttp://www.blogger.com/profile/15944071354831038903noreply@blogger.comBlogger16125tag:blogger.com,1999:blog-1951016270917885479.post-71636662139621166852016-05-25T00:17:00.001-07:002016-05-25T00:17:50.269-07:00Publik Relation<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-QQTMBRhEo5c/V0VRB-pj7HI/AAAAAAAAAFM/3LYlkhaZOew0OINHREmDG1ljJ7iMsjVAACLcB/s1600/images-2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://1.bp.blogspot.com/-QQTMBRhEo5c/V0VRB-pj7HI/AAAAAAAAAFM/3LYlkhaZOew0OINHREmDG1ljJ7iMsjVAACLcB/s1600/images-2.jpg" /></a></div>
<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">MENDEFINISIKAN
PUBLIC RELATIONS</span></b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">Apa Hubungan
Masyarakat? Bagi banyak orang, jawaban sederhana semakin mereka Nama
(perusahaan, klien, diri) dalam kertas koran atau di udara dalam sebuah laporan
atau artikel; untuk orang lain itu adalah publisitas yang menarik respon
melalui pengenalan nama atau membubung ing penjualan. Pemerintah melihatnya
sebagai penyebaran informasi, misalnya dalam kampanye promosi kesehatan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">Mengukur
hasil ini satu arah (luar saja) proses biasanya dilakukan dengan mengumpulkan
stek pers dan transkrip siaran dan memberikan Nilai untuk menyebutkan (seperti
iklan setara biaya), kolom inci dan airtime. Ini mungkin deskripsi dari
beberapa public relations sehari-hari kegiatan, tetapi mereka tidak menentukan
proses public relations atau menjelaskan <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">arti 'public
relations' istilah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">Fungsi
manajemen humas adalah yang paling sering dinyatakan dalam definisi. Salah satu
yang paling banyak diajarkan, terutama di Amerika Serikat, adalah bahwa dari Cutlip,
Center dan Broom (2000: 4): "Public relations adalah fungsi manajemen yang
mengidentifikasi, membangun dan mempertahankan mutu- hubungan sekutu
menguntungkan antara organisasi dan berbagai publik yang mempengaruhi
kesuksesan atau kegagalan tergantung. " <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">Ada beberapa
frase untuk dicatat dalam definisi ini terkenal. mereka pertama menggambarkan
public relations sebagai 'fungsi manajemen' yang berarti itu adalah disengaja,
tindakan yang direncanakan yang memiliki hasil dalam pikiran. Hal ini diperkuat
dengan 'mengidentifikasi, membangun dan mempertahankan', yang menunjukkan
penelitian dan rangkaian kegiatan. 'Hubungan saling menguntungkan' berhubungan
dengan dua arah proses komunikasi melalui mana organisasi akan bertindak di
antar EST baik sendiri dan kelompok atau publik dengan yang berinteraksi. Ini Definisi
pergi satu tahap lebih jauh daripada yang lain lakukan dengan mendefinisikan
publik sebagai orang-orang 'yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan
tergantung'. Ini verges pada tautologi sebagai publik dengan sifatnya penting
pusat untuk sebuah organisasi dengan memberikan reputasi dan <i>raison</i>
organisasi komersial, pemerintah atau lainnya <i>d'être.</i> Namun, ini adalah
komentar yang query aspek dari definisi ini, tidak dorong pusat menjadi proses
dikelola dari komunikasi dua arah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">Di Inggris,
definisi umum adalah bahwa diusulkan oleh Institute of Hubungan Masyarakat. Ini
mewujudkan banyak aspek dari definisi AS tapi terutama menghilangkan fungsi
manajemen dan mengatakan: 'Public relations-praktek Praktisnya adalah upaya
terencana dan berkelanjutan untuk membangun dan memelihara goodwill dan saling
pengertian antara suatu organisasi dengan publiknya ' (<a href="http://www.ipr.org.uk/">www.ipr.org.uk</a>). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">Itu tidak
berbagi elemen kontinum 'direncanakan dan berkelanjutan upaya' dengan tujuan
membangun dan mempertahankan goodwill dan pemahaman ing, juga merupakan
aspirasi untuk komunikasi dua arah. Seperti dalam Cutlip, Pusat dan definisi
Broom, ada unsur aspirasional kuat bahwa presuppose ada nirwana komunikasi yang
sempurna yang bisa dihubungi, jika hanya 'goodwill dan pengertian' didirikan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">Sebaliknya,
di era sebelumnya Bernays menekankan unsur persuasif ment dalam definisi bahwa
'Public relations mencoba untuk insinyur publik mendukung.' Ini adalah definisi
satu arah dan mungkin paling dekat dengan com Kendala ini ditemukan sikap
praktisi. Bernays mengembangkan teorinya tentang PR dari penafsirannya tentang
ilmu-ilmu sosial dan psikologi, khususnya. Ia menganggap bahwa pengetahuan
tentang psikologi itu penting karena praktisi harus memahami keragaman manusia tingkah
laku. Dengan memahami perilaku, program public relations dapat dirancang untuk
memenuhi kebutuhan baik klien dan publik sasaran. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">Tidak ada
unsur aspiratif ditawarkan karena definisi Bernays 'adalah berorientasi pada
aksi. Tidak mengherankan, kontribusinya terhadap hubungan masyarakat the ory
telah sangat dikritik sebagai mendorong manipulatif dan menjadi anti-demokrasi.
Akademisi AS Botan dan Hazleton (1989) mengamati bahwa: '[PR] berfungsi sebagai
label definisi untuk proses mencoba untuk mengerahkan simbolik kontrol atas
disposisi evaluatif (sikap, gambar) dan selanjutnya perilaku publik atau
clienteles yang relevan. " Ini adalah salah satu dari beberapa definisi yang
menawarkan pendekatan konseptual untuk proses yang bertentangan dengan
mayoritas yang menggambarkan tujuan dari praktik public relations. Hal ini juga
tegas menempatkan PR di model asimetris persuasif karena penekanannya mengendalikan
komunikasi untuk memenuhi tujuan organisasi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">Dua
kesimpulan yang bisa ditarik dari ini banyak definisi dari publik hubungan. Salah
satunya adalah bahwa ada kesenjangan yang jelas antara dua arah komunikasi model
tion dianjurkan oleh akademisi, seperti Grunig, dan realitas satu cara model
diadopsi oleh praktisi. Ini adalah perbedaan yang berjalan paralel seluruh
perbandingan penelitian akademis dan praktisi yang sebenarnya tingkah laku. Yang
kedua, yang disebut di atas, adalah perdebatan antara mandat yang agerial
pandangan praktek hubungan masyarakat, yang tidak terbatas pada satu arah atau dua
arah definisi, dan pendekatan altruistik yang dicontohkan oleh banyak <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">dua arah
definisi. Pemisahan ini tidak jelas tercermin dalam teori humas, meskipun
tantangan penting untuk keutamaan Model simetris saat ini sedang dipasang. Dengan
penekanan pada pro Moting nilai altruistik atau setidaknya mereka yang saling
menguntungkan, masyarakat hubungan teori tampaknya telah mengambil jalan yang
berbeda dari syarakat lainnya nikasi dan pemasaran disiplin dengan menekankan
legitimasi di mengorbankan penelitian fungsional diterapkan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif;">Refrensi :</span><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 16px;">[Tom_Watson,_Paul_Noble]_Evaluating_Public_Relation. </span></div>
berbagi ilmuhttp://www.blogger.com/profile/15944071354831038903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1951016270917885479.post-70389046566287685612016-05-24T23:51:00.000-07:002016-05-24T23:51:40.985-07:00Sejarah Pers Indonesia Pada Masa Penjajahan<div style="font-family: inherit;"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style> <![endif]--> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><div style="font-family: inherit; margin: 0cm 0cm 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="IN" style="color: #333333;"></span></b></span></div><div style="font-family: inherit; margin: 0cm 0cm 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="IN" style="color: #333333;">Pers (Indonesia) di masa penjajahan (Belanda dan Jepang) pada garis besarnya dapat dibagi dalam empat kelompok. Pers Belanda, Pers Tionghoa/Melayu, Pers Indonesia dan Pers Jepang. Semasa penjajahan, masyarakat Belanda merupakan kaum elitenya, dan bisa difahami pula kala itu pers Belandalah yang merupakan pers yang terbesar, termaju, baik segi fisik maupun manajemennya. </span></span></div><div style="font-family: inherit; margin: 0cm 0cm 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="IN" style="color: #333333;">Adanya pers Belanda bahkan sudah ditengarai sejak zaman Gubernur Jenderal pertama VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) Jan Pieters Zoon Coen, yang diberi nama Memorie der Nouvelles. Penerbitannya kala itu disesuaikan dengan zamannya; tidak dicetak, tetapi ditulis tangan, sesuatu yang merupakan kelaziman di Eropa dan diterapkan oleh Coen di sini.</span></span></div><div style="font-family: inherit; margin: 0cm 0cm 0.0001pt;"><br />
</div><div style="font-family: inherit; margin: 0cm 0cm 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="IN" style="color: #333333;">Memorie der Nouvelles terutama memuat berita-berita dari Nederland, serta dari kepulauan lain yang ada di Hindia dan merupakan bacaan tetap bagi sementara pejabat Belanda yang ada di Ambon.</span></span></div><div style="font-family: inherit; margin: 0cm 0cm 0.0001pt;"><br />
</div><div style="font-family: inherit; margin: 0cm 0cm 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="IN" style="color: #333333;">Pada tahun 1744 Gubernur Jendral van Imhoff membenarkan terbitnya penerbitan secara teratur, diberi nama Bataviase Nouvelles. Namun belum begitu lama terbit atas, perintah Penguasa Kumpeni di Nederland yang dikenal sebagai de Heeren Zeventien (Tuan-tuan 17 orang) yang memegang tampuk pimpinan Kumpeni, penerbitan itu dihentikan, karena dianggap “membawa akibat yang merugikan” tanpa menyebutkan apa yang merugikan itu.</span></span></div><div style="font-family: inherit; margin: 0cm 0cm 0.0001pt;"><br />
</div><div style="font-family: inherit; margin: 0cm 0cm 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="IN" style="color: #333333;">Pada zaman Gubernur Jendral Daendels diterbitkan Balaviasche Koloniale Courant, tiap Jumat; sehari sebelum dicetak, naskahnya harus diperiksakan terlebih dahulu kepada sensor. Segala apa yang akan dicetak, termasuk iklan-iklan harus terlebih dahulu diperlihatkan kepada (setingkat) sekretaris negara. Untuk melakukan sensor itu, sang sekretaris negara mendapat imbalan 10% dari uang pemasukan koran.</span></span></div><div style="font-family: inherit; margin: 0cm 0cm 0.0001pt;"><br />
</div><div style="font-family: inherit; margin: 0cm 0cm 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="IN" style="color: #333333;">Sewaktu Inggris berkuasa di Hindia (Jawa) tahun 1813, oleh penguasa Inggris Jendral Raffles, Bataviasche Koloniale Courant diganti namanya menjadi Java Government Gazette, tetap merupakan penerbitan pemerintah. Namun, setelah ada penyerahan kembali kekuasaan Inggris kepada pihak Belanda, kembali pula nama penerbitan itu menjadi Bataviasche Koloniale Courant. Oleh Gubernur Jendral yang berkuasa kemudian, namanya dirubah menjadi De Javasche Courant (1828) dan konon merupakan “koran’ yang paling panjang usianya di Hindia (Indonesia), karena baru ditutup setelah Jepang datang di Jawa (1942). De Javasche Courant merupakan organ resmi pemerintah (Hindia-Belanda). Baru pada 1851 di Jakarta terbit koran yang sesungguhnya; yaitu De Java Bode, dan De Locomotief di Semarang; sedangkan di Surabaya pada 1853 terbit Het Soerabajaasch Handelsblad.</span></span></div><div style="font-family: inherit; margin: 0cm 0cm 0.0001pt;"><br />
</div><div style="font-family: inherit; margin: 0cm 0cm 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="IN" style="color: #333333;">Pada tahun 1856 ditetapkan adanya Drukpers Reglement, Peraturan Tentang Cetak Mencetak di Hindia Belanda. Di dalamnya disebutkan antara lain, bahwa pihak pencetak harus menyerahkan satu eksemplar dari hasil cetakannya kepada petugas pemerintah yang ditunjuk, untuk mengawasi soal-soal percetakan. Barangsiapa yang tidak mematuhi peraturan-peraturan tentang percetakan ini dapat dikenakan hukuman pencabutan lisensi dan penghapusan uang jaminan.<br />
Sewaktu Het Indisch Vaderland yang terbit di Semarang menurunkan artikel-artikel yang isinya menentang adanya peraturan Tentang Cetak Mencetak tadi maka lisensi (Surat Izin Terbit)-nya dicabut; percetakannya harus ditutup, gedungnya disegel. Pihak penerbit, CGT van Dorp mengajukan persoalannya kepada Gubernur Jenderal; menuntut pemerintah di hadapan Mahkamah Tinggi. Akhirnya dicapai kompromi. Segala sesuatunya akan dikembalikan seperti sediakala, dengan syarat pihak penerbit harus berjanji tidak akan mencetak segala sesuatu yang menghina pemerintah. Namun, karena telah tiga minggu tidak terbit, Het Indische Vederland kehabisan uang. Modalnya tidak dapat membiayai pembangun kembali koran tersebut.<br />
Dalam tahun 1906 sensor preventif dihapus, diganti dengan sensor represif, dan kemudian menjadi lebih dikenal dengan persbreidel ordonantie.<br />
Dalam waktu sepuluh tahun, ordonansi tersebut telah minta korban lima buah suratkabar Belanda; di antaranya Indie Hou Zee yang diterbitkan oleh kaum NSB, Nationaal-Socialistische Beweging, golongan Nazi Belanda, di Semarang. Juga 24 suratkabar Indonesia, yang 13 di antaranya tidak dapat terbit kembali.<br />
Kaum ondernemers, tuan-tuan penguasa perkebunan kopi, kina, teh, karet dan lain sebagainya, di Jawa Timur mula-mula menerbitkan De Soerabajasche Courant, setelah sebelumnya ganti nama dua kali. Kemudian ada juga De Nieuwsbode yang sering memuat tulisan yang dianggap keras oleh pihak gubernemen, sehingga akhirnya pendiri-penerbit-pencetak-redaktur-pemiliknya yang bernama J.J Noise diusir dari tanah Hindia (1866).<br />
Kaum pekerja yang bekerja di perkebunan gula, mendirikan De Indische Courant dengan harapan agar suara mereka didengar dan kepentingan mereka juga diperhatikan.<br />
Di Priangan, Bandung ada Het Algemeen Indisch Dagblad De Preanger Bode (1896), yang pernah dipimpin oleh Dr W.M. Wormser, seorang ahli hukum, Ketua Pengadilan Negeri di Tulungagung (Jatim) yang kemudian terjun dalam bidang jurnalistik pernah pula dipimpin oleh B. Sluimers yang sejak 1953 pernah menjadi pembantu Kantor Berita Antara di Amsterdam.<br />
Medan dan sekitarnya mempunyai korannya sendiri, Mula-mula terbit Deli Courant yang dianggap sebagai pembawa suara kaum direksi. Kemudian muncul Sumatera Post yang dianggap lebih demokratis dan lebih mementingkan masyarakat Belanda sendiri.<br />
Juga golongan Katholik, mempunyai koran De Koerier; sedangkan golongan Indo (Belanda) Onze Courant. Kaum Protestan yang tergabung dalam Christelijke Staatkundig Partij memiliki mingguan De Banier, Golongan Belanda totok yang tergabung dalam Vaderlandse Dub organnya bernama Nederlandsch Indie. Sedangkan Baars dan Sneevliet, pembawa faham komunis ke Indonesia, tahun 1920-an mempunyai Het Vrije Woord.<br />
Dengan bertambah banyaknya orang Belanda yang datang di Indonesia, ditambah dengan kemajuan industri dan lain-lain, maka bertambah berkembang pula keadaan pers mereka. Di antara kaum wartawan Belanda terdapat nama-nama seperti Barrety yang mendirikan kantor berita Aneta (Algemeen Nieuws en Telegraaf Agentschap); Karel Wybrands dari Het Nieuws van den Dag, yang oleh komunitas Belanda disebut “jurnalis Hindia yang besar dari awal abad ke-20.<br />
Kemudian H.C. Zentgraaff yang pernah menjadi militer di Aceh, menulis buku tentang Aceh. Pernah pula ikut perang di Bone, Sulawesi. Dia berpindah-pindah tempat kerja. Pernah di Het Soerabajaasch Handelsblad, De Locomotief dan Java Bode. Tiap artikel yang ditulisnya, selalu ditandai dengan huruf “Z” di belakangnya.<br />
Karel Wijbrands yang mengemudikan Het Nieuws van den Dag (Jakarta) yang dikenal sebagai penulis tajuk yang tajam, berani sekaligus melecehkan lawan-lawannya.<br />
Mereka semua tidak melihat datangnya pasukan Jepang yang menggantikan kedudukan Belanda menjajah Indonesia.<br />
Di zaman Jepang semua pers Belanda ditutup, dan pada lazimnya, kaum wartawan Belanda masuk kamp interniran, kecuali satu dua orang yang bersedia dipergunakan tenaganya oleh Jepang untuk keperluan propaganda. Salah satu di antaranya ialah J.H. Ritman, Pemred Het Bataviasch Nieuwsblad. Dia dipekerjakan di radio pemerintah (Jepang). Pada masa revolusi dia menerbitkan Nieuwsgier, yang mula-mula berwujud stensilan tetapi kemudian terbit tercetak.<br />
Pers Belanda setelah 1945 memang bisa terbit kembali setelah NICA-Belanda kembali berkuasa di sebagian wilayah Republik Indonesia. Pers Belanda dipaksa menghentikan penerbitannya setelah adanya konfrontasi mengenai Irian Barat (1958).<br />
Sudah sejak masa penjajahan Belanda di Indonesia terdapat golongan Cina totok, --yaitu mereka yang langsung datang dari negeri leluhur (Cina), dan kaum peranakan Cina yang di badannya mengalir darah campuran, Cina dan “pribumi’. Kaum peranakan ini dalam perkembangannya tidak mengerti atau hanya sedikit mempergunakan bahasa Cina. Mereka mempergunakan bahasa sendiri yang lazim dinamakan bahasa Melayu-Pasar dan Melayu-Betawi.<br />
Dalam abad ke-20, jumlah kaum Cina totok terus bertambah, namun komunitas Cina-peranakan tetap merupakan mayoritas. Sebagian besar lebih tertarik kepada pendidikan a la Barat. Salah seorang di antaranya ialah Lie Kim Hok yang berhasil mengenyam pendidikan Belanda. Ia kemudian terjun dalam bidang jurnalistik, dan mendirikan sebuah percetakan serta menerbitkan suratkabar Pemberita Betawi. Tetapi itu bukan berarti bahwa Pemberita Betawi merupakan koran Tionghoa-Melayu yang pertama. Sebab, pada 1856 di Surabaya telah terbit pula Soerat Khabar Bahasa Melajoe, yang diusahakan orang Belanda (1856).<br />
Kemudian terbit berbagai suratkabar sejenis, seperti Selompret Melajoe (Semarang), Bintang Timur (Surabaya), Matahari dan Bintang Barat (Jakarta), yang semuanya diterbitkan oleh modal non-Cina. Hal yang demikian juga terjadi di Sumatera, Kalimantan, yang semuanya bermaksud menyediakan bacaan bagi orang-orang Cina kelahiran Indonesia. Sedangkan bagi yang totok juga diterbitkan koran dengan huruf Cina, tetapi kurang begitu dikenal.<br />
Koran Tionghoa-Melayu yang dimodali orang-orang Cina, ialah Perniagaan (Jakarta). Kala itu koran Bintang Betawi yang dikemudikan seorang Eropa (Kieffer) sering menulis artikel yang isinya menghina-nistakan orang-orang Cina. Sejumlah tokoh Cina bersepakat untuk mendirikan suratkabar untuk mengantisipasi Bintang Betawi tersebut. Polemik terjadi antara kedua suratkabar itu, dan akhirnya Bintang Betawi kehabisan nafas. Uniknya ialah bahwa yang mengemudikan Perniagaan adalah seorang Indonesia, bernama F.D.J. Pangemannan.<br />
Kemudian terjadi pula perang-pena antara Perniagaan dan Sin Po yang menjagoi Dr. Sun Yat Sen. Dalam perkembangannya, Perniagaan bertukar nama menjadi Siang Po dengan Pemred Mr. Phoa Liong Gie, anggota Volksraad, Dewan Rakyat bikinan Belanda.<br />
Sebagian besar dari koran Tionghoa-Melayu bisa disebut hidup cukup baik, karena di kalangan komunitas Cina-peranakan telah dirasakan perlunya mendapat kabar berita dalam hubungan dengan usaha masing-masing. Sebagian dari suratkabar itu mula-mula memang dikemudikan oleh tenaga Belanda, namun sedikit demi sedikit tenaga asing itu digantikan oleh tenaga Cina-peranakan sendiri. Adapun alasan menggunakan tenaga asing (Belanda) itu mungkin disebabkan karena status tenaga-tenaga Eropa itu dianggap lebih tinggi dan mereka juga dianggap akan lebih sukar diperkarakan oleh penguasa katimbang redaktur-redaktur Cina. Perubahan itu sangat kentara setelah terjadi Revolusi di Cina (1911). Mereka mendambakan berita-berita baru dari negeri leluhur, ini sedikit banyak membantu berkembangnya pers Melayu-Tionghoa di masa itu di antaranya Sin Po dan Perniagaan.<br />
Sebagian dari komunitas Cina-peranakan sudah sejak 1917 ada yang meninggalkan faham “negeri leluhur’, dan bahkan lebih berorientasi kepada kehidupan (penguasa) kolonial. Dan ini didukung oleh kenyataan bertambahnya warga Cina-peranakan yang mendapat pendidikan Belanda. Mereka ada yang kemudian mendapatkan persamaan hak dengan warganegara Belanda; ikut serta dalam pemilihan Dewan Kota dan Dewan Rakyat (Volksraad), dengan tujuan agar kedudukan politik serta ekonomi mereka terangkat. Perniagaan yang kemudian mengganti nama menjadi Siang Po merupakan corong mereka.<br />
Sementara itu, golongan yang merasa masih ada hubungan dengan negara leluhur, justru menolak kewarganegaraan Belanda dan tidak ikut dalam pemilihan badan legislatif. Sin Po dan Pewarta Soerabaja merupakan corong golongan ini.<br />
Ada pula golongan Cina-peranakan yang tidak masuk golongan pertama dan golongan kedua, tetapi justru memilih untuk berjuang dengan kaum nasionalis Indonesia. Mereka mendirikan Partai Tionghoa-Indonesia dan meskipun tidak disebutkan secara terang-terangan, namun Sin Tit Po (Surabaya) bisa diambil sebagai contoh sebagai koran Tionghoa-Melayu yang membawakan surat PTI ini.<br />
Sin Po yang semula mingguan (1911), setahun kemudian menjadi suratkabar, dipimpin orang Belanda J.R. Razoux Kuhr, mantan kontrolir (penilik), karena kala itu kaum peranakan masih belum begitu berani memegang pimpinan redaksi. Tahun 1916 kedudukannya digantikan oleh Kwee Hing Tjiat, yang kemudian digantikan pula oleh Tjoe Bou San dengan jabatan sebagai Pemimpin Umum dan Pemimpin Redaksi. Kwee Hing Tjiat pergi ke Eropa dan terus membantu Sin Po. Karena tulisannya berjudul Bahaya Putih dan bukunya Doea Kepala Batoe, dia dilarang kembali ke Hindia Belanda. Sewaktu dia kembali dari Eropa dan kapal yang mengangkutnya sampai di Priok dipulangkan ke Cina.<br />
Sementara itu, Kwee Hing Tjiat atas tanggungan Oei Tiong Ham Concern dibenarkan kembali ke Hindia, dan di Semarang dia menerbitkan koran Matahari. Semula korannya akan dinamakan Merdeka, dan kantornya dicat merah, tetapi dilarang pemerintah.<br />
Kemudian terjadilah sengketa dalam kalangan pimpinan Sin Po. Hauw Tek Kong salah seorang pimpinan Sin Po memisahkan diri dan mendirikan koran baru Keng Po. Selanjutnya antara kedua koran terjadilah perang-tulisan atau polemik yang tidak berkesudahan.<br />
Sampai menjelang datangnya Jepang hanya ada 6 suratkabar Tionghoa-Melayu yang terkemuka; itu pun semuanya ada di Jawa yaitu Sin Po, Keng Po, Hong Po, ketiganya di Jakarta, Matahari (Semarang), Pewarta Surabaya dan Sin Tit Po di Surabaya.<br />
Pada lazimnya pers Tionghoa-Melayu loyal kepada pemerintah (Belanda). Pada masa pendudukan Jepang sebagian kaum wartawan Tionghoa-Melayu di antaranya Nio Yoe Lan (Sin Po) dan Injo Beng Goat (Keng Po) dimasukkan ke dalam kamp tahanan, bersama sejumlah anggota Volksraad, kaum intelektual dan juga sejumlah kaum usahawan keturunan Cina lainnya. Yang berhasil lolos adalah Kwee Kek Beng (Sin Po) yang selama pendudukan Jepang bersembunyi di suatu tempat yang justru letaknya tidak jauh dari kantor Kenpei (polisi militer Jepang) di Bandung, sampai kalahnya Jepang.<br />
Sementara itu pihak Jepang sendiri sudah mempunyai koran yaitu Tjahaja Selatan atas usaha Yanagi di Surabaya, dengan redakturnya orang Indonesia, Raden Mas Bintartie. Pernah juga diterbitkan majalah Bende dengan modal Jepang pula, tetapi tidak berusia lama. Yang agak berhasil ialah suratkabar Sinar Selatan (Semarang) yang dipimpin Itami Hiraki, mantan pegawai R. Ogawa, seorang pengusaha toko obat. Kedudukannya kemudian digantikan Mashoed Hardjokoesoemo. Dan ini berjalan hingga pasukan Jepang masuk ke Jawa (1942).<br />
Yang lebih terkenal ialah S. Kubo yang berusaha mendirikan suratkabar dengan modal Jepang; tetapi dalam perkembangannya justru gagal, dengan mengikutkan dua orang wartawan Indonesia terkemuka di zamannya, yaitu Saeroen dan Soediono Djojopranoto.<br />
Semula S. Kubo bersama rekannya telah berhasil menerbitkan suratkabar berbahasa Jepang, Java Nippo. Sewaktu timbul sengketa internal maka S. Kubo mendirikan suratkabar sendiri bernama Nichiran Sogyo Shimbun, yang di kemudian hari berganti nama menjadi Tohindo Nippo.<br />
Pemerintah Hindia Belanda mencium bahwa Kubo berniat juga menerbitkan suratkabar dalam bahasa Indonesia, di samping usahanya yang sudah berhasil, menerbitkan suratkabar Cina dengan huruf Cina yang mempergunakan tenaga redaktur Cina. Usaha Kubo hendak diperluas, mengusahakan penerbitan Indonesia dengan tenaga Indonesia pula. Yang dihubungi adalah Saeroen.<br />
Antara keduanya kemudian tercapai persetujuan bahwa yang bergerak Saeroen dan yang memodali pihak Jepang. Maka dibelilah percetakan Tjahaja Pasundan milik Sasmita. Untuk menghilangkan kecurigaan pihak pemerintah (Hindia Belanda), maka Sasmita pun dibenarkan tetap menjadi pemimpin percetakan itu. Dicarilah tenaga redaksi yang dipercayakan kepada Soediono Djojopranoto; sedangkan korannya diberi nama Warta Suratkabar yang berkantor di Jalan Kramat Raya Jakarta.<br />
Selang beberapa waktu kemudian S.Kubo mendapat kabar, bahwa proses pembelian percetakan kurang beres, karena masih ada kekurangan pembayaran, meskipun kepada Saeroen telah diberikan uang seluruhnya. S. Kubo kemudian minta nasehat kepada atasannya yang ternyata adalah salah satu cabang atau bagian dari Kementerian Luar Negeri Jepang. Kepada Kubo dianjurkan agar melapor kepada Kejaksaan Tinggi Hindia Belanda. Dengan adanya laporan Kubo itu maka usaha pemerintah mengusut liku-liku Jepang dalam usaha berpropaganda melalui pers di Indonesia mendapat jalan. Dalam perkembangannya, Saeroen ditahan, kemudian dijatuhi hukuman karena terbukti kesalahannya.<br />
Dengan adanya apa yang kemudian dikenal sebagai “kubo-affair” itu, gemparlah seluruh pers di Indonesia. Pers Belanda paling santer menyiarkan peristiwa itu dan berulang kali mengingatkan adanya bahaya kuning yang akan datang dari Utara. Sementara itu pers Tionghoa-Melayu sikapnya terpecah, sebab, kala itu ada yang menganut faham pro Chiang Kai Shek, dan ada pula yang diam-diam yang memang pro Jepang. Sedangkan pers Indonesia sebagian besar menyuguhkan berita “kubo affair” secara apa adanya.<br />
Usaha Jepang untuk mempengaruhi masyarakat Indonesia dengan media massa tidak terhenti sampai di situ saja. Beberapa waktu sebelum Perang Pasifik pecah, dari Tokyo dengan gencar dan teratur tiap petang diadakan siaran radio. Yang menjadi penyiarnya adalah Jusuf Hassan; dan tiap kali sebelum penyiaran, dikumandangkan lagu Indonesia Raya. Begitu pula setelah perang Pasifik pecah, sering di daerah Surakarta dan Yogyakarta disebarkan selebaran-selebaran, mengajak rakyat berontak terhadap pemerintah Belanda, karena saatnya kini sudah tiba. Yaitu dengan kedatangan pasukan Jepang, sesuai dengan bunyi Ramalan Jayabaya. Hanya saja dalam surat selebaran itu tidak disebutkan, bahwa “orang cebol kepalang berkulit kuning itu hanya seumur jagung diam di Nusantara untuk kemudian pulang ke asalnya kembali”.<br />
Setelah Jepang berhasil menaklukkan pasukan Belanda di Kalijati, 8 Pebruari 1942, langkah pertama yang dilakukan dalam bidang media massa ialah membiarkan buat sementara penerbitan suratkabar-suratkabar, baik yang berbahasa Belanda, Tionghoa-Melayu, Indonesia maupun yang berbahasa daerah.<br />
Tidak terlalu lama kemudian, pemerintah (militer) Jepang mengeluarkan pengumuman yang intinya “terlarang menerbitkan barang cetakan yang berhubung dengan pengumuman atau penerangan, baik yang berupa penerbitan setiap hari, setiap minggu, setiap bulan maupun penerbitan dengan tidak tertentu waktunya, kecuali oleh badan-badan yang sudah mendapat izin”. Maka tutuplah semua penerbitan yang sudah ada. Koran yang dibenarkan terbit paling awal di Jawa ialah Asia Raya dengan Pemimpin Umum R. Soekardjo Wirjopranoto dan R.M. Winarno Hendronoto sebagai Pemimpin Redaksinya. Baru kemudian menyusul koran-koran lainnya, seperti Suara Asia (Surabaya) dengan R. Toekoel Soerohadinoto sebagai Pemimpin Umum dan R. Abdulwahab Surowirono selaku Pemimpin Redaksi; Sinar Baru (Semarang) di bawah asuhan Abdulgafar Ismail dan Dr. Buntaran Martoatmodjo sebagai Pemimpin Umum. Kemudian keduanya digantikan oleh Parada Harahap; Sinar Matahari (Yogya) dengan R. Rudjito (Pemimpin Umum) dan R.M. Gondoyuwono (Pemimpin Redaksi); dan Tjahaja (Bandung) dengan Otto Iskandardinata sebagai Pemimpin Umum dan A. Hamid sebagai Pemimpin Redaksi. Sementara itu Antara masih dibenarkan beroperasi, tetapi namanya diganti dengan Yashima, yang kemudian diganti lagi menjadi Domei Bagian Indonesia.<br />
Selain nama-nama tadi, sejumlah wartawan lainnya yang dibenarkan mengelola suratkabar ialah Adinegoro (Kita Sumatora Shimbun di Medan), Abdul Wahid (Atjeh Shimbun, Kotaraja), Madjid Usman (Padang Nippo, Padang), Nungtjik (Palembang Shimbun, Palembang), A.A. Hamidhan (Borneo Shimbun, Banjarmasin), Manai Sophian (Pewarta Serebesu, Makasar), O.H. Pantauw (Menado Shimbun), R.R. Paath (Borneo Barat Shimbun, Pontianak), Pattimaipau (Sinar Matahari, Ambon) dan Tjokorde Ngurah (Bali Shimbun, Den Pasar).<br />
Tidak semua koran terbit tiap hari tetapi ada yang hanya dua atau tiga kali tiap minggu. Pada tiap redaksi selalu ada orang Jepangnya yang menjadi Shidokan atau Pemimpin Umum.<br />
Kaum wartawannya digiring ke dalam Jawa Shimbunsha Kai (Perhimpunan Wartawan Jawa), kaum senimannya dihimpun dalam Keimin Bunka Shidoosho. Diterbitkanlah triwulanan Keboedajaan Timoer dan juga berkala Panggung Giat Gembira yang memuat kisah-kisah garapan Barisan Propaganda untuk dipentaskan di atas panggung sandiwara.<br />
Juga Badan Pembantu Perjurit mempunyai berkalanya sendiri yaitu Pradjoerit, diasuh Madikin Wonohito dan Itjiki sebagai Pengawasnya. Ada pula Djawa Baroe yang terbit dalam bahasa Indonesia diselingi bahasa Jepang dengan huruf Honji dan Katakana.<br />
Untuk kaum peranakan Cina di Jawa disediakan Kung Yung Pao, dengan Oei Tiang Tjoei sebagai Pemimpin Umum dan Soema Tjoe Sing sebagai Pemimpin Redaksi. Oei Tiang Tjoei (yang kemudian berganti nama menjadi Permana) sebelum Jepang datang mengemudikan Hong Po, dan di jaman pendudukan Jepang diangkat menjadi anggota Chuo Sangi- In (Dewan Pertimbangan Pusat) oleh pemerintah.<br />
Majalah Pandji Pustaka yang sejak penjajahan Belanda diterbitkan Balai Pustaka tetap dibenarkan terbit; mula-mula mingguan baru kemudian dwi mingguan. Ini disebabkan untuk menghemat kertas, mengingat di zaman perang tidak ada impor kertas. Dalam perkembangannya, Pandji Pustaka juga dilikuidasi dan sebagai gantinya terbit Indonesia Merdeka, yang penerbitannya diusahakan oleh Jawa Hookoo Kai (Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa) sampai kemerdekaan Indonesia diproklamasikan. Pengasuh Pandji Pustaka berganti-ganti, dari Koesoema St. Pamuntjak, Armijn Pane, dan akhirnya W.J.S. Poerwodarminto. Sedangkan Indonesia Merdeka yang terbit hanya sekitar empat bulan saja, diasuh oleh Andjar Soebijanto.<br />
Sementara itu untuk bacaan rakyat di desa-desa yang masyarakatnya sebagian besar belum atau tidak menguasai bahasa Indonesia, diterbitkan lembaran koran untuk tiap keresidenan. Bahasanya bahasa daerah (Sunda, Jawa, Madura). Edisi Sunda diawasi Anwar Tjokroaminoto, sedangkan edisi Jawa dan Madura diawasi Imam Soepardi.<br />
Kedudukan Hoodoohan (bagian sensor) yang dibagi dalam dua bagian sangat penting. Bagian Penyiaran yang mengurus penyiaran-penyiaran pemerintah dipimpin T. Itjiki dan Syamsuddin Sutan Makmur. Bagian sensor, penilikan atas isi suratkabar, majalah, buku dan lain sebagainya, dipimpin Oejehara dan Mr. Elkana Tobing.<br />
Selain itu juga diadakan Peraturan Pemerintah tentang pelayanan terhadap wartawan terdiri dari 11 pasal. Pasal pertama menyebutkan, semua pegawai suratkabar, termasuk pegawai Tata Usaha, kecuali pegawai rendahan tidak terhitung, disebut wartawan. Juga disebutkan, bahwa wartawan ada di bawah penilikan pegawai-pegawai pemerintah daerah masing-masing.<br />
Pasal 8 dan 9 menetapkan hukuman bagi para wartawan jika melanggar maksud pemerintah. Kewajiban wartawan ialah semata-mata menyokong usaha pemerintah, Jika ada wartawan yang merintangi pekerjaan pemerintah, maka akan diambil sikap yang sekeras-kerasnya.<br />
Terjadi peristiwa penangkapan atas sejumlah wartawan. Korban pertama adalah Mr. Sumanang karena membiarkan korannya (Pemandangan) memuat gambar Tenno Heika kaisar Jepang tertutup oleh bulatan hinomaru (bendera Jepang). Juga Mohammad Tabrani ditangkap, karena di zaman Belanda dianggap menghasut R.H. Oned Djoenaedi agar tidak menjual Percetakan Pemandangan kepada pihak Jepang untuk menerbitkan suratkabamya. Juga R.M. Winarno Hendronoto ditangkap karena memasang bendera merah-putih di depan mobilnya. Sedangkan di Malang, Jawa Timur, wartawan Domei bernama Koesen dibunuh Kenpei dengan tuduhan mendengarkan siaran radio musuh. Ada yang berkisah, karena dia menyembunyikan orang yang kebetulan sedang dicari Jepang.<br />
Begitu pula di Kalimantan, sejumlah wartawan menjadi korban keganasan penjajah Jepang. Wartawan Anomputra di Kalimantan Barat dihukum mati dengan tuduhan mengadakan gerakan di bawah tanah untuk menumbangkan pemerintah yang sah. Korban lainnya adalah Housman Babou, M. Hohman, Anang Acil dan Amir Bondan, semuanya di Banjarmasin. Sedangkan Smits, pemimpin Borneo Post dipenggal kepalanya dan jenazahnya dibuang ke sungai Martapura, ketika Jepang untuk kali pertama menduduki Banjarmasin.<br />
Pada zaman ini pula, perusahaan-perusahaan suratkabar tergabung dalam Jawa Shimbun Kisha (Penerbit Suratkabar Jawa). Secara bergantian kaum wartawan dari berbagai kota dikumpulkan di Jakarta, untuk mendapat latihan Semangat Nippon sekaligus baris berbaris. Lama latihan sebulan, tetapi belum begitu lama pelatihan itu berlangsung, Indonesia merdeka.<br />
Kala itu bukan saja semua apa yang akan dicetak (termasuk iklan) terlebih dahulu harus diperiksa Hoodoohan (Badan Sensor), tetapi juga oplaag-nya pun ditentukan oleh penguasa. Penduduk seluruh Indonesia di masa itu diperkirakan 60 juta, 30 juta di antaranya diam di Jawa. Untuk jumlah sekian itu, oplaag atau banyaknya penerbitan bersama dari semua suratkabar suratkabar (di Jawa) tidak boleh melebihi 80.000. Sedangkan majalah mingguan keresidenan masing-masing tidak boleh melebihi 5.000 lembar.<br />
Di samping kekejaman dan pengekangan mengutarakan pendapat di zaman Jepang kaum wartawan Indonesia mendapat kesempatan meraih sesuatu yang positif. Satu di antaranya ialah pengenalan alat-alat modern, terutama dalam bidang cetak mencetak. Di zaman Belanda, biasanya percetakan tempat mencetak suratkabar Indonesia masih mempergunakan handset. Huruf demi huruf harus disusun, dan kata demi kata untuk selanjutnya menjadi kalimat. Satu atau dua alinea dari gabungan huruf itu lalu diikat, diberi tinta di atasnya untuk menjadi proefdruk, contoh pencetakan untuk dikoreksi. Bila pencetakan selesai, maka huruf-huruf tadi dikembalikan ke tempat semula, untuk dipergunakan keesokan harinya bila hendak mencetak lagi.<br />
Di zaman Jepang, koran-koran bisa menggunakan mesin dan percetakan yang semula dipakai oleh koran-koran Belanda, yang tentunya jauh lebih modern dan lebih canggih.<br />
Selain itu, di zaman Jepang koran-koran harus menggunakan bahasa Indonesia umum, dan dilarang menggunakan bahasa Melayu-Tionghoa atau bahasa Indonesia yang tidak lazim. Perkembangan bahasa Indonesia di zaman Jepang memang bagus dan menggembirakan. Dalam hal ini kaum wartawan Indonesia secara tidak langsung membantu memberi jasa. Sejumlah kaum intelek Indonesia dan Cina yang di zaman Belanda suka membaca koran Belanda dan suka berbahasa Belanda (juga di kalangan keluarga sendiri) terpaksa membaca koran dan majalah bahasa Indonesia.<br />
Juga di zaman Jepang, kaum wartawan Indonesia meskipun secara lahiriah terhambat mengutarakan rasa pirasa hati serta pikiran, namun dalam kenyataannya mereka masih selalu mampu menyebarluaskan semangat kebangsaan, semangat untuk hidup merdeka dan mandiri, tidak dijajah oleh bangsa asing.</span></span></div><div style="font-family: inherit; margin: 0cm 0cm 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="IN" style="color: #333333;">Anwar Tjokroaminoto yang lebih dikenal dengan nama samarannya Bang Bedjat sebagai penjaga pojok Asia Raya pernah menurunkan tulisan lebih kurang begini: “Awalan ‘se’ itu ada yang mengartikan ‘satu’. Jangan ditafsirkan neka-neka, bila ada yang bilang Nippon-Indonesia sehidup semati”.<br />
Konon, karena tulisan pojoknya itu Bang Bedjat kemudian tidak dibenarkan mengemudikan Asia Raya lagi, dan kedudukannya digantikan orang lain.<br />
Indonesia sudah merdeka, tetapi Jepang masih berkuasa. Pada awal September 1945 terbitlah “koran gelap” yang banyak ditempelkan di pohon-pohon di pinggir jalan atau di dinding-dinding gedung. Berita Indonesia yang diusahakan oleh sejumlah mahasiswa dan pelajar sebagai imbangan dari terbitnya Berita Gunseikanbu, koran Jepang yang khusus dicetak berisi pengumuman-pengumuman pemerintah militer, setelah Jepang kalah perang. Dalam perkembangannya, Berita Indonesia terbit terus, meskipun sering berganti pimpinan dan pemilik. Pemrakarsa terbitnya Berita Indonesia disebut-sebut Soeraedi Tahsin, Sidi Moharmnad Syaaf, Roesli Amran, Soeardi Tasrif dan Anas Ma’roef.<br />
Sementara itu komunitas Arab pada waktu yang sama juga memiliki persnya sendiri, namun tidak begitu menonjol sehingga kurang mendapat perhatian khalayak. Oplaag-nya pun tidak besar dan isinya terutama mengenai soal-soal yang menyangkut keagamaan.<br />
Pada masa-masa awal penerbitan pribumi banyak memuat hal-hal yang mengenai kebudayaan, agama, hiburan dan sedikit perdagangan. Pada 1855 di Surakarta diterbitkan Bromartani, mingguan berbahasa Jawa, diembani Carel Frederick Winter jurubahasa dikeraton Solo, dan juga Poespitomantjawarna yang diasuh oleh Winter Jr. Kedua-duanya ditulis dalam bahasa Jawa halus (kromo). Kemudian menyusul Djoeroemartani yang diusahakan Groot Kolff & Co. yang beberapa tahun kemudian atas perintah Sri Sunan namanya diubah menjadi Bromartani, nama seperti yang pernah diterbitkan oleh juru bahasa keraton yang kala itu sudah wafat.<br />
Begitulah kemudian di berbagai tempat bermunculan penerbitan pribumi lainnya, sebagian diusahakan Zending (golongan Protestan), juga oleh kalangan nonpri dan kemudian sejalan dengan perkembangan zaman, oleh orang-orang Indonesia sendiri; terutama setelah timbulnya organisasi dan perkumpulan-perkumpulan politik maupun sosial atau keagamaan.<br />
Sebagai pelopor disebut-sebut Dr. Abdul Rivai dan Dr. Wahidin Sudirohusodo. Dr. Rivai selama belajar di Eropa, selalu mengirim tulisan untuk Bintang Hindia dan kemudian di Bintang Timur. Dialah wartawan Indonesia pertama yang menulis artikel-artikel dari luar negeri. Isi tulisannya sering menghantam kebijaksanaan Pemerintah yang dianggap banyak merugikan rakyat. Dan juga menganjurkan bangsanya agar suka menuntut ilmu seperti orang Eropa.<br />
Sedangkan Dr. Wahidin dikenal sebagai “pemberi nama” kepada organisasi yang didirikan Soetomo dan kawan-kawan, Boedi Oetomo. Dia memimpin Retnodoemilah sejak 1900 yang semula didirikan dan diasuh oleh F.L. Winter, penerbitannya dalam bahasa Melayu dan bahasa Jawa.<br />
Ada pula yang menyebutkan, bahwa sebagai Bapak Jurnalistik Indonesia adalah Landjumin Datuk Temenggung, yang mengemudikan majalah Tjahaja Hindia dan kemudian suratkabar Neratja. Menurut ukuran zamannya, Neratja merupakan suratkabar yang cukup modern; karena, selain merupakan suratkabar milik bangsa Indonesia asli, juga yang mulai memuat gambar-gambar foto, dengan tata muka yang sudah meninggalkan tatacara lama. Hal yang sangat langka pada masa itu.<br />
Ada pula yang mengatakan, bahwa Datuk Sutan Maharadja pengasuh Utusan Melayu (Padang), yang terbit 3 x seminggu, layak dianggap Bapak Jurnalistik, setidak-tidaknya untuk wilayah Sumatera.Yang jelas, atas bantuan Datuk Sutan Maharadjalah maka bisa diterbitkan Sunting Melaju, terbit sekali seminggu yang membawa tenar nama pengasuhnya, Rohana Kuddus (lihat lema Rohana Kuddus) dan Ratna Djuita sebagai redaktris. Rohana Kuddus boleh disebut sebagai wartawati pertama Indonesia dan namanya bisa dijajarkan dengan R.A. Kartini di Jawa atau Dewi Sartika (di daerah Priangan).<br />
Di samping artikel-artikel biasa Sunting Melaju yang mempunyai moto “Suratkabar untuk kaum wanita Minangkabau” itu juga memuat sejarah, biografi, syair-syair dan iklan.<br />
Menarik juga bahwa sebagian besar dari penulis karangan untuk Sunting Melayu terdiri dari kaum perempuan juga, yang diam di sekitar kota Padang. Kaum Zending sebelum itu sudah mempunyai medianya. Biang Lala yang diasuh oleh guru/pendeta Stefanus Sandiman terbit pada 1867, disusul Bintang Djohar (1873) dan lebih kurang pada waktu yang bersamaan terbitlah di Menado Tjahaja Siang yang kuat bertahan hingga 1927.<br />
Pers Indonesia boleh dikatakan mulai berkembang setelah kaum elit Indonesia merasa memerlukan alat komunikasi, terutama sebagai akibat bertambahnya sekolah-sekolah baik yang dibuka pemerintah maupun oleh bangsa Indonesia sendiri. Terutama lagi setelah berdirinya berbagai perkumpulan dan organisasi, yang kemudian merasa masing-masing memerlukan alat propaganda atau corongnya sendiri. Empat organisasi dan partai politik Indonesia yang memegang peranan dalam perkembangan pers Indonesia adalah Boedi Otomo, Sarekat Islam, de Indische Partij dan PKI.<br />
Setelah dua tahun berdiri Boedi Oetomo berhasil mempunyai organ yakni Darmo Kondho yang baru pada 1926 menjadi koran suratkabar. Mula-mula dianggap bersuara lunak, kemudian dinilai agak keras. Tenaga yang mengasuhnya berganti-ganti, satu di antaranya adalah Raden Mas Soedarjo Tjokrosisworo, wartawan terkemuka di zamannya. Dalam perkembangannya, Darmo Kondho terbit dalam dua edisi; edisi Jawa dan edisi Indonesia, masing-masing bernama Pustaka Warti dan Pewarta Oemoem. Setelah Boedi Oetomo fusi dengan Partai Bangsa Indonesia menjadi Partai Indonesia Raya (Parindra), semua suratkabar yang diasuhnya diberi nama “Oemoem”. Di Surabaya ada Soeara Oemoem, di Solo ada Pewarta Oemoem, dan di Bandung, kemudian pindah ke Jakarta Berita Oemoem.<br />
Menjelang datangnya Jepang Parinda merupakan satu-satunya partai di Indonesia yang mempunyai media propaganda yang paling banyak, baik yang menggunakan bahasa daerah maupun yang menggunakan bahasa Belanda.<br />
Sarekat Islam, dengan organnya Oetoesan Hindia (Surabaya) langsung diasuh oleh Haji Oemar Said Tjokroaminoto dinilai sangat radikal, terutama tulisan-tulisan dari pembantu-pembantunya seperti Haji Agus Salim, Abdoel Moeis, Soerjopranoto, Samsi dan lain-lain, dianggap sangat berpengaruh kepada komunitasnya. Bahkan penerbitan di luar Jawa sering pula mengambil oper tulisan dari Oetoesan Hindia. Sayang sekali, karena sebagian pembaca Oetoesan Hindia kurang rajin membayar uang langganan, maka akhirnya suratkabar tadi terpaksa menghentikan penerbitannya (1923).<br />
Oetoesan Hindia bukan satu-satunya organ Sarekat Islam. Di Semarang SI mempunyai Sinar Djawa dan Pantjaran Warta di Jakarta, dan Saroetomo di Surakarta. Di Saroetomo ini wartawan muda Mas Marco (Soemarko Kartodikromo) sering rnenulis artikel-artikel yang menyebabkan dia sering berurusan dengan pengadilan. Kemudian dia mendirikan majalah Doenia Bergerak yang membawa suara PKI dan yang menyebabkan dia akhirnya dibuang ke Boven Digul, Papua.<br />
PKI bukan hanya memiliki Doenia Bergerak saja, tetapi juga Mowo (= arang membara); Hobromarkoto (=Rata Bersinar) semuanya di Solo. Lalu Proletar (Surabaya), Petir dan Torpedo (Padang), Goentoer (Medan), Halilintar (Pontianak), dan di beberapa tempat lainnya lagi. Oplaag media mereka tidak terlalu besar dan biasanya hanya berumur beberapa nomor saja.<br />
De Indische Partij, juga mempunyai penerbitannya sendiri, namun yang terkenal ialah Het Tijdschrift dan De Expres. Kedua nama itupun tidak dapat dipisahkan dengan tiga nama yang pernah mengasuh dan mengisinya yaitu Ernest Douwes Dekker, Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat. Dalam tahun 1913 ketiga insan itu dibuang ke tiga tempat di Indonesia, tetapi ketiga-tiganya memilih untuk pergi ke Nederland. Di sana pun mereka masih meneruskan menulis artikel untuk berbagai penerbitan di Indonesia.<br />
Di Nederland sendiri, pada masa penjajahan itu, para mahasiswa Indonesia yang belajar di sana menghimpun diri dalam Perhimpunan Indonesia, yang mempunyai organ Indonesia Merdeka terbit dalam dua bahasa, Indonesia dan Belanda. Meskipun oplaag-nya sangat kecil, namun pengaruh Indonesia Merdeka cukup besar, terutama bagi para pemimpin pergerakan serta kaum terpelajar yang ada di Indonesia yang kala itu sebagian besar masih muda usia.<br />
Perkembangan pers Indonesia bisa dikatakan sejajar dengan perkembangan partai politik dan organisasi komunitas yang memilikinya. Sekitar tahun 1930 Mohammad Tabrani merpakan sedikit di antara pemuda Indonesia yang kala itu menuntut ilmu jurnalistik di luar negeri (Jerman), menulis mengenai keadaan pers Indonesia. Dalam bukunya Ons Wapen (Senjata Kita) dia mengulas, bahwa keadaan pers Indonesia masih mengecewakan. Pendidikan kaum wartawannya sangat minim; cara pemberitaannya sangat primitif dan sering tidak dapat dipercaya; kurang adanya rubrik seperti pandangan luar negeri, kesenian, perdagangan, ilmu pengetahuan, sedangkan tatausahanya sangat amburadul. Sedangkan para langganannya membayar uang abonemen tidak pada waktunya, dan teknik percetakan pun kurang memadai. Wartawan (redaktur)nya dibayar sangat minim. Namun demikian, Tabrani berpendapat semua itu masih bisa diperbaiki.<br />
Kala itu, selain Tabrani, ada dua pemuda Indonesia lainnya yang menuntut ilmu jurnalistik di Jerman. Yaitu Djamaluddin Adinegoro dan Jahja Jakub. Nama yang disebut akhir ini sesaat bergerak di bidang pers, tetapi kemudian tidak pernah disebut-sebut lagi kegiatannya.<br />
Kemudian ada juga Herawati Latip yang lalu menjadi Herawati Diah, yang menuntut ilmu dalam bidang jurnalistik di Columbia University New York, dan berhasil mencapai gelar Bachelor of Arts. Menjelang pecahnya Perang Pasifik dia diminta pulang oleh orang tuanya, dan singgah di Manilla dan diterima menjadi tamu Presiden Manuel Quezon.<br />
Selebihnya, masih ada beberapa yang merupakan jebolan (drop out) NIAS, Nederlands Indische Artsen School (Sekolah Kedokteran Hindia Belanda) di Surabaya, seperti Abdulwahab Djojowirono, Ahmad Dermawan Lubis, Taher Tjindarboemi. Juga ada Soemarto Djojodihardjo yang kemudian berhasil mencapai gelar Sarjana Hukum, Winarno Hendronoto yang pernah mengenyam pelajaran di Santi Niketan (Lahore), Mr R.M. Sumanang Soeriowinoto dan Mr Soedjatmiko yang digantikannya mengemudikan redaksi Pemandangan. Ada yang belajar ilmu jurnalistik di dalam negeri, seperti Burhanuddin Muhammad Diah yang menjadi siswa Dr. Douwes Dekker Setiabudhi di Ksatriaan Instituut Bandung. Anwar Tjokroaminoto di Sekolah Guru (Hollands Inlandse Kweekschool).<br />
Tetapi, pada umumnya kaum wartawan Indonesia yang berani memimpin majalah atau koran sebagian besar hanya berpendidikan sekolah rendah saja. Mereka cakap membaca dan menulis, hasil pelajaran yang mereka peroleh di sekolah rendah, kemudian ditambah dari belajar sendiri, membaca di sana sini. Kemudian tergugahlah hati mereka untuk berani tampil sebagai pemimpin redaksi atau redaktur majalah atau suratakabar.<br />
Dengan bermodalkan sedikit pengetahuan dan pengalaman, jiwanya terpanggil untuk memberi tuntunan serta bimbingan kepada bangsanya yang masih menjadi bangsa jajahan, hidup nista dan sengsara. Bila mereka menghendaki perbaikan nasib, maka belenggu penjajahan harus diputus. Mereka harus menjadi bangsa yang merdeka.<br />
Semangat kemerdekaan, semangat cinta tanah air dan bangsa, berjuang untuk merdeka, inilah yang kemudian ditanamkan dan disebarluaskan kepada sidang pembaca masing-masing.<br />
Ujar R. Brotokesowo “Pada masa lampau untuk menjadi wartawan diperlukan keberanian untuk menghadapi dua persoalan. Berani berhutang kepada pelanggan dan percetakan, dan berani menghadapi delict.” Dalam kenyataannya pada masa penjajahan tidak sedikit kaum wartawan yang keluar masuk bui, disebabkan terkena ranjau pers yang sudah disediakan pihak penjajah. Bahkan bukan masuk keluar bui saja, tetapi juga berani menghadapi risiko dibuang ke Tanah Merah Boven Digul. Jumlah mereka yang pasti, belum pernah dilakukan penelitian secara khusus. Namun, dapat disebutkan nama-nama, misalnya, Raden Mas Gondojoewono, Soediono Djojopranoto, Tjempono, Oesman Gelar Sutan Keadilan, Ali Arham, Soekindar, Soemantri, Soenardi, Samsi, Martoyo, Boedi Soetjitro, Sismadi Sastrosiwoyo, A. Dasoeki, K.H. Misbach, Sabilal Rasjad, Firdaus Harus al-Rasjid, Noeroes Ginting Soeka, A.C. Salim, H. Datoek Batoeah, U. Pardede.<br />
Dari nama-nama yang tercantum dapat diketahui pula bahwa mereka bukan berasal dari etnis Jawa saja, tetapi dari berbagai suku di Indonesia. Mereka dibuang ke Digul dengan predikat jurnalis atau wartawan.<br />
Dalam kenyataannya, pergerakan kemerdekaan Indonesia mempergunakan tiga alat dalam perjuangannya, yakni pendidikan, olah-raga dan pers.<br />
Adanya perguruan Muhammadiah, Taman Siswa, perguruan yang diusahakan Paguyuban Pasundan, INS (lndonesische Nationale School) di Kayutanam, Sumatra Tawalib Padangpanjang, Pondok Pesantren Modern Ponorogo dan ribuan pesantren yang terserak di seluruh kepulauan, selain mengajarkan ilmu agama, juga mendidik para santrinya untuk selalu berdikari, sekaligus mencintai tanah airnya.<br />
Adalah suatu kenyataan pula, bahwa tiap pemimpin gerakan kebangsaan dan keagamaan di Indonesia pada masa lampau, pernah mengemudikan berkala atau suratkabar dari organisasi yang dipimpinnya. Haji Oemar Said Tjokroaminoto (Oetoesan Hindia), Ir. Soekarno (Fikiran Rakyat), Bung Hatta, Bung Syahrir (Daulat Rakyat), Douwes Dekker alias Setiabudhi (De Expres, Het Tijdschrift), Dr. Sam Ratulangie (Nationale Commentaren), Ki Hadjar Dewantara (Penggugah), Rangkayo Rasuna Said (Menara Puteri), Dr. Tjipto Mangunkusurno (Het Tijdschrift), Dr. Soetomo (Soeara Oemoem) dan masih banyak lainnya lagi.<br />
Pada lazimnya, pada waktu itu soal materi tidak begitu dihiraukan. Mereka terjun dalam bidang kewartawanan dan jurnalistik memang dengan penuh dedikasi serta rasa pengabdian kepada perjuangan negara dan bangsa. Hanya satu dua orang pemimpin redaksi suratkabar Indonesia yang bergajih lebih dari seratus gulden. Djamaludin Adinegoro (Pewarta Deli) selain mendapat mobil, juga menerima gajih 400 gulden. Mr. Sumanang (Pemandangan) tanpa mobil, menerima 400 gulden. Mr. Soenarjo yang memimpin Sedio Tomo (Yogya) dan yang kemudian pernah menjadi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, menerima 75 gulden. Sedangkan para redakturnya rata-rata menerima 15-25 gulden, itupun kadang-kadang dibayarkan 2 x sebulan. Dan para pembantu (medewerker) koresponden di daerah honornya dibayar sesuai dengan pendek panjangnya berita yang dimuat. Dihitung sentimeteran.<br />
Keadaan demikian baru berubah sedikit, pada waktu pendudukan Jepang. Karena statusnya pegawai, maka kaum wartawan dapat menerima gajih teratur tiap bulan, dengan jumlah relatif baik ketimbang pada masa sebelumnya.<br />
Perihal kecilnya pendapatan kaum wartawan Indonesia, dapat dimaklumi sebab musababnya. Bukan saja oplaag koran-koran Indonesia kecil, tetapi sebagian besar dari mereka tidak ditopang oleh adanya iklan. Hal yang demikian berlaku baik bagi pers yang berbahasa Indonesia maupun yang berbahasa daerah.<br />
Di antara tahun-tahun 1920-40an di berbagai daerah terbit pula pers bahasa daerah. Gubernemen sendiri di samping menerbitkan tengah mingguan Pandji Poestaka yang berbahasa Indonesia, juga menerbitkan tengah mingguan Kadjawen dan Parahiangan yang masing-masing berbahasa Jawa dan Sunda. Di Surabaya pernah terbit mingguan bahasa Jawa Soeloeh Oemoem, pimpinan Raden Panji Sosrokardono, yang diusahakan pihak Persatuan Bangsa Indonesia dan yang kemudian terbit dalam bahasa Indonesia dengan nama Soeara Oemoem. Lalu ada suratkabar Expres pimpinan kakak beradik Ajat dan Asal. Di Yogya ada Sedio Tomo yang pernah dipimpin Mr. Soenarjo. Kaum Katolik memiliki Swara Tama, mingguan bahasa Jawa yang cukup besar.<br />
Penerbitan yang menggunakan bahasa Jawa yang mampu hidup sampai datangnya Jepang ialah mingguan Panyebar Semangat, pimpinan Imam Soepardi. Koran ini bukan saja tahan sampai datangnya Jepang, tetapi dengan oplaag 13.000 eks/minggu juga merupakan penerbitan yang paling besar oplaagnya di Indonesia pada masa itu.<br />
Juga ada Pembela Rakyat yang terbit dalam dwi bahasa, Indonesia dan Jawa, dipimpin Soekandar Tjokrosoedarmo. Pada suatu ketika Tjokrosoedarmo terkena delict dan sewaktu dibawa ke pengadilan, tangannya diborgol. Kasus ini menimbulkan protes dari pihak Perdi (Persatuan Djoernalis Indonesia), karena sebelum itu pemerintah telah berjanji, tidak akan melakukan pemborgolan lagi terhadap kaum wartawan. Saroehoem Hasiboean wartawan di Cirebon beberapa waktu sebelumnya juga diborgol tangannya sewaktu dibawa ke pengadilan, dan kaum wartawan Indonesia mengajukan protes.<br />
Kalangan Sunda juga mempunyai penerbitannya sendiri. Sipatahoenan dan Sinar Pasundan, masing-masing dipimpin Bakrie Soeraatmadja dan Imbih Djajakoesoemah. Keduanya terbit di Bandung.<br />
Di Tapanuli pernah pula diterbitkan majalah berbahasa Batak, Palito (1929) pimpinan Gustaaf Adolf, disusul oleh Pemberita Batak dan Bintang Batak. Sedangkan di Tarutung terbit Pardomuan Batak yang diasuh Fridolin Pangabean.<br />
Meskipun berkala dan koran-koran tadi terbit dalam bahasa daerah, tetapi pada dapat disebutkan bahwa pada umumnya isinya sesuai dengan aliran zamannya yakni menyebarluaskan semangat nasionalisme, semangat cinta tanah air dan bangsa Indoensia. Dalam bidang organisasi kewartawanan, juga dipelopori pers Belanda, dengan didirikannya Journalisten Vereeniging di Jakarta pada 1907. Ketuanya W. Wiggers (Taman Sarie), penulis F.D.J. Pangemanan (Perniagaan), pembantu Gouw Peng Liang (Sinar Betawie). Sepak terjang organisasi gabungan ini kurang dikenal dan tidak hidup begitu lama. Yang lebih terkenal ialah de Nederlandse Journalistenkring yang rupa-rupanya merupakan cabang dari organisasi wartawan di Nederlan, sebab di belakang nama organisasi tadi ditambahkan kata-kata in Nederlands Indie (di Hindia Nederland). Organisasi kewartawanan yang anggotanya melulu wartawan Belanda ini mempunyai organ, De Journalist sampai datangnya Jepang. Kaum wartawan Tionghoa-Melayu sementara itu mempunyai organisasinya, Tjoe Piet Hwee diketuai Pek Pak Eng (1920). Organisasi ini tidak pernah berkembang dan mati dengan sendirinya.<br />
Di Solo pada 1914 berdiri Inlandse Journalisten Bond diketuai Mas Marco (Sarotomo), sedangkan anggota-anggotanya ada yang pedagang, guru atau mantri kepatihan. Pada masa itu barangsiapa yang pernah menulis di suratkabar atau majalah, boleh menyebut dirinya jurnalia.<br />
Dr. Tjipto Mangunkusumo pada tahun 1919 mendirikan Perkoempoelan Indiers Journalisten Bond dengan organnya Panggugah (Pembangun). Sebagai Sekretaris organisasi ditunjuk Heerlan Soetadi, dan keuangan H.M. Misbach.<br />
Di Surabaya pada 1925 Raden Mas Bintarti mendirikan Sarekat Journalist Asia, yang dari namanya dapat ditarik kesimpulan bahwa yang menjadi anggotanya adalah wartawan Indonesia dan non-pri. Hal yang sama terjadi pula di Yogya, hanya namanya saja yang beda yaitu Perserikatan Journalist Asia dengan Mr. Soejoedi sebagai ketuanya. Sebagaimana halnya organisasi wartawan lainnya yang bersifat lokal, usia kedua organisasi tadi tidak terlalu panjang.<br />
Yang mempunyai cabang dan yang agak panjang usianya ialah Perkoempoelan Kaoem Journalist atau PKJ yang didirikan di Semarang (1931). Ketuanya Saeroen (Siang Po); penulis Bakrie Soeraatmadja; (Sipatahoenan, Bandung), Koesoemodirdjo (Darmo Kondho, Solo), Soejitno (Sin Tit Po, Surabaya) dan Joenoes (Bahagia, Semarang). Sebagai wakil ketua terpilih Wignjadisastra (kantor berita HIPA, Jakarta) dan Parada Harahap (Bintang Timur, Jakarta).<br />
Bertepatan dengan diadakannya Kongres Indonesia Raya ke-11 di Solo (1933), berhimpun pulalah sejumlah wartawan Indonesia dan bersepakat mendirikan Perdi (Persatuan Djurnalis Indonesia). Ketuanya Soetopo Wonobojo (Koemandang Rakjat, Solo), R.M. Soedarjo Tjokrosisworo (Midden Java Redacteur Soeara Oemoem). Penulis, R. Sjamsu Hadiwijoto (Adil, Solo), Sjamsuddin Sutan Makmur (Daya Upaya, Semarang), Bakri Soeraatmadja (Sipatahoenan, Bandung), Inu Perbatasari Mertokoesoemo (Oetoesan Indonesia, Yogya) dan Joenoes Dirk Syaranamoeal (Soeara Oemoem, Surabaya). Pada waktu berdirinya, Perdi mempunyai cabang-cabang di Solo, Yogya, Semarang, Surabaya, Jakarta dan Bandung.<br />
Dalam sejarahnya, Perdi terus berdampingan dengan pergerakan rakyat yang waktu itu tergabung dalam GAPI (Gabungan Politik Indonesia), yaitu suatu federasi dari partai-partai politik nasional yang ada pada masa itu, dan dengan MIAI (Majelis Islam Ala Indonesia), federasi sejumlah ormas dan partai Islam.<br />
Sejumlah kaum wartawan muslim di sekitar 1935-an di Medan, mendirikan Warmusi (Wartawan Muslimin Indonesia), dipelopori oleh Mohammad Yunan Nasution (Pedoman Masyarakat), Zainal Abidin Ahmad (Pandji Islam), dan di Jawa Soerono Wirohardjono (Adil, Solo), Wali al-Fatah dan Ghafar Ismail.<br />
Sebagaimana halnya ormas dan perkumpulan lainnya, maka pada zaman Jepang baik Perdi maupun Warmusi menghentikan kegiatannya atau membubarkan diri.<br />
Bahwasanya pers Indonesia sudah menyadari keperluan adanya sebuah kantor berita, terbukti telah dirintis oleh beberapa wartawan untuk mendirikan persbureau. Terlebih pula, setelah ternyata bahwa Aneta sangat tidak pernah memperhatikan apa yang terjadi di komunitas Indonesia. Peristiwa-peristiwa penting, seperti Kongres Bahasa Indonesia, Kongres Perdi, Kongres PGHB (Persatuan Guru Hindia Belanda) dan lain-lainnya lagi, tidak pernah disiarkan Aneta.<br />
Parada Harahap pernah berusaha mendirikan kantor berita Alpena (Algemeen Pers en Nieuws Agentschap) dengan cabangnya di Purwokerto. Kemudian A. Wignyadisastra, koresponden berbagai suratkabar, sekaligus menjadi pegawai Balai Pustaka, juga pernah mencoba mendirikan HIPA (Het Indonesische Pers Agentschap) di Jakarta. Di Medan oleh Muhammad Yunan Nasution juga pernah didirikan Persbureau Himalaya. Semuanya tidak tahan lama.<br />
Bratanata di Cirebon pernah pula mengeluarkan buletin stensilan bernama Nicork (National Indonesische Correspondentie Kantoor), yang semula dimaksudkan sebagai persbureau. Tetapi dalam perkembangannya justru menjadi suratkabar dan bernama Nicork-Expres, kuat bertahan sampai Jepang datang.<br />
Sekitar 1930-an, Mohammad Arif Lubis di Medan membangun Inpera (Indonesische Pers Agentschap). Di Ambon John Tupamahu mendirikan Maloekoe dengan menerbitkan buletin kantor berita.<br />
Di Kalimantan pada tahun 1926 seorang putra Dayak, Housman Babou dan L.H. Rumdjain putra Minahasa mendirikan Borpena (Borneo Pers en Nieuws Agentschap); dalam tahun 1928 namanya diubah menjadi Kalpena (Kalimantan Pers en Nieuws Agentschap). Kantor berita ini bertahan sampai 1934 karena kalah bersaing dengan Aneta.<br />
Sementara itu, sewaktu Soewardi Soerjaningrat dibuang ke Nederland, dia juga mencoba mendirikan kantor berita di sana, Indonesische Persbureau yang tujuan utamanya untuk lebih memperkenalkan nama Indonesia, dengan sendirinya kantor berita tadi menghentikan kegiatannya, setelah Soewardi kembali pulang ke Indonesia.<br />
Yang langgeng hidupnya ialah Kantor Berita Antara, yang didirikan pada tahun 1937 oleh Mr. Sumanang, Albert Sipahutar, Adam Malik dan Pandoe Kartawiguna. Antara dalam sejarah ternyata timbul tenggelam dengan bangsa yang melahirkan, membesarkan dan yang memilikinya.<br />
Antara pada masa penjajahan merupakan eksponen penting bagi perjuangan kemerdekaan. Sebagaimana halnya pers dan kaum wartawan Indonesia masa itu umumnya, terlebih dahulu nasionalis, baru kemudian wartawan. Pers Indonesia di masa penjajahan adalah pers perjuangan. (Soebagijo I.N Sumber: Abdullah Latief 1980 Pers di Indonesia di zaman pendudukan Jepang, “Karya Anda” Surabaya; Abdurrachman Surjomihardjo, Beberapa Segi Perkembangan Pers di Indonesia ldayu, Jakarta; Abdurrachman Surjomihardjo 1980: Beberapa Segi Perkembamgan Sejarah Pers di Indonesia. Deppen RI-Leknas LIPI; Departemen Penerangan : suratkabar Indonesia pada Tiga Zaman, tanpa tahun; Evert - Jan Hoogerwerf 1990 : Persgeschiedenis van Indonesia tot 1942. KITLV Uitgeverij, Leiden; Kwee Kek Beng 1948; Doea Poeloe Lima Tahon sebagai Wartawan. Kuo-Batavia; Leo Suryadinata 1981 Eminent Indonesian Chinese. Gunung Agung Singapore; Moerthiko 1978. Pelita Hidup. Sekretariat Empeh Wong Kam Fu, Semarang; Nio Joe Lan 1946. Dalem Tawanan Djepang. Lotus Co, Djakarta Kota; S.P.S. Djakarta. 1958 Sekilas Perdjuangan Suratkabar; Soebagijo IN. 1977: Sejarah Pers Indonesia, Dewan Pers; Soendoro : Djurnalistiek Seperempat Abad dalam Ragi Buana, Agustus 1970; Sumanang Mr. 1953. Buku Pelajaran pers dan Journalistik, Balai Pustaka Jakarta; Tio le Soei 1955 Lie Kim Hok, Good Luck Bandung; Tamar Djaja 1980. ROHANA KUDUS Srikandi Indonesia. Mutiara, Jakarta; L. Taufik Drs. 1977. Sejarah dan Perkembangan Pers di Indonesia. PT. Triyinco; Wormser. Mr. C.W. Journalistiek op Java. Uitgeverij W. van Hoeve, Deventer, tanpa tahun; Wormser. Mr. C.W. Drie en Dertig Jaren op Java. Amsterdam; Surat-suratkabar Kompas, Sinar Harapan, Soerabaya Post, Kedaulatan Rakjat, Suara Merdeka)</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><span lang="IN">Sumber :</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><span lang="IN">www.google.com</span></span></div><a href="https://3.bp.blogspot.com/-mddUKaibuRk/V0VLdiHcwoI/AAAAAAAAAE4/1Rg_zWPhbAg8NsF3Nqc2yTRpzl1Zm6dXQCLcB/s1600/Pers11.jpg" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://3.bp.blogspot.com/-mddUKaibuRk/V0VLdiHcwoI/AAAAAAAAAE4/1Rg_zWPhbAg8NsF3Nqc2yTRpzl1Zm6dXQCLcB/s320/Pers11.jpg" /></a>berbagi ilmuhttp://www.blogger.com/profile/15944071354831038903noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1951016270917885479.post-46162514208000987072016-05-24T23:41:00.000-07:002016-05-24T23:41:18.005-07:00Kode EtikKode Etik Jurnalistik (KEJ) pertama kali dikeluarkan oleh PWI (persatuan wartawan Indonesia) antara lain menetapkan :<br />
1. Berita diperoleh dari cara yang jujur. Wartawan selalu menanyakan identitas apabila sedang melakukan tugas peliputan.<br />
2. Meneliti kebenaran suatu berita atau keterangan sebelum menyiarkan<br />
3. Sebisanya membedakan antara kejadian dan pendapat.<br />
4. Menghargai dan melindungi kedudukan sumber berita yang tidak mau disebut namanya. Hal ini, seorang wartawan tidak boleh memberikan tahu di mana ia mendapat beritanya jika orang yang memberikannya memintanya untuk merahasiakannya.<br />
5. Tidak memberikan keterangan yang diberikan secara off the record.<br />
6. Dengan jujur menyebutkan sumbernya dalam mengutip berita atau tulisan dari suatu surat kaber atau penerbitan, untuk kesetiakawanan profesi.<br />
7. Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan dan kecakapannya untuk kepentingan sendiri atau kepentingan golongan.<br />
Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI) melipiti tujuh hal sebagai berikut :<br />
1. Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar.<br />
2. Wartawan Indonesia menempuh tata cara yang etis untuk memperoleh dan menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber informasi.<br />
3. Wartaran Indonesia menghormati azas praduga tak bersalah, tidak mencampur pakwa dan opini, berimbang dan selalu meneliti kebenaran informasi serta tidak melukan plagiat.<br />
4. Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, sadis, cabul, serta tidak menyebutkan identitas korban kejahatan asusila.<br />
5. Wartawan Indonesia tidak menerima suap dan tidak menyalahgunakan profesi.<br />
6. Wartawan Indonesia memiliki Hak Total, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai kesepakatan.<br />
7. Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam pemberitaan serta melayani Hak Jawab.<br />
KEWI kemudian ditetapkan sebagai Kode Etik yang berlaku bagi seluruh wartawan Indonesia. Penetapan dilakukan oleh Dewan Pers—sebagaimana diamanatkan UU No. 40 Tahun 1999 tantang Pers—melalui SK Dewan Pers No. 1/SK-DP/2000 tanggal 20 Juni. (asep Syamsul M. Romli: 2000)<a href="https://2.bp.blogspot.com/-PbBdSh5Vnsk/V0VJBqH5D4I/AAAAAAAAAEo/B7BmS8WS6JMcHzBBaplG40CLpF31bRojwCLcB/s1600/EP24.png" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://2.bp.blogspot.com/-PbBdSh5Vnsk/V0VJBqH5D4I/AAAAAAAAAEo/B7BmS8WS6JMcHzBBaplG40CLpF31bRojwCLcB/s320/EP24.png" /></a>berbagi ilmuhttp://www.blogger.com/profile/15944071354831038903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1951016270917885479.post-14105433586902249932016-05-24T23:27:00.000-07:002016-05-24T23:34:41.419-07:00Publik RelationEVOLUSI PUBLIC RELATIONS
[Tom_Watson,_Paul_Noble]_Evaluating_Public_Relation
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-MtrPQmT4faY/V0VFc80yfOI/AAAAAAAAAEc/JUFRutlT_jk5H4NVXTn4B5RYB7W-owh5ACLcB/s1600/02.JPG" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://3.bp.blogspot.com/-MtrPQmT4faY/V0VFc80yfOI/AAAAAAAAAEc/JUFRutlT_jk5H4NVXTn4B5RYB7W-owh5ACLcB/s320/02.JPG" /></a>
Praktek public relations, seperti yang diamati hari ini, telah dikembangkan dari pers agentry dan publisitas sejak pergantian abad terakhir. Akademisi AS James Grunig dan Todd berburu menganggap bahwa 'public relations-seperti aktivitas' dapat ditelusuri kembali ke 1800 SM di antara retorika Yunani, tetapi garis langsung keturunan dari Aegean ke public relations saat ini industri sulit untuk mendeteksi (Grunig dan Hunt, 1984).
Hal ini dilihat oleh banyak sebagai telah berevolusi dari Amerika Serikat dan praktis tioners ada mengklaim keturunan dari Phineas T Barnum (dari Barnum dan Bailey Circus ketenaran). Lebih mungkin, datang dari dasar pemerintah dalam utama negara kombatan selama Perang Dunia I. perlu untuk mengontrol informasi dan untuk memotivasi populasi Inggris, Prancis dan Amerika Serikat menyebabkan pembentukan organisasi propaganda pemerintah. Sebuah contoh diberikan Komite US Informasi Publik, yang dilakukan masi program komunikasi mational untuk menginduksi perubahan opini publik.
Konsep informasi ini satu arah PR sebagai praktek publisitas persuasif terus sebagai modus dominan sepanjang 20 orang abad. Hal itu dicontohkan di Amerika Serikat dan Inggris dengan peran yang dilakukan oleh agen pers yang ditawarkan untuk mendapatkan nama-nama klien dalam pers di kembali untuk pembayaran berdasarkan garis keturunan yang muncul.
Sebuah kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan hubungan masyarakat datang dari Edward Bernays di tahun 1920-an. Dia dipromosikan satu- lebih canggih Pendekatan cara untuk komunikasi dengan berpendapat bahwa PR mencoba untuk insinyur dukungan publik melalui penggunaan informasi, persuasi dan penyesuaian.
Bagi banyak praktisi public relations, persuasi adalah hasil yang diinginkan kegiatan mereka, apakah itu untuk mengubah sikap pemerintah terhadap klien, mempromosikan titik majikan pandang atau menciptakan kesadaran-produk yang SLT atau layanan dan dengan demikian penjualan dukungan. Itu juga merupakan penilaian yang diterapkan oleh klien yang meminta apakah 'PR upaya' membuat perubahan yang baik yang diuntungkan cial dan membuat dampak pada keuntungan. Namun Bernays tidak menyederhanakan advokasi Minyak mentah cate, satu arah komunikasi. Tujuannya adalah untuk menerapkan ilmu sosial metode pertama untuk penelitian situasi dan kemudian untuk membuat yang paling efektif metode komunikasi.
Absen dari pendekatan awal adalah konsep yang dikembangkan dari dua arah komunikasi, strategi dan umpan balik diterapkan pada program Kegiatan (seperti dibahas nanti, sangat banyak evaluasi dalam peran formatif). Bernays dan praktisi terkemuka lainnya AS, beberapa bekerja sama dengan biro iklan, lebih metodis dalam penelitian dan strategi mereka, tapi agen pers dan publisitas orang tetap jangka pendek dalam pendekatan mereka. Mereka berkonsentrasi pada mendapatkan inci kolom copy di surat kabar dan majalah, tidak mendefinisikan strategi untuk memenuhi tujuan klien.
Dari tahun 1950 dan seterusnya, pengertian seperti 'saling menguntungkan' dan 'goodwill' menjadi lebih luas dan public relations mulai menjauh dari nya akar dalam publisitas terhadap pendekatan yang lebih terencana. sementara signifikan kemajuan telah dibuat, masalah ini tetap menjadi perhatian utama. Pada tahun 2004, sebuah studi penelitian yang dilakukan untuk Inggris IPR (Institute of Public Relations) dan CDF (Forum Direktur Komunikasi) menyimpulkan dengan serangkaian mendasi rekomendasi-termasuk: 'Industri PR harus lebih menekankan pada pemahaman teknis yang diperlukan untuk melakukan perencanaan yang tepat, penelitian dan evaluasi (PRE).
berbagi ilmuhttp://www.blogger.com/profile/15944071354831038903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1951016270917885479.post-79010906745789787282011-06-14T09:42:00.000-07:002011-06-14T09:42:29.788-07:00ILMU PHOTOGRAFI<m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-Rqrdg2pZNgY/TfeCbKYaOHI/AAAAAAAAABg/m2qU_8tHk3U/s1600/cam.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-Rqrdg2pZNgY/TfeCbKYaOHI/AAAAAAAAABg/m2qU_8tHk3U/s1600/cam.jpg" /></a></div><b><span lang="IN"><br />
</span></b><br />
<span lang="IN">Kata photography berasal dari kata photo yang berarti cahaya dan graph yang berarti gambar.</span><br />
<span lang="IN">Jadi photography bisa diartikan menggambar/melukis dengan cahaya.</span><br />
<b><span lang="IN">Jenis-jenis kamera : </span></b><br />
<b><span lang="IN"><br />
</span></b><span lang="IN">a) <i><u>Kamera film</u></i>, sekarang juga disebut dengan kamera analog oleh beberapa orang.<br />
Format film<br />
Sebelum kita melangkah ke jenis-jenis kamera film ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu<br />
berbagai macam format/ukuran film.<br />
1. <b><i>APS, Advanced Photography System.</i></b> Format kecil dengan ukuran film 16×24mm, dikemas<br />
dalam cartridge. Meski format ini tergolong baru, namun tidak populer. Toko yang menjual film<br />
jenis ini susah dicari di Indonesia<br />
2.<b><i> Format 135</i></b>. Dikenal juga dengan film 35mm. Mempunyai ukuran 24×36mm, dikemas dalam<br />
bentuk cartridge berisi 20 atau 36 frame. Format ini adalah format yang paling populer, banyak<br />
kita temui di sekitar kita<br />
3. <b><i>Medium format</i></b><br />
4. <b><i>Large format</i></b><br />
Jenis Film<br />
1. Film B/W, film negatif hitam putih<br />
2. Film negatif warna. Paling populer, sering kita pakai<br />
3. Film positif, biasa juga disebut slide. Lebih mahal dan rawan overexposure. Meski demikian<br />
warna-warna yang dihasilkan lebih bagus karena dapat menangkap rentang kontras yang lebih<br />
luas<br />
Jenis-jenis kamera Film<br />
1. <i>Pocket/compact</i>. Kamera saku. Populer bagi orang awam, sederhana dan mudah<br />
dioperasikan. Menggunakan film format 35mm<br />
2. <i>Rangefinder</i>. Kamera pencari jarak. Kecil, sekilas mirip dengan kamera saku. Bedanya,<br />
kamera ini mempunyai mekanisme fokusing (karenanya disebut rangefinder). Umumnya<br />
menggunakan film format 35mm<br />
3. <i>SLR, Single Lens Reflex</i>. Kamera refleks lensa tunggal. Populer di kalangan profesional,<br />
amatir dan hobiis. Umumnya mempunyai lensa yang dapat diganti. Menggunakan film format<br />
35mm. Disebut juga kamera sistem<br />
4. <i>TLR, Twin Lens Reflex</i>. Kamera refleks lensa ganda. Biasanya menggunakan format medium<br />
5.<i> Viewfinder.</i> Biasanya menggunakan format medium<br />
Kamera manual dan kamera otomatis. Kamera-kamera SLR terbaru umumnya sudah<br />
dilengkapi sistem autofokus dan autoexposure namun masih dapat dioperasikan secara<br />
manual.<br />
b ) <i><u>Kamera digital</u></i><br />
Menggunakan sensor digital sebagai pengganti film<br />
1. Consumer. Kamera saku, murah, mudah pemakaiannya. Lensa tak dapat diganti. Sebagian<br />
besar hanya punya mode full-otomatis. Just point and shoot. Beberapa, seperti Canon seri A,<br />
memiliki mode manual.<br />
2. Prosumer. Kamera SLR-like, harga menengah. Lensa tak dapat diganti. Shooting Mode<br />
1 / 2<br />
Pengetahuan Tentang Ilmu Photografi<br />
manual dan auto<br />
3. DSLR. Digital SLR<br />
Lensa Kamera<br />
mata dari kamera, secara umum menentukan kualitas foto yang dihasilkan lensa memiliki 2<br />
properties penting yaitu panjang fokal dan aperture maksimum.<br />
Field of View (FOV)<br />
tiap lensa memiliki FOV yang lebarnya tergantung dari panjang fokalnya dan luas film/sensor<br />
yang digunakan.<br />
Field of View Crop<br />
sering disebut secara salah kaprah dengan focal length multiplier. Hampir semua kamera digital<br />
memiliki ukuran sensor yang lebih kecil daripada film 35mm, maka pada field of view kamera<br />
digital lebih kecil dari pada kamera 35mm. Misal lensa 50 mm pada Nikon D70 memiliki FOV<br />
yang sama dengan lensa 75mm pada kamera film 35mm (FOV crop factor 1.5x)<br />
Jenis-jenis Lensa<br />
a. berdasarkan prime-vario<br />
1. Fixed focal/Prime, memiliki panjang fokal tetap, misal Fujinon 35mm F/3.5 memiliki panjang<br />
fokal 35 mm. Lensa prime kurang fleksibel, namun kualitasnya lebih tinggi daripada lensa zoom<br />
pada harga yang sama<br />
2. Zoom/Vario, memiliki panjang fokal yang dapat diubah, misal Canon EF-S 18-55mm<br />
F/3.5-5.6 memiliki panjang fokal yang dapat diubah dari 18 mm sampai 55 mm. Fleksibel<br />
karena panjang fokalnya yang dapat diatur<br />
b. berdasarkan panjang focal<br />
1. Wide, lensa dengan FOV lebar, panjang fokal 35 mm atau kurang. Biasanya digunakan untuk<br />
memotret pemandangan dan gedung<br />
2. Normal, panjang fokal sekitar 50 mm. Lensa serbaguna, cepat dan harganya murah<br />
3. Tele, lensa dengan FOV sempit, panjang fokal 70mm atau lebih. Untuk memotret dari jarak<br />
jauh<br />
c. berdasarkan aperture maksimumnya<br />
1. Cepat, memiliki aperture maksimum yang lebar<br />
2. Lambat, memiliki aperture maksimum sempit<br />
d. lensa-lensa khusus<br />
1. Lensa Makro, digunakan untuk memotret dari jarak dekat<br />
2. Lensa Tilt and Shift, bisa dibengkokan<br />
Ketentuan lensa lebar/tele (berdasarkan panjang focal) di atas berlaku untuk kamera film<br />
35mm. Lensa Nikkor 50 mm menjadi lensa normal pada kamera film 35mm, tapi menjadi lensa<br />
tele jika digunakan pada kamera digital Nikon D70. Pada Nikon D70 FOV Nikkor 50 mm setara<br />
dengan FOV lensa 75 mm pada kamera film 35mm</span><br />
<span lang="IN">Sumber dari : http://www.iwan-laksmana.com.</span><br />
<div class="MsoNormal"><br />
</div>berbagi ilmuhttp://www.blogger.com/profile/15944071354831038903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1951016270917885479.post-75156443487930436092011-06-14T09:35:00.000-07:002011-06-14T09:41:03.072-07:00Sejarah Pers Indonesia Pada Masa Penjajahan<div style="font-family: inherit;"><m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><div style="font-family: inherit; margin: 0cm 0cm 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"><b><span lang="IN" style="color: #333333;"></span></b></span></div><div style="font-family: inherit; margin: 0cm 0cm 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="IN" style="color: #333333;">Pers (Indonesia) di masa penjajahan (Belanda dan Jepang) pada garis besarnya dapat dibagi dalam empat kelompok. Pers Belanda, Pers Tionghoa/Melayu, Pers Indonesia dan Pers Jepang. Semasa penjajahan, masyarakat Belanda merupakan kaum elitenya, dan bisa difahami pula kala itu pers Belandalah yang merupakan pers yang terbesar, termaju, baik segi fisik maupun manajemennya. </span></span></div><div style="font-family: inherit; margin: 0cm 0cm 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="IN" style="color: #333333;">Adanya pers Belanda bahkan sudah ditengarai sejak zaman Gubernur Jenderal pertama VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) Jan Pieters Zoon Coen, yang diberi nama Memorie der Nouvelles. Penerbitannya kala itu disesuaikan dengan zamannya; tidak dicetak, tetapi ditulis tangan, sesuatu yang merupakan kelaziman di Eropa dan diterapkan oleh Coen di sini.</span></span></div><div style="font-family: inherit; margin: 0cm 0cm 0.0001pt;"><br />
</div><div style="font-family: inherit; margin: 0cm 0cm 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="IN" style="color: #333333;">Memorie der Nouvelles terutama memuat berita-berita dari Nederland, serta dari kepulauan lain yang ada di Hindia dan merupakan bacaan tetap bagi sementara pejabat Belanda yang ada di Ambon.</span></span></div><div style="font-family: inherit; margin: 0cm 0cm 0.0001pt;"><br />
</div><div style="font-family: inherit; margin: 0cm 0cm 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="IN" style="color: #333333;">Pada tahun 1744 Gubernur Jendral van Imhoff membenarkan terbitnya penerbitan secara teratur, diberi nama Bataviase Nouvelles. Namun belum begitu lama terbit atas, perintah Penguasa Kumpeni di Nederland yang dikenal sebagai de Heeren Zeventien (Tuan-tuan 17 orang) yang memegang tampuk pimpinan Kumpeni, penerbitan itu dihentikan, karena dianggap “membawa akibat yang merugikan” tanpa menyebutkan apa yang merugikan itu.</span></span></div><div style="font-family: inherit; margin: 0cm 0cm 0.0001pt;"><br />
</div><div style="font-family: inherit; margin: 0cm 0cm 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="IN" style="color: #333333;">Pada zaman Gubernur Jendral Daendels diterbitkan Balaviasche Koloniale Courant, tiap Jumat; sehari sebelum dicetak, naskahnya harus diperiksakan terlebih dahulu kepada sensor. Segala apa yang akan dicetak, termasuk iklan-iklan harus terlebih dahulu diperlihatkan kepada (setingkat) sekretaris negara. Untuk melakukan sensor itu, sang sekretaris negara mendapat imbalan 10% dari uang pemasukan koran.</span></span></div><div style="font-family: inherit; margin: 0cm 0cm 0.0001pt;"><br />
</div><div style="font-family: inherit; margin: 0cm 0cm 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="IN" style="color: #333333;">Sewaktu Inggris berkuasa di Hindia (Jawa) tahun 1813, oleh penguasa Inggris Jendral Raffles, Bataviasche Koloniale Courant diganti namanya menjadi Java Government Gazette, tetap merupakan penerbitan pemerintah. Namun, setelah ada penyerahan kembali kekuasaan Inggris kepada pihak Belanda, kembali pula nama penerbitan itu menjadi Bataviasche Koloniale Courant. Oleh Gubernur Jendral yang berkuasa kemudian, namanya dirubah menjadi De Javasche Courant (1828) dan konon merupakan “koran’ yang paling panjang usianya di Hindia (Indonesia), karena baru ditutup setelah Jepang datang di Jawa (1942). De Javasche Courant merupakan organ resmi pemerintah (Hindia-Belanda). Baru pada 1851 di Jakarta terbit koran yang sesungguhnya; yaitu De Java Bode, dan De Locomotief di Semarang; sedangkan di Surabaya pada 1853 terbit Het Soerabajaasch Handelsblad.</span></span></div><div style="font-family: inherit; margin: 0cm 0cm 0.0001pt;"><br />
</div><div style="font-family: inherit; margin: 0cm 0cm 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="IN" style="color: #333333;">Pada tahun 1856 ditetapkan adanya Drukpers Reglement, Peraturan Tentang Cetak Mencetak di Hindia Belanda. Di dalamnya disebutkan antara lain, bahwa pihak pencetak harus menyerahkan satu eksemplar dari hasil cetakannya kepada petugas pemerintah yang ditunjuk, untuk mengawasi soal-soal percetakan. Barangsiapa yang tidak mematuhi peraturan-peraturan tentang percetakan ini dapat dikenakan hukuman pencabutan lisensi dan penghapusan uang jaminan.<br />
Sewaktu Het Indisch Vaderland yang terbit di Semarang menurunkan artikel-artikel yang isinya menentang adanya peraturan Tentang Cetak Mencetak tadi maka lisensi (Surat Izin Terbit)-nya dicabut; percetakannya harus ditutup, gedungnya disegel. Pihak penerbit, CGT van Dorp mengajukan persoalannya kepada Gubernur Jenderal; menuntut pemerintah di hadapan Mahkamah Tinggi. Akhirnya dicapai kompromi. Segala sesuatunya akan dikembalikan seperti sediakala, dengan syarat pihak penerbit harus berjanji tidak akan mencetak segala sesuatu yang menghina pemerintah. Namun, karena telah tiga minggu tidak terbit, Het Indische Vederland kehabisan uang. Modalnya tidak dapat membiayai pembangun kembali koran tersebut.<br />
Dalam tahun 1906 sensor preventif dihapus, diganti dengan sensor represif, dan kemudian menjadi lebih dikenal dengan persbreidel ordonantie.<br />
Dalam waktu sepuluh tahun, ordonansi tersebut telah minta korban lima buah suratkabar Belanda; di antaranya Indie Hou Zee yang diterbitkan oleh kaum NSB, Nationaal-Socialistische Beweging, golongan Nazi Belanda, di Semarang. Juga 24 suratkabar Indonesia, yang 13 di antaranya tidak dapat terbit kembali.<br />
Kaum ondernemers, tuan-tuan penguasa perkebunan kopi, kina, teh, karet dan lain sebagainya, di Jawa Timur mula-mula menerbitkan De Soerabajasche Courant, setelah sebelumnya ganti nama dua kali. Kemudian ada juga De Nieuwsbode yang sering memuat tulisan yang dianggap keras oleh pihak gubernemen, sehingga akhirnya pendiri-penerbit-pencetak-redaktur-pemiliknya yang bernama J.J Noise diusir dari tanah Hindia (1866).<br />
Kaum pekerja yang bekerja di perkebunan gula, mendirikan De Indische Courant dengan harapan agar suara mereka didengar dan kepentingan mereka juga diperhatikan.<br />
Di Priangan, Bandung ada Het Algemeen Indisch Dagblad De Preanger Bode (1896), yang pernah dipimpin oleh Dr W.M. Wormser, seorang ahli hukum, Ketua Pengadilan Negeri di Tulungagung (Jatim) yang kemudian terjun dalam bidang jurnalistik pernah pula dipimpin oleh B. Sluimers yang sejak 1953 pernah menjadi pembantu Kantor Berita Antara di Amsterdam.<br />
Medan dan sekitarnya mempunyai korannya sendiri, Mula-mula terbit Deli Courant yang dianggap sebagai pembawa suara kaum direksi. Kemudian muncul Sumatera Post yang dianggap lebih demokratis dan lebih mementingkan masyarakat Belanda sendiri.<br />
Juga golongan Katholik, mempunyai koran De Koerier; sedangkan golongan Indo (Belanda) Onze Courant. Kaum Protestan yang tergabung dalam Christelijke Staatkundig Partij memiliki mingguan De Banier, Golongan Belanda totok yang tergabung dalam Vaderlandse Dub organnya bernama Nederlandsch Indie. Sedangkan Baars dan Sneevliet, pembawa faham komunis ke Indonesia, tahun 1920-an mempunyai Het Vrije Woord.<br />
Dengan bertambah banyaknya orang Belanda yang datang di Indonesia, ditambah dengan kemajuan industri dan lain-lain, maka bertambah berkembang pula keadaan pers mereka. Di antara kaum wartawan Belanda terdapat nama-nama seperti Barrety yang mendirikan kantor berita Aneta (Algemeen Nieuws en Telegraaf Agentschap); Karel Wybrands dari Het Nieuws van den Dag, yang oleh komunitas Belanda disebut “jurnalis Hindia yang besar dari awal abad ke-20.<br />
Kemudian H.C. Zentgraaff yang pernah menjadi militer di Aceh, menulis buku tentang Aceh. Pernah pula ikut perang di Bone, Sulawesi. Dia berpindah-pindah tempat kerja. Pernah di Het Soerabajaasch Handelsblad, De Locomotief dan Java Bode. Tiap artikel yang ditulisnya, selalu ditandai dengan huruf “Z” di belakangnya.<br />
Karel Wijbrands yang mengemudikan Het Nieuws van den Dag (Jakarta) yang dikenal sebagai penulis tajuk yang tajam, berani sekaligus melecehkan lawan-lawannya.<br />
Mereka semua tidak melihat datangnya pasukan Jepang yang menggantikan kedudukan Belanda menjajah Indonesia.<br />
Di zaman Jepang semua pers Belanda ditutup, dan pada lazimnya, kaum wartawan Belanda masuk kamp interniran, kecuali satu dua orang yang bersedia dipergunakan tenaganya oleh Jepang untuk keperluan propaganda. Salah satu di antaranya ialah J.H. Ritman, Pemred Het Bataviasch Nieuwsblad. Dia dipekerjakan di radio pemerintah (Jepang). Pada masa revolusi dia menerbitkan Nieuwsgier, yang mula-mula berwujud stensilan tetapi kemudian terbit tercetak.<br />
Pers Belanda setelah 1945 memang bisa terbit kembali setelah NICA-Belanda kembali berkuasa di sebagian wilayah Republik Indonesia. Pers Belanda dipaksa menghentikan penerbitannya setelah adanya konfrontasi mengenai Irian Barat (1958).<br />
Sudah sejak masa penjajahan Belanda di Indonesia terdapat golongan Cina totok, --yaitu mereka yang langsung datang dari negeri leluhur (Cina), dan kaum peranakan Cina yang di badannya mengalir darah campuran, Cina dan “pribumi’. Kaum peranakan ini dalam perkembangannya tidak mengerti atau hanya sedikit mempergunakan bahasa Cina. Mereka mempergunakan bahasa sendiri yang lazim dinamakan bahasa Melayu-Pasar dan Melayu-Betawi.<br />
Dalam abad ke-20, jumlah kaum Cina totok terus bertambah, namun komunitas Cina-peranakan tetap merupakan mayoritas. Sebagian besar lebih tertarik kepada pendidikan a la Barat. Salah seorang di antaranya ialah Lie Kim Hok yang berhasil mengenyam pendidikan Belanda. Ia kemudian terjun dalam bidang jurnalistik, dan mendirikan sebuah percetakan serta menerbitkan suratkabar Pemberita Betawi. Tetapi itu bukan berarti bahwa Pemberita Betawi merupakan koran Tionghoa-Melayu yang pertama. Sebab, pada 1856 di Surabaya telah terbit pula Soerat Khabar Bahasa Melajoe, yang diusahakan orang Belanda (1856).<br />
Kemudian terbit berbagai suratkabar sejenis, seperti Selompret Melajoe (Semarang), Bintang Timur (Surabaya), Matahari dan Bintang Barat (Jakarta), yang semuanya diterbitkan oleh modal non-Cina. Hal yang demikian juga terjadi di Sumatera, Kalimantan, yang semuanya bermaksud menyediakan bacaan bagi orang-orang Cina kelahiran Indonesia. Sedangkan bagi yang totok juga diterbitkan koran dengan huruf Cina, tetapi kurang begitu dikenal.<br />
Koran Tionghoa-Melayu yang dimodali orang-orang Cina, ialah Perniagaan (Jakarta). Kala itu koran Bintang Betawi yang dikemudikan seorang Eropa (Kieffer) sering menulis artikel yang isinya menghina-nistakan orang-orang Cina. Sejumlah tokoh Cina bersepakat untuk mendirikan suratkabar untuk mengantisipasi Bintang Betawi tersebut. Polemik terjadi antara kedua suratkabar itu, dan akhirnya Bintang Betawi kehabisan nafas. Uniknya ialah bahwa yang mengemudikan Perniagaan adalah seorang Indonesia, bernama F.D.J. Pangemannan.<br />
Kemudian terjadi pula perang-pena antara Perniagaan dan Sin Po yang menjagoi Dr. Sun Yat Sen. Dalam perkembangannya, Perniagaan bertukar nama menjadi Siang Po dengan Pemred Mr. Phoa Liong Gie, anggota Volksraad, Dewan Rakyat bikinan Belanda.<br />
Sebagian besar dari koran Tionghoa-Melayu bisa disebut hidup cukup baik, karena di kalangan komunitas Cina-peranakan telah dirasakan perlunya mendapat kabar berita dalam hubungan dengan usaha masing-masing. Sebagian dari suratkabar itu mula-mula memang dikemudikan oleh tenaga Belanda, namun sedikit demi sedikit tenaga asing itu digantikan oleh tenaga Cina-peranakan sendiri. Adapun alasan menggunakan tenaga asing (Belanda) itu mungkin disebabkan karena status tenaga-tenaga Eropa itu dianggap lebih tinggi dan mereka juga dianggap akan lebih sukar diperkarakan oleh penguasa katimbang redaktur-redaktur Cina. Perubahan itu sangat kentara setelah terjadi Revolusi di Cina (1911). Mereka mendambakan berita-berita baru dari negeri leluhur, ini sedikit banyak membantu berkembangnya pers Melayu-Tionghoa di masa itu di antaranya Sin Po dan Perniagaan.<br />
Sebagian dari komunitas Cina-peranakan sudah sejak 1917 ada yang meninggalkan faham “negeri leluhur’, dan bahkan lebih berorientasi kepada kehidupan (penguasa) kolonial. Dan ini didukung oleh kenyataan bertambahnya warga Cina-peranakan yang mendapat pendidikan Belanda. Mereka ada yang kemudian mendapatkan persamaan hak dengan warganegara Belanda; ikut serta dalam pemilihan Dewan Kota dan Dewan Rakyat (Volksraad), dengan tujuan agar kedudukan politik serta ekonomi mereka terangkat. Perniagaan yang kemudian mengganti nama menjadi Siang Po merupakan corong mereka.<br />
Sementara itu, golongan yang merasa masih ada hubungan dengan negara leluhur, justru menolak kewarganegaraan Belanda dan tidak ikut dalam pemilihan badan legislatif. Sin Po dan Pewarta Soerabaja merupakan corong golongan ini.<br />
Ada pula golongan Cina-peranakan yang tidak masuk golongan pertama dan golongan kedua, tetapi justru memilih untuk berjuang dengan kaum nasionalis Indonesia. Mereka mendirikan Partai Tionghoa-Indonesia dan meskipun tidak disebutkan secara terang-terangan, namun Sin Tit Po (Surabaya) bisa diambil sebagai contoh sebagai koran Tionghoa-Melayu yang membawakan surat PTI ini.<br />
Sin Po yang semula mingguan (1911), setahun kemudian menjadi suratkabar, dipimpin orang Belanda J.R. Razoux Kuhr, mantan kontrolir (penilik), karena kala itu kaum peranakan masih belum begitu berani memegang pimpinan redaksi. Tahun 1916 kedudukannya digantikan oleh Kwee Hing Tjiat, yang kemudian digantikan pula oleh Tjoe Bou San dengan jabatan sebagai Pemimpin Umum dan Pemimpin Redaksi. Kwee Hing Tjiat pergi ke Eropa dan terus membantu Sin Po. Karena tulisannya berjudul Bahaya Putih dan bukunya Doea Kepala Batoe, dia dilarang kembali ke Hindia Belanda. Sewaktu dia kembali dari Eropa dan kapal yang mengangkutnya sampai di Priok dipulangkan ke Cina.<br />
Sementara itu, Kwee Hing Tjiat atas tanggungan Oei Tiong Ham Concern dibenarkan kembali ke Hindia, dan di Semarang dia menerbitkan koran Matahari. Semula korannya akan dinamakan Merdeka, dan kantornya dicat merah, tetapi dilarang pemerintah.<br />
Kemudian terjadilah sengketa dalam kalangan pimpinan Sin Po. Hauw Tek Kong salah seorang pimpinan Sin Po memisahkan diri dan mendirikan koran baru Keng Po. Selanjutnya antara kedua koran terjadilah perang-tulisan atau polemik yang tidak berkesudahan.<br />
Sampai menjelang datangnya Jepang hanya ada 6 suratkabar Tionghoa-Melayu yang terkemuka; itu pun semuanya ada di Jawa yaitu Sin Po, Keng Po, Hong Po, ketiganya di Jakarta, Matahari (Semarang), Pewarta Surabaya dan Sin Tit Po di Surabaya.<br />
Pada lazimnya pers Tionghoa-Melayu loyal kepada pemerintah (Belanda). Pada masa pendudukan Jepang sebagian kaum wartawan Tionghoa-Melayu di antaranya Nio Yoe Lan (Sin Po) dan Injo Beng Goat (Keng Po) dimasukkan ke dalam kamp tahanan, bersama sejumlah anggota Volksraad, kaum intelektual dan juga sejumlah kaum usahawan keturunan Cina lainnya. Yang berhasil lolos adalah Kwee Kek Beng (Sin Po) yang selama pendudukan Jepang bersembunyi di suatu tempat yang justru letaknya tidak jauh dari kantor Kenpei (polisi militer Jepang) di Bandung, sampai kalahnya Jepang.<br />
Sementara itu pihak Jepang sendiri sudah mempunyai koran yaitu Tjahaja Selatan atas usaha Yanagi di Surabaya, dengan redakturnya orang Indonesia, Raden Mas Bintartie. Pernah juga diterbitkan majalah Bende dengan modal Jepang pula, tetapi tidak berusia lama. Yang agak berhasil ialah suratkabar Sinar Selatan (Semarang) yang dipimpin Itami Hiraki, mantan pegawai R. Ogawa, seorang pengusaha toko obat. Kedudukannya kemudian digantikan Mashoed Hardjokoesoemo. Dan ini berjalan hingga pasukan Jepang masuk ke Jawa (1942).<br />
Yang lebih terkenal ialah S. Kubo yang berusaha mendirikan suratkabar dengan modal Jepang; tetapi dalam perkembangannya justru gagal, dengan mengikutkan dua orang wartawan Indonesia terkemuka di zamannya, yaitu Saeroen dan Soediono Djojopranoto.<br />
Semula S. Kubo bersama rekannya telah berhasil menerbitkan suratkabar berbahasa Jepang, Java Nippo. Sewaktu timbul sengketa internal maka S. Kubo mendirikan suratkabar sendiri bernama Nichiran Sogyo Shimbun, yang di kemudian hari berganti nama menjadi Tohindo Nippo.<br />
Pemerintah Hindia Belanda mencium bahwa Kubo berniat juga menerbitkan suratkabar dalam bahasa Indonesia, di samping usahanya yang sudah berhasil, menerbitkan suratkabar Cina dengan huruf Cina yang mempergunakan tenaga redaktur Cina. Usaha Kubo hendak diperluas, mengusahakan penerbitan Indonesia dengan tenaga Indonesia pula. Yang dihubungi adalah Saeroen.<br />
Antara keduanya kemudian tercapai persetujuan bahwa yang bergerak Saeroen dan yang memodali pihak Jepang. Maka dibelilah percetakan Tjahaja Pasundan milik Sasmita. Untuk menghilangkan kecurigaan pihak pemerintah (Hindia Belanda), maka Sasmita pun dibenarkan tetap menjadi pemimpin percetakan itu. Dicarilah tenaga redaksi yang dipercayakan kepada Soediono Djojopranoto; sedangkan korannya diberi nama Warta Suratkabar yang berkantor di Jalan Kramat Raya Jakarta.<br />
Selang beberapa waktu kemudian S.Kubo mendapat kabar, bahwa proses pembelian percetakan kurang beres, karena masih ada kekurangan pembayaran, meskipun kepada Saeroen telah diberikan uang seluruhnya. S. Kubo kemudian minta nasehat kepada atasannya yang ternyata adalah salah satu cabang atau bagian dari Kementerian Luar Negeri Jepang. Kepada Kubo dianjurkan agar melapor kepada Kejaksaan Tinggi Hindia Belanda. Dengan adanya laporan Kubo itu maka usaha pemerintah mengusut liku-liku Jepang dalam usaha berpropaganda melalui pers di Indonesia mendapat jalan. Dalam perkembangannya, Saeroen ditahan, kemudian dijatuhi hukuman karena terbukti kesalahannya.<br />
Dengan adanya apa yang kemudian dikenal sebagai “kubo-affair” itu, gemparlah seluruh pers di Indonesia. Pers Belanda paling santer menyiarkan peristiwa itu dan berulang kali mengingatkan adanya bahaya kuning yang akan datang dari Utara. Sementara itu pers Tionghoa-Melayu sikapnya terpecah, sebab, kala itu ada yang menganut faham pro Chiang Kai Shek, dan ada pula yang diam-diam yang memang pro Jepang. Sedangkan pers Indonesia sebagian besar menyuguhkan berita “kubo affair” secara apa adanya.<br />
Usaha Jepang untuk mempengaruhi masyarakat Indonesia dengan media massa tidak terhenti sampai di situ saja. Beberapa waktu sebelum Perang Pasifik pecah, dari Tokyo dengan gencar dan teratur tiap petang diadakan siaran radio. Yang menjadi penyiarnya adalah Jusuf Hassan; dan tiap kali sebelum penyiaran, dikumandangkan lagu Indonesia Raya. Begitu pula setelah perang Pasifik pecah, sering di daerah Surakarta dan Yogyakarta disebarkan selebaran-selebaran, mengajak rakyat berontak terhadap pemerintah Belanda, karena saatnya kini sudah tiba. Yaitu dengan kedatangan pasukan Jepang, sesuai dengan bunyi Ramalan Jayabaya. Hanya saja dalam surat selebaran itu tidak disebutkan, bahwa “orang cebol kepalang berkulit kuning itu hanya seumur jagung diam di Nusantara untuk kemudian pulang ke asalnya kembali”.<br />
Setelah Jepang berhasil menaklukkan pasukan Belanda di Kalijati, 8 Pebruari 1942, langkah pertama yang dilakukan dalam bidang media massa ialah membiarkan buat sementara penerbitan suratkabar-suratkabar, baik yang berbahasa Belanda, Tionghoa-Melayu, Indonesia maupun yang berbahasa daerah.<br />
Tidak terlalu lama kemudian, pemerintah (militer) Jepang mengeluarkan pengumuman yang intinya “terlarang menerbitkan barang cetakan yang berhubung dengan pengumuman atau penerangan, baik yang berupa penerbitan setiap hari, setiap minggu, setiap bulan maupun penerbitan dengan tidak tertentu waktunya, kecuali oleh badan-badan yang sudah mendapat izin”. Maka tutuplah semua penerbitan yang sudah ada. Koran yang dibenarkan terbit paling awal di Jawa ialah Asia Raya dengan Pemimpin Umum R. Soekardjo Wirjopranoto dan R.M. Winarno Hendronoto sebagai Pemimpin Redaksinya. Baru kemudian menyusul koran-koran lainnya, seperti Suara Asia (Surabaya) dengan R. Toekoel Soerohadinoto sebagai Pemimpin Umum dan R. Abdulwahab Surowirono selaku Pemimpin Redaksi; Sinar Baru (Semarang) di bawah asuhan Abdulgafar Ismail dan Dr. Buntaran Martoatmodjo sebagai Pemimpin Umum. Kemudian keduanya digantikan oleh Parada Harahap; Sinar Matahari (Yogya) dengan R. Rudjito (Pemimpin Umum) dan R.M. Gondoyuwono (Pemimpin Redaksi); dan Tjahaja (Bandung) dengan Otto Iskandardinata sebagai Pemimpin Umum dan A. Hamid sebagai Pemimpin Redaksi. Sementara itu Antara masih dibenarkan beroperasi, tetapi namanya diganti dengan Yashima, yang kemudian diganti lagi menjadi Domei Bagian Indonesia.<br />
Selain nama-nama tadi, sejumlah wartawan lainnya yang dibenarkan mengelola suratkabar ialah Adinegoro (Kita Sumatora Shimbun di Medan), Abdul Wahid (Atjeh Shimbun, Kotaraja), Madjid Usman (Padang Nippo, Padang), Nungtjik (Palembang Shimbun, Palembang), A.A. Hamidhan (Borneo Shimbun, Banjarmasin), Manai Sophian (Pewarta Serebesu, Makasar), O.H. Pantauw (Menado Shimbun), R.R. Paath (Borneo Barat Shimbun, Pontianak), Pattimaipau (Sinar Matahari, Ambon) dan Tjokorde Ngurah (Bali Shimbun, Den Pasar).<br />
Tidak semua koran terbit tiap hari tetapi ada yang hanya dua atau tiga kali tiap minggu. Pada tiap redaksi selalu ada orang Jepangnya yang menjadi Shidokan atau Pemimpin Umum.<br />
Kaum wartawannya digiring ke dalam Jawa Shimbunsha Kai (Perhimpunan Wartawan Jawa), kaum senimannya dihimpun dalam Keimin Bunka Shidoosho. Diterbitkanlah triwulanan Keboedajaan Timoer dan juga berkala Panggung Giat Gembira yang memuat kisah-kisah garapan Barisan Propaganda untuk dipentaskan di atas panggung sandiwara.<br />
Juga Badan Pembantu Perjurit mempunyai berkalanya sendiri yaitu Pradjoerit, diasuh Madikin Wonohito dan Itjiki sebagai Pengawasnya. Ada pula Djawa Baroe yang terbit dalam bahasa Indonesia diselingi bahasa Jepang dengan huruf Honji dan Katakana.<br />
Untuk kaum peranakan Cina di Jawa disediakan Kung Yung Pao, dengan Oei Tiang Tjoei sebagai Pemimpin Umum dan Soema Tjoe Sing sebagai Pemimpin Redaksi. Oei Tiang Tjoei (yang kemudian berganti nama menjadi Permana) sebelum Jepang datang mengemudikan Hong Po, dan di jaman pendudukan Jepang diangkat menjadi anggota Chuo Sangi- In (Dewan Pertimbangan Pusat) oleh pemerintah.<br />
Majalah Pandji Pustaka yang sejak penjajahan Belanda diterbitkan Balai Pustaka tetap dibenarkan terbit; mula-mula mingguan baru kemudian dwi mingguan. Ini disebabkan untuk menghemat kertas, mengingat di zaman perang tidak ada impor kertas. Dalam perkembangannya, Pandji Pustaka juga dilikuidasi dan sebagai gantinya terbit Indonesia Merdeka, yang penerbitannya diusahakan oleh Jawa Hookoo Kai (Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa) sampai kemerdekaan Indonesia diproklamasikan. Pengasuh Pandji Pustaka berganti-ganti, dari Koesoema St. Pamuntjak, Armijn Pane, dan akhirnya W.J.S. Poerwodarminto. Sedangkan Indonesia Merdeka yang terbit hanya sekitar empat bulan saja, diasuh oleh Andjar Soebijanto.<br />
Sementara itu untuk bacaan rakyat di desa-desa yang masyarakatnya sebagian besar belum atau tidak menguasai bahasa Indonesia, diterbitkan lembaran koran untuk tiap keresidenan. Bahasanya bahasa daerah (Sunda, Jawa, Madura). Edisi Sunda diawasi Anwar Tjokroaminoto, sedangkan edisi Jawa dan Madura diawasi Imam Soepardi.<br />
Kedudukan Hoodoohan (bagian sensor) yang dibagi dalam dua bagian sangat penting. Bagian Penyiaran yang mengurus penyiaran-penyiaran pemerintah dipimpin T. Itjiki dan Syamsuddin Sutan Makmur. Bagian sensor, penilikan atas isi suratkabar, majalah, buku dan lain sebagainya, dipimpin Oejehara dan Mr. Elkana Tobing.<br />
Selain itu juga diadakan Peraturan Pemerintah tentang pelayanan terhadap wartawan terdiri dari 11 pasal. Pasal pertama menyebutkan, semua pegawai suratkabar, termasuk pegawai Tata Usaha, kecuali pegawai rendahan tidak terhitung, disebut wartawan. Juga disebutkan, bahwa wartawan ada di bawah penilikan pegawai-pegawai pemerintah daerah masing-masing.<br />
Pasal 8 dan 9 menetapkan hukuman bagi para wartawan jika melanggar maksud pemerintah. Kewajiban wartawan ialah semata-mata menyokong usaha pemerintah, Jika ada wartawan yang merintangi pekerjaan pemerintah, maka akan diambil sikap yang sekeras-kerasnya.<br />
Terjadi peristiwa penangkapan atas sejumlah wartawan. Korban pertama adalah Mr. Sumanang karena membiarkan korannya (Pemandangan) memuat gambar Tenno Heika kaisar Jepang tertutup oleh bulatan hinomaru (bendera Jepang). Juga Mohammad Tabrani ditangkap, karena di zaman Belanda dianggap menghasut R.H. Oned Djoenaedi agar tidak menjual Percetakan Pemandangan kepada pihak Jepang untuk menerbitkan suratkabamya. Juga R.M. Winarno Hendronoto ditangkap karena memasang bendera merah-putih di depan mobilnya. Sedangkan di Malang, Jawa Timur, wartawan Domei bernama Koesen dibunuh Kenpei dengan tuduhan mendengarkan siaran radio musuh. Ada yang berkisah, karena dia menyembunyikan orang yang kebetulan sedang dicari Jepang.<br />
Begitu pula di Kalimantan, sejumlah wartawan menjadi korban keganasan penjajah Jepang. Wartawan Anomputra di Kalimantan Barat dihukum mati dengan tuduhan mengadakan gerakan di bawah tanah untuk menumbangkan pemerintah yang sah. Korban lainnya adalah Housman Babou, M. Hohman, Anang Acil dan Amir Bondan, semuanya di Banjarmasin. Sedangkan Smits, pemimpin Borneo Post dipenggal kepalanya dan jenazahnya dibuang ke sungai Martapura, ketika Jepang untuk kali pertama menduduki Banjarmasin.<br />
Pada zaman ini pula, perusahaan-perusahaan suratkabar tergabung dalam Jawa Shimbun Kisha (Penerbit Suratkabar Jawa). Secara bergantian kaum wartawan dari berbagai kota dikumpulkan di Jakarta, untuk mendapat latihan Semangat Nippon sekaligus baris berbaris. Lama latihan sebulan, tetapi belum begitu lama pelatihan itu berlangsung, Indonesia merdeka.<br />
Kala itu bukan saja semua apa yang akan dicetak (termasuk iklan) terlebih dahulu harus diperiksa Hoodoohan (Badan Sensor), tetapi juga oplaag-nya pun ditentukan oleh penguasa. Penduduk seluruh Indonesia di masa itu diperkirakan 60 juta, 30 juta di antaranya diam di Jawa. Untuk jumlah sekian itu, oplaag atau banyaknya penerbitan bersama dari semua suratkabar suratkabar (di Jawa) tidak boleh melebihi 80.000. Sedangkan majalah mingguan keresidenan masing-masing tidak boleh melebihi 5.000 lembar.<br />
Di samping kekejaman dan pengekangan mengutarakan pendapat di zaman Jepang kaum wartawan Indonesia mendapat kesempatan meraih sesuatu yang positif. Satu di antaranya ialah pengenalan alat-alat modern, terutama dalam bidang cetak mencetak. Di zaman Belanda, biasanya percetakan tempat mencetak suratkabar Indonesia masih mempergunakan handset. Huruf demi huruf harus disusun, dan kata demi kata untuk selanjutnya menjadi kalimat. Satu atau dua alinea dari gabungan huruf itu lalu diikat, diberi tinta di atasnya untuk menjadi proefdruk, contoh pencetakan untuk dikoreksi. Bila pencetakan selesai, maka huruf-huruf tadi dikembalikan ke tempat semula, untuk dipergunakan keesokan harinya bila hendak mencetak lagi.<br />
Di zaman Jepang, koran-koran bisa menggunakan mesin dan percetakan yang semula dipakai oleh koran-koran Belanda, yang tentunya jauh lebih modern dan lebih canggih.<br />
Selain itu, di zaman Jepang koran-koran harus menggunakan bahasa Indonesia umum, dan dilarang menggunakan bahasa Melayu-Tionghoa atau bahasa Indonesia yang tidak lazim. Perkembangan bahasa Indonesia di zaman Jepang memang bagus dan menggembirakan. Dalam hal ini kaum wartawan Indonesia secara tidak langsung membantu memberi jasa. Sejumlah kaum intelek Indonesia dan Cina yang di zaman Belanda suka membaca koran Belanda dan suka berbahasa Belanda (juga di kalangan keluarga sendiri) terpaksa membaca koran dan majalah bahasa Indonesia.<br />
Juga di zaman Jepang, kaum wartawan Indonesia meskipun secara lahiriah terhambat mengutarakan rasa pirasa hati serta pikiran, namun dalam kenyataannya mereka masih selalu mampu menyebarluaskan semangat kebangsaan, semangat untuk hidup merdeka dan mandiri, tidak dijajah oleh bangsa asing.</span></span></div><div style="font-family: inherit; margin: 0cm 0cm 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"><span lang="IN" style="color: #333333;">Anwar Tjokroaminoto yang lebih dikenal dengan nama samarannya Bang Bedjat sebagai penjaga pojok Asia Raya pernah menurunkan tulisan lebih kurang begini: “Awalan ‘se’ itu ada yang mengartikan ‘satu’. Jangan ditafsirkan neka-neka, bila ada yang bilang Nippon-Indonesia sehidup semati”.<br />
Konon, karena tulisan pojoknya itu Bang Bedjat kemudian tidak dibenarkan mengemudikan Asia Raya lagi, dan kedudukannya digantikan orang lain.<br />
Indonesia sudah merdeka, tetapi Jepang masih berkuasa. Pada awal September 1945 terbitlah “koran gelap” yang banyak ditempelkan di pohon-pohon di pinggir jalan atau di dinding-dinding gedung. Berita Indonesia yang diusahakan oleh sejumlah mahasiswa dan pelajar sebagai imbangan dari terbitnya Berita Gunseikanbu, koran Jepang yang khusus dicetak berisi pengumuman-pengumuman pemerintah militer, setelah Jepang kalah perang. Dalam perkembangannya, Berita Indonesia terbit terus, meskipun sering berganti pimpinan dan pemilik. Pemrakarsa terbitnya Berita Indonesia disebut-sebut Soeraedi Tahsin, Sidi Moharmnad Syaaf, Roesli Amran, Soeardi Tasrif dan Anas Ma’roef.<br />
Sementara itu komunitas Arab pada waktu yang sama juga memiliki persnya sendiri, namun tidak begitu menonjol sehingga kurang mendapat perhatian khalayak. Oplaag-nya pun tidak besar dan isinya terutama mengenai soal-soal yang menyangkut keagamaan.<br />
Pada masa-masa awal penerbitan pribumi banyak memuat hal-hal yang mengenai kebudayaan, agama, hiburan dan sedikit perdagangan. Pada 1855 di Surakarta diterbitkan Bromartani, mingguan berbahasa Jawa, diembani Carel Frederick Winter jurubahasa dikeraton Solo, dan juga Poespitomantjawarna yang diasuh oleh Winter Jr. Kedua-duanya ditulis dalam bahasa Jawa halus (kromo). Kemudian menyusul Djoeroemartani yang diusahakan Groot Kolff & Co. yang beberapa tahun kemudian atas perintah Sri Sunan namanya diubah menjadi Bromartani, nama seperti yang pernah diterbitkan oleh juru bahasa keraton yang kala itu sudah wafat.<br />
Begitulah kemudian di berbagai tempat bermunculan penerbitan pribumi lainnya, sebagian diusahakan Zending (golongan Protestan), juga oleh kalangan nonpri dan kemudian sejalan dengan perkembangan zaman, oleh orang-orang Indonesia sendiri; terutama setelah timbulnya organisasi dan perkumpulan-perkumpulan politik maupun sosial atau keagamaan.<br />
Sebagai pelopor disebut-sebut Dr. Abdul Rivai dan Dr. Wahidin Sudirohusodo. Dr. Rivai selama belajar di Eropa, selalu mengirim tulisan untuk Bintang Hindia dan kemudian di Bintang Timur. Dialah wartawan Indonesia pertama yang menulis artikel-artikel dari luar negeri. Isi tulisannya sering menghantam kebijaksanaan Pemerintah yang dianggap banyak merugikan rakyat. Dan juga menganjurkan bangsanya agar suka menuntut ilmu seperti orang Eropa.<br />
Sedangkan Dr. Wahidin dikenal sebagai “pemberi nama” kepada organisasi yang didirikan Soetomo dan kawan-kawan, Boedi Oetomo. Dia memimpin Retnodoemilah sejak 1900 yang semula didirikan dan diasuh oleh F.L. Winter, penerbitannya dalam bahasa Melayu dan bahasa Jawa.<br />
Ada pula yang menyebutkan, bahwa sebagai Bapak Jurnalistik Indonesia adalah Landjumin Datuk Temenggung, yang mengemudikan majalah Tjahaja Hindia dan kemudian suratkabar Neratja. Menurut ukuran zamannya, Neratja merupakan suratkabar yang cukup modern; karena, selain merupakan suratkabar milik bangsa Indonesia asli, juga yang mulai memuat gambar-gambar foto, dengan tata muka yang sudah meninggalkan tatacara lama. Hal yang sangat langka pada masa itu.<br />
Ada pula yang mengatakan, bahwa Datuk Sutan Maharadja pengasuh Utusan Melayu (Padang), yang terbit 3 x seminggu, layak dianggap Bapak Jurnalistik, setidak-tidaknya untuk wilayah Sumatera.Yang jelas, atas bantuan Datuk Sutan Maharadjalah maka bisa diterbitkan Sunting Melaju, terbit sekali seminggu yang membawa tenar nama pengasuhnya, Rohana Kuddus (lihat lema Rohana Kuddus) dan Ratna Djuita sebagai redaktris. Rohana Kuddus boleh disebut sebagai wartawati pertama Indonesia dan namanya bisa dijajarkan dengan R.A. Kartini di Jawa atau Dewi Sartika (di daerah Priangan).<br />
Di samping artikel-artikel biasa Sunting Melaju yang mempunyai moto “Suratkabar untuk kaum wanita Minangkabau” itu juga memuat sejarah, biografi, syair-syair dan iklan.<br />
Menarik juga bahwa sebagian besar dari penulis karangan untuk Sunting Melayu terdiri dari kaum perempuan juga, yang diam di sekitar kota Padang. Kaum Zending sebelum itu sudah mempunyai medianya. Biang Lala yang diasuh oleh guru/pendeta Stefanus Sandiman terbit pada 1867, disusul Bintang Djohar (1873) dan lebih kurang pada waktu yang bersamaan terbitlah di Menado Tjahaja Siang yang kuat bertahan hingga 1927.<br />
Pers Indonesia boleh dikatakan mulai berkembang setelah kaum elit Indonesia merasa memerlukan alat komunikasi, terutama sebagai akibat bertambahnya sekolah-sekolah baik yang dibuka pemerintah maupun oleh bangsa Indonesia sendiri. Terutama lagi setelah berdirinya berbagai perkumpulan dan organisasi, yang kemudian merasa masing-masing memerlukan alat propaganda atau corongnya sendiri. Empat organisasi dan partai politik Indonesia yang memegang peranan dalam perkembangan pers Indonesia adalah Boedi Otomo, Sarekat Islam, de Indische Partij dan PKI.<br />
Setelah dua tahun berdiri Boedi Oetomo berhasil mempunyai organ yakni Darmo Kondho yang baru pada 1926 menjadi koran suratkabar. Mula-mula dianggap bersuara lunak, kemudian dinilai agak keras. Tenaga yang mengasuhnya berganti-ganti, satu di antaranya adalah Raden Mas Soedarjo Tjokrosisworo, wartawan terkemuka di zamannya. Dalam perkembangannya, Darmo Kondho terbit dalam dua edisi; edisi Jawa dan edisi Indonesia, masing-masing bernama Pustaka Warti dan Pewarta Oemoem. Setelah Boedi Oetomo fusi dengan Partai Bangsa Indonesia menjadi Partai Indonesia Raya (Parindra), semua suratkabar yang diasuhnya diberi nama “Oemoem”. Di Surabaya ada Soeara Oemoem, di Solo ada Pewarta Oemoem, dan di Bandung, kemudian pindah ke Jakarta Berita Oemoem.<br />
Menjelang datangnya Jepang Parinda merupakan satu-satunya partai di Indonesia yang mempunyai media propaganda yang paling banyak, baik yang menggunakan bahasa daerah maupun yang menggunakan bahasa Belanda.<br />
Sarekat Islam, dengan organnya Oetoesan Hindia (Surabaya) langsung diasuh oleh Haji Oemar Said Tjokroaminoto dinilai sangat radikal, terutama tulisan-tulisan dari pembantu-pembantunya seperti Haji Agus Salim, Abdoel Moeis, Soerjopranoto, Samsi dan lain-lain, dianggap sangat berpengaruh kepada komunitasnya. Bahkan penerbitan di luar Jawa sering pula mengambil oper tulisan dari Oetoesan Hindia. Sayang sekali, karena sebagian pembaca Oetoesan Hindia kurang rajin membayar uang langganan, maka akhirnya suratkabar tadi terpaksa menghentikan penerbitannya (1923).<br />
Oetoesan Hindia bukan satu-satunya organ Sarekat Islam. Di Semarang SI mempunyai Sinar Djawa dan Pantjaran Warta di Jakarta, dan Saroetomo di Surakarta. Di Saroetomo ini wartawan muda Mas Marco (Soemarko Kartodikromo) sering rnenulis artikel-artikel yang menyebabkan dia sering berurusan dengan pengadilan. Kemudian dia mendirikan majalah Doenia Bergerak yang membawa suara PKI dan yang menyebabkan dia akhirnya dibuang ke Boven Digul, Papua.<br />
PKI bukan hanya memiliki Doenia Bergerak saja, tetapi juga Mowo (= arang membara); Hobromarkoto (=Rata Bersinar) semuanya di Solo. Lalu Proletar (Surabaya), Petir dan Torpedo (Padang), Goentoer (Medan), Halilintar (Pontianak), dan di beberapa tempat lainnya lagi. Oplaag media mereka tidak terlalu besar dan biasanya hanya berumur beberapa nomor saja.<br />
De Indische Partij, juga mempunyai penerbitannya sendiri, namun yang terkenal ialah Het Tijdschrift dan De Expres. Kedua nama itupun tidak dapat dipisahkan dengan tiga nama yang pernah mengasuh dan mengisinya yaitu Ernest Douwes Dekker, Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat. Dalam tahun 1913 ketiga insan itu dibuang ke tiga tempat di Indonesia, tetapi ketiga-tiganya memilih untuk pergi ke Nederland. Di sana pun mereka masih meneruskan menulis artikel untuk berbagai penerbitan di Indonesia.<br />
Di Nederland sendiri, pada masa penjajahan itu, para mahasiswa Indonesia yang belajar di sana menghimpun diri dalam Perhimpunan Indonesia, yang mempunyai organ Indonesia Merdeka terbit dalam dua bahasa, Indonesia dan Belanda. Meskipun oplaag-nya sangat kecil, namun pengaruh Indonesia Merdeka cukup besar, terutama bagi para pemimpin pergerakan serta kaum terpelajar yang ada di Indonesia yang kala itu sebagian besar masih muda usia.<br />
Perkembangan pers Indonesia bisa dikatakan sejajar dengan perkembangan partai politik dan organisasi komunitas yang memilikinya. Sekitar tahun 1930 Mohammad Tabrani merpakan sedikit di antara pemuda Indonesia yang kala itu menuntut ilmu jurnalistik di luar negeri (Jerman), menulis mengenai keadaan pers Indonesia. Dalam bukunya Ons Wapen (Senjata Kita) dia mengulas, bahwa keadaan pers Indonesia masih mengecewakan. Pendidikan kaum wartawannya sangat minim; cara pemberitaannya sangat primitif dan sering tidak dapat dipercaya; kurang adanya rubrik seperti pandangan luar negeri, kesenian, perdagangan, ilmu pengetahuan, sedangkan tatausahanya sangat amburadul. Sedangkan para langganannya membayar uang abonemen tidak pada waktunya, dan teknik percetakan pun kurang memadai. Wartawan (redaktur)nya dibayar sangat minim. Namun demikian, Tabrani berpendapat semua itu masih bisa diperbaiki.<br />
Kala itu, selain Tabrani, ada dua pemuda Indonesia lainnya yang menuntut ilmu jurnalistik di Jerman. Yaitu Djamaluddin Adinegoro dan Jahja Jakub. Nama yang disebut akhir ini sesaat bergerak di bidang pers, tetapi kemudian tidak pernah disebut-sebut lagi kegiatannya.<br />
Kemudian ada juga Herawati Latip yang lalu menjadi Herawati Diah, yang menuntut ilmu dalam bidang jurnalistik di Columbia University New York, dan berhasil mencapai gelar Bachelor of Arts. Menjelang pecahnya Perang Pasifik dia diminta pulang oleh orang tuanya, dan singgah di Manilla dan diterima menjadi tamu Presiden Manuel Quezon.<br />
Selebihnya, masih ada beberapa yang merupakan jebolan (drop out) NIAS, Nederlands Indische Artsen School (Sekolah Kedokteran Hindia Belanda) di Surabaya, seperti Abdulwahab Djojowirono, Ahmad Dermawan Lubis, Taher Tjindarboemi. Juga ada Soemarto Djojodihardjo yang kemudian berhasil mencapai gelar Sarjana Hukum, Winarno Hendronoto yang pernah mengenyam pelajaran di Santi Niketan (Lahore), Mr R.M. Sumanang Soeriowinoto dan Mr Soedjatmiko yang digantikannya mengemudikan redaksi Pemandangan. Ada yang belajar ilmu jurnalistik di dalam negeri, seperti Burhanuddin Muhammad Diah yang menjadi siswa Dr. Douwes Dekker Setiabudhi di Ksatriaan Instituut Bandung. Anwar Tjokroaminoto di Sekolah Guru (Hollands Inlandse Kweekschool).<br />
Tetapi, pada umumnya kaum wartawan Indonesia yang berani memimpin majalah atau koran sebagian besar hanya berpendidikan sekolah rendah saja. Mereka cakap membaca dan menulis, hasil pelajaran yang mereka peroleh di sekolah rendah, kemudian ditambah dari belajar sendiri, membaca di sana sini. Kemudian tergugahlah hati mereka untuk berani tampil sebagai pemimpin redaksi atau redaktur majalah atau suratakabar.<br />
Dengan bermodalkan sedikit pengetahuan dan pengalaman, jiwanya terpanggil untuk memberi tuntunan serta bimbingan kepada bangsanya yang masih menjadi bangsa jajahan, hidup nista dan sengsara. Bila mereka menghendaki perbaikan nasib, maka belenggu penjajahan harus diputus. Mereka harus menjadi bangsa yang merdeka.<br />
Semangat kemerdekaan, semangat cinta tanah air dan bangsa, berjuang untuk merdeka, inilah yang kemudian ditanamkan dan disebarluaskan kepada sidang pembaca masing-masing.<br />
Ujar R. Brotokesowo “Pada masa lampau untuk menjadi wartawan diperlukan keberanian untuk menghadapi dua persoalan. Berani berhutang kepada pelanggan dan percetakan, dan berani menghadapi delict.” Dalam kenyataannya pada masa penjajahan tidak sedikit kaum wartawan yang keluar masuk bui, disebabkan terkena ranjau pers yang sudah disediakan pihak penjajah. Bahkan bukan masuk keluar bui saja, tetapi juga berani menghadapi risiko dibuang ke Tanah Merah Boven Digul. Jumlah mereka yang pasti, belum pernah dilakukan penelitian secara khusus. Namun, dapat disebutkan nama-nama, misalnya, Raden Mas Gondojoewono, Soediono Djojopranoto, Tjempono, Oesman Gelar Sutan Keadilan, Ali Arham, Soekindar, Soemantri, Soenardi, Samsi, Martoyo, Boedi Soetjitro, Sismadi Sastrosiwoyo, A. Dasoeki, K.H. Misbach, Sabilal Rasjad, Firdaus Harus al-Rasjid, Noeroes Ginting Soeka, A.C. Salim, H. Datoek Batoeah, U. Pardede.<br />
Dari nama-nama yang tercantum dapat diketahui pula bahwa mereka bukan berasal dari etnis Jawa saja, tetapi dari berbagai suku di Indonesia. Mereka dibuang ke Digul dengan predikat jurnalis atau wartawan.<br />
Dalam kenyataannya, pergerakan kemerdekaan Indonesia mempergunakan tiga alat dalam perjuangannya, yakni pendidikan, olah-raga dan pers.<br />
Adanya perguruan Muhammadiah, Taman Siswa, perguruan yang diusahakan Paguyuban Pasundan, INS (lndonesische Nationale School) di Kayutanam, Sumatra Tawalib Padangpanjang, Pondok Pesantren Modern Ponorogo dan ribuan pesantren yang terserak di seluruh kepulauan, selain mengajarkan ilmu agama, juga mendidik para santrinya untuk selalu berdikari, sekaligus mencintai tanah airnya.<br />
Adalah suatu kenyataan pula, bahwa tiap pemimpin gerakan kebangsaan dan keagamaan di Indonesia pada masa lampau, pernah mengemudikan berkala atau suratkabar dari organisasi yang dipimpinnya. Haji Oemar Said Tjokroaminoto (Oetoesan Hindia), Ir. Soekarno (Fikiran Rakyat), Bung Hatta, Bung Syahrir (Daulat Rakyat), Douwes Dekker alias Setiabudhi (De Expres, Het Tijdschrift), Dr. Sam Ratulangie (Nationale Commentaren), Ki Hadjar Dewantara (Penggugah), Rangkayo Rasuna Said (Menara Puteri), Dr. Tjipto Mangunkusurno (Het Tijdschrift), Dr. Soetomo (Soeara Oemoem) dan masih banyak lainnya lagi.<br />
Pada lazimnya, pada waktu itu soal materi tidak begitu dihiraukan. Mereka terjun dalam bidang kewartawanan dan jurnalistik memang dengan penuh dedikasi serta rasa pengabdian kepada perjuangan negara dan bangsa. Hanya satu dua orang pemimpin redaksi suratkabar Indonesia yang bergajih lebih dari seratus gulden. Djamaludin Adinegoro (Pewarta Deli) selain mendapat mobil, juga menerima gajih 400 gulden. Mr. Sumanang (Pemandangan) tanpa mobil, menerima 400 gulden. Mr. Soenarjo yang memimpin Sedio Tomo (Yogya) dan yang kemudian pernah menjadi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, menerima 75 gulden. Sedangkan para redakturnya rata-rata menerima 15-25 gulden, itupun kadang-kadang dibayarkan 2 x sebulan. Dan para pembantu (medewerker) koresponden di daerah honornya dibayar sesuai dengan pendek panjangnya berita yang dimuat. Dihitung sentimeteran.<br />
Keadaan demikian baru berubah sedikit, pada waktu pendudukan Jepang. Karena statusnya pegawai, maka kaum wartawan dapat menerima gajih teratur tiap bulan, dengan jumlah relatif baik ketimbang pada masa sebelumnya.<br />
Perihal kecilnya pendapatan kaum wartawan Indonesia, dapat dimaklumi sebab musababnya. Bukan saja oplaag koran-koran Indonesia kecil, tetapi sebagian besar dari mereka tidak ditopang oleh adanya iklan. Hal yang demikian berlaku baik bagi pers yang berbahasa Indonesia maupun yang berbahasa daerah.<br />
Di antara tahun-tahun 1920-40an di berbagai daerah terbit pula pers bahasa daerah. Gubernemen sendiri di samping menerbitkan tengah mingguan Pandji Poestaka yang berbahasa Indonesia, juga menerbitkan tengah mingguan Kadjawen dan Parahiangan yang masing-masing berbahasa Jawa dan Sunda. Di Surabaya pernah terbit mingguan bahasa Jawa Soeloeh Oemoem, pimpinan Raden Panji Sosrokardono, yang diusahakan pihak Persatuan Bangsa Indonesia dan yang kemudian terbit dalam bahasa Indonesia dengan nama Soeara Oemoem. Lalu ada suratkabar Expres pimpinan kakak beradik Ajat dan Asal. Di Yogya ada Sedio Tomo yang pernah dipimpin Mr. Soenarjo. Kaum Katolik memiliki Swara Tama, mingguan bahasa Jawa yang cukup besar.<br />
Penerbitan yang menggunakan bahasa Jawa yang mampu hidup sampai datangnya Jepang ialah mingguan Panyebar Semangat, pimpinan Imam Soepardi. Koran ini bukan saja tahan sampai datangnya Jepang, tetapi dengan oplaag 13.000 eks/minggu juga merupakan penerbitan yang paling besar oplaagnya di Indonesia pada masa itu.<br />
Juga ada Pembela Rakyat yang terbit dalam dwi bahasa, Indonesia dan Jawa, dipimpin Soekandar Tjokrosoedarmo. Pada suatu ketika Tjokrosoedarmo terkena delict dan sewaktu dibawa ke pengadilan, tangannya diborgol. Kasus ini menimbulkan protes dari pihak Perdi (Persatuan Djoernalis Indonesia), karena sebelum itu pemerintah telah berjanji, tidak akan melakukan pemborgolan lagi terhadap kaum wartawan. Saroehoem Hasiboean wartawan di Cirebon beberapa waktu sebelumnya juga diborgol tangannya sewaktu dibawa ke pengadilan, dan kaum wartawan Indonesia mengajukan protes.<br />
Kalangan Sunda juga mempunyai penerbitannya sendiri. Sipatahoenan dan Sinar Pasundan, masing-masing dipimpin Bakrie Soeraatmadja dan Imbih Djajakoesoemah. Keduanya terbit di Bandung.<br />
Di Tapanuli pernah pula diterbitkan majalah berbahasa Batak, Palito (1929) pimpinan Gustaaf Adolf, disusul oleh Pemberita Batak dan Bintang Batak. Sedangkan di Tarutung terbit Pardomuan Batak yang diasuh Fridolin Pangabean.<br />
Meskipun berkala dan koran-koran tadi terbit dalam bahasa daerah, tetapi pada dapat disebutkan bahwa pada umumnya isinya sesuai dengan aliran zamannya yakni menyebarluaskan semangat nasionalisme, semangat cinta tanah air dan bangsa Indoensia. Dalam bidang organisasi kewartawanan, juga dipelopori pers Belanda, dengan didirikannya Journalisten Vereeniging di Jakarta pada 1907. Ketuanya W. Wiggers (Taman Sarie), penulis F.D.J. Pangemanan (Perniagaan), pembantu Gouw Peng Liang (Sinar Betawie). Sepak terjang organisasi gabungan ini kurang dikenal dan tidak hidup begitu lama. Yang lebih terkenal ialah de Nederlandse Journalistenkring yang rupa-rupanya merupakan cabang dari organisasi wartawan di Nederlan, sebab di belakang nama organisasi tadi ditambahkan kata-kata in Nederlands Indie (di Hindia Nederland). Organisasi kewartawanan yang anggotanya melulu wartawan Belanda ini mempunyai organ, De Journalist sampai datangnya Jepang. Kaum wartawan Tionghoa-Melayu sementara itu mempunyai organisasinya, Tjoe Piet Hwee diketuai Pek Pak Eng (1920). Organisasi ini tidak pernah berkembang dan mati dengan sendirinya.<br />
Di Solo pada 1914 berdiri Inlandse Journalisten Bond diketuai Mas Marco (Sarotomo), sedangkan anggota-anggotanya ada yang pedagang, guru atau mantri kepatihan. Pada masa itu barangsiapa yang pernah menulis di suratkabar atau majalah, boleh menyebut dirinya jurnalia.<br />
Dr. Tjipto Mangunkusumo pada tahun 1919 mendirikan Perkoempoelan Indiers Journalisten Bond dengan organnya Panggugah (Pembangun). Sebagai Sekretaris organisasi ditunjuk Heerlan Soetadi, dan keuangan H.M. Misbach.<br />
Di Surabaya pada 1925 Raden Mas Bintarti mendirikan Sarekat Journalist Asia, yang dari namanya dapat ditarik kesimpulan bahwa yang menjadi anggotanya adalah wartawan Indonesia dan non-pri. Hal yang sama terjadi pula di Yogya, hanya namanya saja yang beda yaitu Perserikatan Journalist Asia dengan Mr. Soejoedi sebagai ketuanya. Sebagaimana halnya organisasi wartawan lainnya yang bersifat lokal, usia kedua organisasi tadi tidak terlalu panjang.<br />
Yang mempunyai cabang dan yang agak panjang usianya ialah Perkoempoelan Kaoem Journalist atau PKJ yang didirikan di Semarang (1931). Ketuanya Saeroen (Siang Po); penulis Bakrie Soeraatmadja; (Sipatahoenan, Bandung), Koesoemodirdjo (Darmo Kondho, Solo), Soejitno (Sin Tit Po, Surabaya) dan Joenoes (Bahagia, Semarang). Sebagai wakil ketua terpilih Wignjadisastra (kantor berita HIPA, Jakarta) dan Parada Harahap (Bintang Timur, Jakarta).<br />
Bertepatan dengan diadakannya Kongres Indonesia Raya ke-11 di Solo (1933), berhimpun pulalah sejumlah wartawan Indonesia dan bersepakat mendirikan Perdi (Persatuan Djurnalis Indonesia). Ketuanya Soetopo Wonobojo (Koemandang Rakjat, Solo), R.M. Soedarjo Tjokrosisworo (Midden Java Redacteur Soeara Oemoem). Penulis, R. Sjamsu Hadiwijoto (Adil, Solo), Sjamsuddin Sutan Makmur (Daya Upaya, Semarang), Bakri Soeraatmadja (Sipatahoenan, Bandung), Inu Perbatasari Mertokoesoemo (Oetoesan Indonesia, Yogya) dan Joenoes Dirk Syaranamoeal (Soeara Oemoem, Surabaya). Pada waktu berdirinya, Perdi mempunyai cabang-cabang di Solo, Yogya, Semarang, Surabaya, Jakarta dan Bandung.<br />
Dalam sejarahnya, Perdi terus berdampingan dengan pergerakan rakyat yang waktu itu tergabung dalam GAPI (Gabungan Politik Indonesia), yaitu suatu federasi dari partai-partai politik nasional yang ada pada masa itu, dan dengan MIAI (Majelis Islam Ala Indonesia), federasi sejumlah ormas dan partai Islam.<br />
Sejumlah kaum wartawan muslim di sekitar 1935-an di Medan, mendirikan Warmusi (Wartawan Muslimin Indonesia), dipelopori oleh Mohammad Yunan Nasution (Pedoman Masyarakat), Zainal Abidin Ahmad (Pandji Islam), dan di Jawa Soerono Wirohardjono (Adil, Solo), Wali al-Fatah dan Ghafar Ismail.<br />
Sebagaimana halnya ormas dan perkumpulan lainnya, maka pada zaman Jepang baik Perdi maupun Warmusi menghentikan kegiatannya atau membubarkan diri.<br />
Bahwasanya pers Indonesia sudah menyadari keperluan adanya sebuah kantor berita, terbukti telah dirintis oleh beberapa wartawan untuk mendirikan persbureau. Terlebih pula, setelah ternyata bahwa Aneta sangat tidak pernah memperhatikan apa yang terjadi di komunitas Indonesia. Peristiwa-peristiwa penting, seperti Kongres Bahasa Indonesia, Kongres Perdi, Kongres PGHB (Persatuan Guru Hindia Belanda) dan lain-lainnya lagi, tidak pernah disiarkan Aneta.<br />
Parada Harahap pernah berusaha mendirikan kantor berita Alpena (Algemeen Pers en Nieuws Agentschap) dengan cabangnya di Purwokerto. Kemudian A. Wignyadisastra, koresponden berbagai suratkabar, sekaligus menjadi pegawai Balai Pustaka, juga pernah mencoba mendirikan HIPA (Het Indonesische Pers Agentschap) di Jakarta. Di Medan oleh Muhammad Yunan Nasution juga pernah didirikan Persbureau Himalaya. Semuanya tidak tahan lama.<br />
Bratanata di Cirebon pernah pula mengeluarkan buletin stensilan bernama Nicork (National Indonesische Correspondentie Kantoor), yang semula dimaksudkan sebagai persbureau. Tetapi dalam perkembangannya justru menjadi suratkabar dan bernama Nicork-Expres, kuat bertahan sampai Jepang datang.<br />
Sekitar 1930-an, Mohammad Arif Lubis di Medan membangun Inpera (Indonesische Pers Agentschap). Di Ambon John Tupamahu mendirikan Maloekoe dengan menerbitkan buletin kantor berita.<br />
Di Kalimantan pada tahun 1926 seorang putra Dayak, Housman Babou dan L.H. Rumdjain putra Minahasa mendirikan Borpena (Borneo Pers en Nieuws Agentschap); dalam tahun 1928 namanya diubah menjadi Kalpena (Kalimantan Pers en Nieuws Agentschap). Kantor berita ini bertahan sampai 1934 karena kalah bersaing dengan Aneta.<br />
Sementara itu, sewaktu Soewardi Soerjaningrat dibuang ke Nederland, dia juga mencoba mendirikan kantor berita di sana, Indonesische Persbureau yang tujuan utamanya untuk lebih memperkenalkan nama Indonesia, dengan sendirinya kantor berita tadi menghentikan kegiatannya, setelah Soewardi kembali pulang ke Indonesia.<br />
Yang langgeng hidupnya ialah Kantor Berita Antara, yang didirikan pada tahun 1937 oleh Mr. Sumanang, Albert Sipahutar, Adam Malik dan Pandoe Kartawiguna. Antara dalam sejarah ternyata timbul tenggelam dengan bangsa yang melahirkan, membesarkan dan yang memilikinya.<br />
Antara pada masa penjajahan merupakan eksponen penting bagi perjuangan kemerdekaan. Sebagaimana halnya pers dan kaum wartawan Indonesia masa itu umumnya, terlebih dahulu nasionalis, baru kemudian wartawan. Pers Indonesia di masa penjajahan adalah pers perjuangan. (Soebagijo I.N Sumber: Abdullah Latief 1980 Pers di Indonesia di zaman pendudukan Jepang, “Karya Anda” Surabaya; Abdurrachman Surjomihardjo, Beberapa Segi Perkembangan Pers di Indonesia ldayu, Jakarta; Abdurrachman Surjomihardjo 1980: Beberapa Segi Perkembamgan Sejarah Pers di Indonesia. Deppen RI-Leknas LIPI; Departemen Penerangan : suratkabar Indonesia pada Tiga Zaman, tanpa tahun; Evert - Jan Hoogerwerf 1990 : Persgeschiedenis van Indonesia tot 1942. KITLV Uitgeverij, Leiden; Kwee Kek Beng 1948; Doea Poeloe Lima Tahon sebagai Wartawan. Kuo-Batavia; Leo Suryadinata 1981 Eminent Indonesian Chinese. Gunung Agung Singapore; Moerthiko 1978. Pelita Hidup. Sekretariat Empeh Wong Kam Fu, Semarang; Nio Joe Lan 1946. Dalem Tawanan Djepang. Lotus Co, Djakarta Kota; S.P.S. Djakarta. 1958 Sekilas Perdjuangan Suratkabar; Soebagijo IN. 1977: Sejarah Pers Indonesia, Dewan Pers; Soendoro : Djurnalistiek Seperempat Abad dalam Ragi Buana, Agustus 1970; Sumanang Mr. 1953. Buku Pelajaran pers dan Journalistik, Balai Pustaka Jakarta; Tio le Soei 1955 Lie Kim Hok, Good Luck Bandung; Tamar Djaja 1980. ROHANA KUDUS Srikandi Indonesia. Mutiara, Jakarta; L. Taufik Drs. 1977. Sejarah dan Perkembangan Pers di Indonesia. PT. Triyinco; Wormser. Mr. C.W. Journalistiek op Java. Uitgeverij W. van Hoeve, Deventer, tanpa tahun; Wormser. Mr. C.W. Drie en Dertig Jaren op Java. Amsterdam; Surat-suratkabar Kompas, Sinar Harapan, Soerabaya Post, Kedaulatan Rakjat, Suara Merdeka)</span></span><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><span lang="IN">Sumber : www.google.com</span></span></div>berbagi ilmuhttp://www.blogger.com/profile/15944071354831038903noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1951016270917885479.post-6188264193543402272011-06-14T09:34:00.000-07:002016-05-24T23:49:56.194-07:00Cara membuat lead dalam berita<div style="font-family: inherit;"><m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: normal;"><span style="font-size: small;">Jika Anda sudah selesai meliput dan merasa senang dengan fakta serta data yang diperoleh, maka tinggal tugas berikutnya menuliskannya dengan jelas. Prinsip utama dalam membuat berita adalah clarity dan concise. Jelas, lugas dan lengkap. Secara teoritis memang mudah dikatakan namun dalam praktek membutuhkan pengalaman dan sedikit keahlian.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: normal;"><span style="font-size: small;">Lead berita adalah jendela untuk melihat isi berita. Dengan membaca paragraf pertama yang sering disebut lead ini makan pembaca diajak untuk memahami isi berita ini. Dengan penjelasan singkat di paragraf pertama atau lead berita itu penulisnya berusaha mengajak pembaca memasuki tubuh berita.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: normal;"><span style="font-size: small;">Lead bagaikan hidangan pembuka yang akan mengajak pembaca menikmati kunyahan makanan dalam tubuh berita. Jika lead itu terasa lezat, penuh informasi dan jelas maka pembaca ingin melihat lebih lengkap dalam tubuh berita. Inilah tantangan utama jurnalis membuat lead yang menyajikan berita secara komprehensif.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: normal;"><span style="font-size: small;">Prinsip lain yang perlu dipertimbangkan adalah kesempatan pembaca yang serba ringkas. Pembaca surat kabar atau majalah, tentu mengharapkan dalam satu paragraf bisa dipahami inti dari ceritanya. Pembaca tidak hanya membaca satu atau dua berita di sebuah media cetak, tetapi mungkin lebih dari sepuluh berita. Dengan cara membaca cepat maka terdapat informasi yang segera bisa diraup. Disinilah juga lead harus memainkan peran penting untuk “meringankan” beban pembaca sehingga lead merupakan sebuah sajian yang mengalir.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: normal;"><span style="font-size: small;">Sesudah memahami prinsip dasar dalam menyajikan lead yang segar dan mengalir, maka penulis berita harus mulai menyusun fakta-fakta yang sudah didapat dilapangan. Prinsip <b>5W + 1 H</b> tetap dipegang tetapi tidak secara kaku. Tidak selalu urutan <b>what, when, who, where, why</b> dan <b>how</b> harus dipegang secara pasti.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: normal;"><span style="font-size: small;">Jurnalis yang sudah sering meliput berita akan mengetahui kapan what dan kapan who menjadi kalimat pertama dalam lead regantung pada suatu kejadian tesebut.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: normal;"><span style="font-size: small;">Dalam insiden jatuhnya pesawat Adam Air di Sulawesi Barat, maka kalimat pertama yang perlu disimpan adalah mengenai who dan when. Berapa korban yang jatuh dalam musibah itu menjadi sangat penting karena menyangkut jiwa manusia sampai sekitar 200 orang. Ini bukan jumlah yang sedikit.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: normal;"><span style="font-size: small;">Ketika pesawat Adam Air retak badan pesawatnya di bandara Juanda, Surabaya, maka unsur who menjadi lebih turun karena yang menjadi perhatian adalah what – yakni pesawat retak dan ekornya patah – namun tidak jatuh korban jiwa. </span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: normal;"><span style="font-size: small;">Karena berita akan berjalan terus maka urutan why dan how mungkin akan turun di belakang hari. Setelah black box pesawat Garuda yang jatuh di Yogyakarta diperiksa di Amerika Serikat, maka kalimat pertama mungkin akan cocok menempatkan why sebagai pembukanya.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; line-height: normal;"><span style="font-size: small;">Demikian juga dengan berita “hardnews” lainnya maka teknik membuat lead yang tepat merupakan salah satu rumus mengapa media satu lebih unggul dari media lainnya. Jika penulis berita sendiri tidak mengerti lead yang ditulisnya, jangan harap pembaca akan lebih mengerti. Jadi lead harus dimengeri wartawan lebih dahulu sehingga pembaca merasa tidak menjadi beban melahap berita-berita baru setiap hari.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><span lang="IN" style="color: red;">Sumber google</span></span></div><a href="https://4.bp.blogspot.com/-9yOROX-jM5E/V0VLCSu7lfI/AAAAAAAAAE0/rC6U_CMmt7ERrH5CrL8wc11U229sME02wCLcB/s1600/5w-1h.jpg" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://4.bp.blogspot.com/-9yOROX-jM5E/V0VLCSu7lfI/AAAAAAAAAE0/rC6U_CMmt7ERrH5CrL8wc11U229sME02wCLcB/s320/5w-1h.jpg" /></a>berbagi ilmuhttp://www.blogger.com/profile/15944071354831038903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1951016270917885479.post-11591221865961116512011-06-14T08:54:00.005-07:002011-06-14T08:58:44.967-07:00PENGERTIAN PERS<m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">A. Istilah pers berasal dari kata persen bahasa Belanda atau press bahasa Inggris, yang berarti menekan yang merujuk pada mesin cetak kuno yang harus ditekan dengan keras untuk menghasilkan karya cetak pada lembaran kertas.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">B. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kata pers berarti: 1) alat cetak untuk mencetak buku atau surat kabar, 2) alat untuk menjepit atau memadatkan, 3) surat kabar dan majalah yang berisi berita, 4) orang yang bekerja di bidang persurat kabaran.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">C. Menurut UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers, Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">II. FUNGSI PERS</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Menurut UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers, disebutkan dalam pasal 3 fungsi pers adalah sebagai berikut :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">A. Sebagai Media Informasi</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, ialah perrs itu memberi dan menyediakan informasi tentang peristiwa yang terjadi kepada masyarakat, dan masyarakat membeli surat kabar karena memerlukan informasi.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">B. Fungsi Pendidikan</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, ialah pers itu sebagi sarana pendidikan massa (mass Education), pers memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga masyarakat bertambah pengetahuan dan wawasannya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">C. Fungsi Menghibur</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, ialah pers juga memuat hal-hal yang bersifat hiburan untuk mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel-artikel yang berbobot. Berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, dan karikatur.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">D. Fungsi Kontrol Sosial</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, terkandung makna demokratis yang didalamnya terdapat unsur-unsur sebagai berikut:</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">1. Social particiption yaitu keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">2. Socila responsibility yaitu pertanggungjawaban pemerintah terhadap rakyat.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">3. Socila support yaitu dukungan rakyat terhadap pemerintah.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">4. Social Control yaitu kontrol masyarakat terhadap tindakan-tindakan pemerintah.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">E. Sebagai Lembaga Ekonomi</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, yaitu pers adalah suatu perusahaan yang bergerak dibidang pers dapat memamfaatkan keadaan disekiktarnya sebagai nilai jual sehingga pers sebagai lembaga sosial dapat memperoleh keuntungan maksimal dari hasil prodduksinya untuk kelangsungan hidup lembaga pers itu sendiri.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">III. PERANAN PERS</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Menurut pasal 6 UU No. 40 tahun 1999 tentang pers, perana pers adal;ah sebagai berikut :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">1. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">2. Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, hak asasi manusia, serta menhormati kebhinekaan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">3. Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">4. Melakukan pengawasan,kritik, koreksi dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">5. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">IV. PERKEMBANGAN PERS DI INDONMESIA</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">A. Di Masa Penjajahan Belanda dan Jepang</span></i><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> </span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Penjajah Belanda</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> sangat mengetahui pengaruh surat kabar terhadap masyarakat indonesia, karena itu mereka memandang perlu membuat UU untuk membendung pengaruh pers Indonesia karena merupakan momok yang harus diperangi. Menuru Suruhum pemerintah mengeluarkan selain KUHP tetapi belanda mengeluarkan atruan yang bernama Persbreidel Ordonantie, yang memberikan hak kepada pemerintah Hindia Belanda untuk menghentikan penerbitan surat kabar atau majalah Indonesia yang dianggap berbahaya. Kemudian belanda juga mengeluarkan Peraturan yang bernama Haatzai Artekelen, yautu berisi pasal-pasal yang mengancam hukuman terhadap siapapun yang menyebarkan perasaan permusuhan, kebencian, serta penghinaan terhadap pemerintah Nederland dan Hindia Belanda, serta terhadap sesutu atau sejumlah kelompok penduduk Hindia Belanda.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Demikian halnya pada pendudukan Jepang</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> yang totaliter dan pasistis, dimana orang-orang surat kabar (pers) Indonesia banyak yang berjuang tidak dengan ketajaman penanya melainkan dengan jalan lain seperti organisasi keagamaan , pendidikan, politik. Hal ini menunjukkan bahwa di masa Jepang pers Indonesia tertekan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Walaupun pers tertekan dimasa Jepang namun ada beberapa keuntungan antara lain :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">1. Pengalaman yang diperoleh para karyawan pers indonesia bertambah. Terutama dalam penggunaan alat cetak yang canggih ketimbang Zaman belanda.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">2. Penggunaan bahasa Indonesia dalam pemberitaan makin sering dan luas.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">3. Adanya pengajaran untuk rakyat agar berpikir kritis terhadap berita yang disajikanoleh sumber-sumber resmi Jepang.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">B. Di Masa Orde Lama</span></i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pers di masa demokrasi liberal</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> (1949-1959) landasan kemerdekaan pers adalah konstitusi RIS 1949 dan UUD Sementara 1950, yaitu Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat. Isi pasal ini kemudian dicantumkan dalam UUD Sementara 1950. Awl pembatasan pers adalah efek samping dari keluhan wartawan terhadap pers Belanda dan Cina, namun pemerintah tidak membatasi pembreidelan pers asing saja tetapi terhadap pers nasional.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pers di masa demokrasi terpimpin</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> (1956-1966), tindakan tekanan terhadap pers terus berlangsung yaitu pembreidelan terhadap harian Surat Kabar Republik, Pedoman, Berita Indonesia dan Sin Po di Jakarta. Upaya untuk pembatasan kebebasan pers tercermin dari pidato Menteri Muda penerangan RI yaitu Maladi yang menyatakan …..Hak kebebasan individu disesuaikan denga hak kolektif seluruh bangsadalam melaksanakan kedaulatan rakyat. Hak berpikir, menyatakan pendapat, dan memperoleh penghasilan sebagaimana yang dijamin UUD 1945 harus ada batasnya yaitu keamanan negara, kepentingan bangsa, moraldan kepribadian indonesia, serta tanggung jawab kepada Tuhan YME.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">C. PERS DI MASA ORDE BARU</span></i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pada awal kepemimpinan orde baru menyatakan bahwa membuang jauh praktik demokrasi terpimpin diganti dengan demokrasi Pansasila, hal ini mendapat sambutan positif dari semua tokoh dan kalangan, sehingga lahirlah istilah pers Pancasila. Menurut sidang pleno ke 25 Dewan Pers bahwa Pers Pancasila adalah pers Indonesia dalam arti pers yang orientasi, sikap, dan tingkah lakunya didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Hakekat pers Pancasila adalah pers yang sehat, pers yang bebas dan bertanggung jawab dalam menjalankan fungsinya sebagai penyebar informasi yang benar dan objektif, penyalur aspirasi rakyat, dan kontrol sosial yang konstruktif.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Masa kebebasan ini berlangsung selama delapan tahun disebabkan terjadinya pristiwa malari (Lima Belas Januari 1974) sehingga pers kembali seperti zaman orde lama. Dengan peristiwa malari beberapa surat kabar dilarang terbit termasuk Kompas. Pers pasca peristiwa malari cenderung pers yang mewakili kepentingan penguasa, pemerintah atau negara. Pers tidak pernah melakukan kontrol sosial disaat itu. Pemerintah orde baru menganggap bahwa pers adalah institusi politik yang harus diatur dan dikontrol sebagaimana organisasi masa dan partai politik.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">D. PERS DI ERA REFORMASI</span></i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kalngan pers kembali bernafas lega karena pmerintah mengeluarkan UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Azasi manusia dan UU no. 40 tahun 1999 tentang pers. Dalam UU Pers tersebut dengan tegas dijamin adanya kemerdekaan pers sebagai Hak azasi warga negara (pasal 4) dan terhadap persnasioal tidak lagi diadakan penyensoran, pembreidelan, dan pelarangan penyiaran (pasal 4 ayat 2). Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan memiliki hak tolak agar wartawan dapat melindungi sumber informasi, dengan cara menolak menyebutkan identitas sumber informasi, kecuali hak tolak gugur apabila demimkepentingan dan ketertiban umum, keselamatan negara yang dinyatakan oleh pengadilan.<b> </b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">V. PERS YANG BEBAS DAN BERTANGGUNG JAWAB SESUAI KODE ETIK JURNALISTIK</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">A. Landasan Hukum Pers Indonesia</span></i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">1. Pasal 28 UUD 1945</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, berbunyi kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan, dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-Undang.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">2. Pasal28 F UUD 1945</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, berbunyi setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">3. Tap MPR No. XVII/MPR/1998</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> tentang Hak Azasi Manusia pada pasal 20 dan 21 yang bebunyi :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">-Pasal 20</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> : Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi di lingkungan sosialnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">-Pasal 21</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> : Setiap orang berhak untuk mencari,<b> </b>memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">4. UU N0. 39 tahun 2000 pasal 14 ayat 1 dan 2 :</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">-Ayat 1</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> yaitu Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi di lingkungan sosialnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">-Ayat 2</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> yaitu Setiap orang berhak untuk mencari,<b> </b>memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">5. UU No. 40 Tahun 1999 tentang pers pasal 2 dan pasal 4 ayat 1 :</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">-Pasal 2</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> berbunyi Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">-pasal 4 ayat 1</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> berbunyi Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warganegara.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">B. DEWAN PERS</span></i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Menurut UU No. 40 tahun 1999 tentang pers pada pasal 15 ayat 1 menyatakan Dewan Pers yang independen dibentuk dalam upaya mengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan pers nasional. Fungsi-fungsi dewan pers adalah :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">1. Melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">2. Melaksanakan pengkajian untuk pengembangan pers.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">3. menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">4. Memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">5. Mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, dan pemerintah.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">7. Memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyususn peraturan di bidang pers dan meningkatkan kualitas profesi kewartawanan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">8. Mendata perusahaan pers (Pasal 15 ayat 2).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">C. ANGGOTA DEWAN PERS </span></i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Keangotaan dewan pers terdiri dari :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">1. Wartawan yang dipilih oleh organisasi wartawan</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">2. Pimpinan perusahaan pers yang dipilih oleh orhganisasi perusahaan pers.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">3. Tokoh masyarakat, ahli bidang pers atau komunikasi dan bidang lainnya yang dipilih oleh arganisasi perusahaan pers;</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">4. ketua dan wakil ketua dipilih dari dan oleh anggoata.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">5. Keanggotaan dewan pers ditetapkan dengan keputusan Presiden.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">6. Masa Jabatan anggota tiga tahun dan dapat dilpilih kembali untuk satu periode.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">D. LANDASAN PERS NASIONAL :</span></i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">1. Landasan idiil adalah Falsafah Pancasila (Pembukaan UUD 1945).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">2. Landasan Konstitusi adalah UUD 1945</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">3. Landasan Yuridis adalah UU Pokok Pers yaitu UU No. 40 tahun 1999.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">4. Landasan Profesional adalah Kode Etik Jurnalistik</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">6. Landasan Etis adalah tata nilai yang berlaku di masyarakat.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">VI. KEBEBASAN PERS</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kebebasan pers di Indonesia merupakan hal yang baru sehingga rawan gangguan. Secara umum ada dua macam gangguan :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">1. Pengendalian kebebasan pers</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> yaitu masih ada pihak-pihak yang tidak suka dengan adanya kebebasan pers, sehingga mereka ingin meniadakan kebebasan pers.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">2. Penyalahgunaan kebebasan pers</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> yaitu insan pers memamfaatkan kebebasan yang dimilikinya untuk melakukan kegiatan Jurnalistik yang bertentangan dengan fungsi dan peranan yang diembannya. Oleh karena itu tantangan terberat bagi wartwan adalah kebebasan pers itu sendiri.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Ad 1</span></i></b><i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> Pengendalian Kebebasan Pers : ada 4 faktor ayng menyebabkan terjadinya pengendalian kebebasan pers, yaitu :</span></i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">a. Distorsi peraturan perundang-undangan</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, contoh dalam UUD 1945 pasal 28 sudah sangat jelas menjamin kebebasan pers, tidak ada sensor, tidak ada breidel, setiap warganegar dapat malakukan perusahaan pers (UU No. 11 tahun 1966). Namun muncul UU No. 21 tahun 1982 tentang pokok pers. Di dalamnya mengatur tentang Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) serta menteri penerangan dapat membatalkan SIUPP walaupun tidak menggunakan istilah breidel.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">b. Perilaku Aparat</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, yaitu perilaku aparat dengan cara menelpon redaktur, mengirimkan teguran tertulis ke redaksi media massa, membreidel surat kabar dan majalah, kekerasan fisik pada wartawan, menangkap, memenjarakan, bahkan membunuh wartawan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">c. Pengadilan Massa</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, Ketidak puasan atau merasa dirugikan atas suatu berita dapat menimbulkan pengadilan massa dengan menghukum menurut caranya sendiri, menteror, penculikan pengrusakan kantor media massa, dll.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">d. Perilaku pers sendiri</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, perolehan laba menjadi lebih utama daripada penyajian berita yang berkualitas dan memenuhi standar etika jurnalistik, karena iming-iming keuntungan yang lebih besar.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Ad.2.</span></i></b><i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> Penyalahgunaan Kebebasan Pers,</span></i><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> </span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">seperti penyajian berita atau informasi yang tidak akurat, tidak objektif, bias, sensasional, tendensius, menghina, memfitnah, menyebarkan kebohongan, fornografi, menyebarkan permusuhan, mengeksploitasi kekerasan, dll.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">VII. TEORI-TEORI TENTANG PERS</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">1.Teori pers otoritarian :</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> Teori ini menganggap Negara sebagai ekspresi tertinggi dari pada kelompok manusia, yang mengungguli masyarakat dan individu. Negara adalah hal yang sangat penting yang dapat membuat manusia menjadi manusia seutuhnya anpa Negara manusia menjadi primitif tidak mencapai tujuan hidupnya. Oleh karena itu pers adalat alat penguasa untuk menyampaikan keinginannya kepada rakyat.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Prinsip-prinsipnya : </span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">a. Media selamanya tunduk pada penguasa</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">b. Sensor dibenarkan tak dapat diterima.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">c. Kecaman terhadap penguasa dan penympangannya kebijakannya d. Wartawan tidak memiliki kebebasannya</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">2. Teori Pers Libertarian :</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> Teori menganggab bahwa pers merupakan sarana penyalur hati nurani rakyat untuk mengawasi dan menetukan sikap terhadap kebijakan pemerintah. Pers berhadapan dengan pemerintah Pers bukanlah alat kekuasaan pemerintah. Teori ini menganggab sensor sebagai hal yang Inkonstitusional.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tugas-tugasnya : </span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">a. Melayani kebutuhan ekonomi (iklan)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">b. Melayani kehidupan politik</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">c. Mencari keuntungan (kelangsungan hidupnya)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">d. Menjaga hak warga Negara (control social)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">e. Memberi hiburan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Ciri-cirinya : </span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">a. Publikasi bebas dari penyensoran</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">b.Tidak memerlukan ijin penerbitan, pendistribusian</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">c. Kecaman terhadap pejabat, partai politik tidak dipidana</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">d.Tidak adak kewajiban untuk mempublikasikan segala hal . e. Publikasi kesalahan dilindungi sama dengan publikasi kebenaran sepanjang menyangkut opini dan keyakinan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">f. Tidak ada batas hukum dalam mencari berita</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">g. Wartawan mempunyai otonomi professional.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">3. Pers Tanggung Jawab Sosial</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, mengemukakan bahwa kebebasan pers harus disertai dengan tanggung jawab kepada masyarakat, kebebasan pers perlu dibatasi oleh dasar moral, etika dan hati nurani insan pers sebab kemerdekaan pers itu harus disertai tanggung jawab kepada masyarakat.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">4. Teori Pers komunis,</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> menyatakan pers adalah alat pemerintah atau partai yang berkuasa dan bagian integral dari negara sehingga pers itu tunduk kepada negara. <b>Ciri-ciri pers Komunis adalah :</b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">a. Media dibawah kendali kelas pekerja karena pers melayani kelas tersebut.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">b. Media tidak dimiliki secara pribadi.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">c. Masyarakat berhak melakukan sensor.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">VIII. KODE ETIK JURNALISTIK </span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Kemerdekaan pers adalah sarana masyarakat untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi, guna memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers itu, wartawan Indonesia juga menyadari adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial, keberagaman masyarakat, dan norma-norma agama. Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalisti:</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pasal 1</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Penafsiran :</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata-mata untuk menimbulkan kerugian pihak lain. </span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pasal 2</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Penafsiran:<br />
</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Cara-cara yang profesional adalah:</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">a. menunjukkan identitas diri kepada narasumber;</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">b. menghormati hak privasi;</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">c. tidak menyuap;</span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya; rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang;</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara;</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri;</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik.</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pasal 3</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Penafsiran </span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang kebenaran informasi itu.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masing-masing pihak secara proporsional.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan opini interpretatif, yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas fakta.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi seseorang.</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pasal 4</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Penafsiran </span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat buruk.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto, gambar, suara, grafis atau tulisan yang semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan mencantumkan waktu pengambilan gambar dan suara.</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pasal 5</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 24pt;">Penafsiran</span></b></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri seseorang yang memudahkan orang lain untuk melacak.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum menikah.</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pasal 6</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Penafsiran </span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Menyalahgunakan profesi adalah segala tindakan yang mengambil keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi pengetahuan umum.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi independensi.</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pasal 7</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Penafsiran </span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Hak tolak adalak hak untuk tidak mengungkapkan identitas dan keberadaan narasumber demi keamanan narasumber dan keluarganya.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran berita sesuai dengan permintaan narasumber.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Informasi latar belakang adalah segala informasi atau data dari narasumber yang disiarkan atau diberitakan tanpa menyebutkan narasumbernya.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">“Off the record” adalah segala informasi atau data dari narasumber yang tidak boleh disiarkan atau diberitakan.</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pasal 8</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 24pt;">Penafsiran</span></b></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Prasangka adalah anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui secara jelas.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan.</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pasal 9</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 24pt;">Penafsiran</span></b></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan berhati-hati.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan seseorang dan keluarganya selain yang terkait dengan kepentingan publik.</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pasal 10</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Penafsiran </span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Segera berarti tindakan dalam waktu secepat mungkin, baik karena ada maupun tidak ada teguran dari pihak luar.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan terkait dengan substansi pokok.</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pasal 11</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.<br />
<b>Penafsiran </b></span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang perlu diperbaiki.</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Penilaian akhir atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan Dewan Pers.<br />
Sanksi atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan oleh organisasi wartawan dan atau perusahaan pers</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN" style="color: red;">Sumber google</span></div>berbagi ilmuhttp://www.blogger.com/profile/15944071354831038903noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1951016270917885479.post-32993875894698431202011-06-14T08:53:00.001-07:002011-06-14T08:59:31.132-07:00Sejarah pers indonesia<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style> <![endif]--> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<span lang="IN" style="color: blue;">Pers Indonesia dari Zaman Hindia Belanda Sampai Masa Revolusi<br />
</span><span lang="IN" style="color: blue; font-size: 18pt;">”Medan Prijaji” Koran Politik Pribumi</span><span lang="IN" style="color: blue;"><br />
Oleh HARYADI SUADI</span><br />
<em><span lang="IN">Orang tidak dapat membajangkan lagi sekarang, bagaimana sekiranja hidup kita ini, bilamana tidak ada surat kabar. (Parada Harahap “Kedudukan Pers Di Masjarakat” 1951)</span></em><br />
<span lang="IN">BERBICARA perihal dunia pers di Indonesia, tentunya tidak bisa dipisahkan dari hadirnya bangsa Barat di tanah air kita. Memang tidak bisa dimungkiri, bahwa orang Eropa lah, khususnya bangsa Belanda, yang telah “berjasa” memelopori hadirnya dunia pers serta persuratkabaran di Indonesia. Masalahnya sebelum kehadiran mereka, tidak diberitakan adanya media masa yang dibuat oleh bangsa pribumi.</span><br />
<span lang="IN">Tentang awal mula dimulainya dunia persuratkabaran di tanah air kita ini, Dr. De Haan dalam bukunya, “Oud Batavia” (G. Kolf Batavia 1923), mengungkap secara sekilas bahwa sejak abad 17 di Batavia sudah terbit sejumlah berkala dan surat kabar. Dikatakannya, bahwa pada tahun 1676 di Batavia telah terbit sebuah berkala bernama <em>Kort Bericht Eropa</em> (berita singkat dari Eropa). Berkala yang memuat berbagai berita dari Polandia, Prancis, Jerman, Belanda, Spanyol, Inggris, dan Denmark ini, dicetak di Batavia oleh Abraham Van den Eede tahun 1676. Setelah itu terbit pula <em>Bataviase Nouvelles</em> pada bulan Oktober 1744, <em>Vendu Nieuws</em> pada tanggal 23 Mei 1780, sedangkan <em>Bataviasche Koloniale Courant</em> tercatat sebagai surat kabar pertama yang terbit di Batavia tahun 1810.</span><br />
<span lang="IN">Sejak abad 17 dunia pers di Eropa memang sudah mulai dirintis. Sekalipun masih sangat sederhana, baik penampilan maupun mutu pemberitaannya, surat kabar dan majalah sudah merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat di masa itu. Bahkan, para pengusaha di masa itu telah meramalkan bahwa dunia pers di masa mendatang merupakan lahan bisnis yang menjanjikan. Oleh karena itu, tidak heran apabila para pengusaha persuratkabaran serta para kuli tinta asal Belanda sejak masa awal pemerintahan VOC, sudah berani membuka usaha dalam bidang penerbitan berkala dan surat kabar di Batavia.</span><br />
<span lang="IN">Kendati demikian, tujuan mereka bukan cuma sekadar untuk memperoleh keuntungan uang. Namun, mereka telah menyadari bahwa media masa di samping sebagai alat penyampai berita kepada para pembacanya dan menambah pengetahuan, juga punya peran penting dalam menyuarakan isi hati pemerintah, kelompok tertentu, dan rakyat pada umumnya. Apalagi, orang Belanda yang selalu mengutamakan betapa pentingnya arti dokumentasi, segala hal ihwal dan kabar berita yang terjadi di negeri leluhurnya maupun di negeri jajahannya, selalu disimpan untuk berbagai keperluan.</span><br />
<span lang="IN">Dengan kata lain media masa di masa itu telah dipandang sebagai alat pencatat atau pendokumentasian segala peristiwa yang terjadi di negeri kita yang amat perlu diketahui oleh pemerintah pusat di Nederland maupun di <em>Nederlandsch Indie </em>serta orang-orang Belanda pada umumnya. Dan apabila kita membuka kembali arsip majalah dan persuratkabaran yang terbit di Indonesia antara awal abad 20 sampai masuknya Tentara Jepang, bisa kita diketahui bahwa betapa cermatnya orang Belanda dalam pendokumentasian ini.</span><br />
<span lang="IN">Dalam majalah <em>Indie, Nedelandch Indie Oud en Nieuw, Kromo Blanda, Djawa, </em>berbagai <em>Verslagen </em>(Laporan) dan masih banyak lagi, telah memuat aneka berita dari mulai politik, ekonomi, sosial, sejarah, kebudayaan, seni tradisional (musik, seni rupa, sastra, bangunan, percandian, dan lain-lain) serta seribu satu macam peristiwa penting lainnya yang terjadi di negeri kita.</span><br />
<b><span lang="IN">Tirtoadisuryo Pelopor Bebas Buka Suara</span></b><br />
<span lang="IN">Sampai akhir abad ke-19, koran atau berkala yang terbit di Batavia hanya memakai bahasa Belanda. Dan para pembacanya tentu saja masyarakat yang mengerti bahasa tersebut. Karena surat kabar di masa itu diatur oleh pihak <em>Binnenland Bestuur </em>(penguasa dalam negeri), kabar beritanya boleh dikata kurang seru dan “kering”. Yang diberitakan cuma hal-hal yang biasa dan ringan, dari aktivitas pemerintah yang monoton, kehidupan para raja, dan sultan di Jawa, sampai berita ekonomi dan kriminal.</span><br />
<span lang="IN">Namun memasuki abad 20, tepatnya di tahun 1903, koran mulai menghangat. Masalahnya soal politik dan perbedaan paham antara pemerintah dan masyarakat mulai diberitakan. Parada Harahap, tokoh pers terkemuka, dalam bukunya “Kedudukan Pers Dalam Masjarakat” (1951) menulis, bahwa zaman menghangatnya koran ini, akibat dari adanya <em>dicentralisatie wetgeving</em> (aturan yang dipusatkan). Akibatnya beberapa kota besar di kawasan Hindia Belanda menjadi kota yang berpemerintahan otonom sehingga ada para petinggi pemerintah, yang dijamin oleh hak <em>onschenbaarheid</em> (tidak bisa dituntut), berani mengkritik dan mengoreksi kebijakan atasannya.</span><br />
<span lang="IN">Kritik semacam itu biasanya dilontarkan pada sidang-sidang umum yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat atau daerah. Kritik dan koreksi ini kemudian dimuat di berbagai surat kabar dalam ruangan <em>Verslaag</em> (Laporan) agar diketahui masyarakat. Berita-berita <em>Verslaag </em>ini tentu saja menjadi “santapan empuk” bagi para wartawan. Berita itu kemudian telah mereka bumbui dan didramatisasi sedemikian rupa sehingga jadilah suatu berita sensasi yang menggegerkan. Namun, cara membumbui berita <em>Verslaag</em> semacam ini, lama-kelamaan menjadi hal biasa. Bahkan, cara-cara demikian akhirnya disukai oleh para pengelolanya karena bisa mendatangkan keuntungan dan berita sensasi memang disukai pembacanya.</span><br />
<span lang="IN">Para petinggi pemerintah yang kena kritik juga tidak merasa jatuh martabatnya. Bahkan, ada yang mengubah sikapnya dan membuat kebijaksanaan baru yang menguntungkan penduduk. Keberanian menyatakan saran dan kritik ini akhirnya menular ke masyarakat. Tidak sedikit koran yang menyajikan ruangan surat pembaca yang menampung “curhat” tentang berbagai hal dari para pembacanya. Bahkan, setelah dibentuknya <em>Volksraad</em> (DPR buatan Belanda) pada tahun 1916, kritik yang menyerempet soal politik mulai marak.</span><br />
<span lang="IN">Dunia pers semakin menghangat ketika terbitnya “Medan Prijaji” pada tahun 1903, sebuah surat kabar pertama yang dikelola kaum pribumi. Munculnya surat kabar ini bisa dikatakan merupakan masa permulaan bangsa kita terjun dalam dunia pers yang berbau politik. Pemerintah Belanda menyebutnya <em>Inheemsche Pers</em> (Pers Bumiputra). Pemimpin redaksinya yakni R. M. Tirtoadisuryo yang dijuluki Nestor Jurnalistik ini menyadari bahwa surat kabar adalah alat penting untuk menyuarakan aspirasi masyarakat. Dia boleh dikata merupakan bangsa kita yang memelopori kebebasan</span><br />
<b><span lang="IN">Pers Kaum Pribumi</span></b><br />
<span lang="IN">Sikapnya ini telah memengaruhi surat kabar bangsa pribumi yang terbit sesudah itu. Hal ini terbukti dari keberanian dia menulis kalimat yang tertera di bawah judul koran tersebut, <em>Orgaan bagi bangsa jang terperintah di Hindia Olanda tempat membuka suaranja.</em> Kata terperintah di atas konon telah membuka mata masyarakat, bahwa bangsa pribumi adalah bangsa yang dijajah. Boleh jadi Tuan Tirto terinspirasi oleh kebebasan berbicara para pembesar pemerintah tersebut di atas. Rupanya dia berpendapat, bahwa yang bebas buka suara bukan beliau-beliau saja, namun juga rakyat jelata alias kaum pribumi.</span><br />
<span lang="IN">Hadirnya <em>Medan Prujaji</em> telah disambut hangat oleh bangsa kita, terutama kaum pergerakan yang mendambakan kebebasan mengeluarkan pendapat. Buktinya tidak lama kemudian Tjokroaminoto dari “Sarikat Islam” telah menerbitkan harian <em>Oetoesan Hindia</em>. Nama Samaun (golongan kiri) muncul dengan korannya yang namanya cukup revolusioner yakni <em>Api</em>, <em>Halilintar</em> dan <em>Nyala</em>. Suwardi Suryaningrat alias Ki Hajar Dewantara juga telah mengeluarkan koran dengan nama yang tidak kalah galaknya, yakni <em>Guntur Bergerak</em> dan <em>Hindia Bergerak</em>. Sementara itu di Padangsidempuan, Parada Harahap membuat harian <em>Benih Merdeka</em> dan <em>Sinar Merdeka</em> pada tahun 1918 dan 1922. Dan, Bung Karno pun tidak ketinggalan pula telah memimpin harian <em>Suara Rakyat Indonesia</em> dan <em>Sinar Merdeka</em> di tahun 1926. Tercatat pula nama harian <em>Sinar Hindia</em> yang kemudian diganti menjadi <em>Sinar Indonesia</em>.*** </span><br />
<em><span lang="IN">Penulis dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB</span></em><br />
<em><span lang="IN" style="color: red; font-style: normal;">Sumber google</span></em><i><span lang="IN" style="color: red;"></span></i><br />
<div class="MsoNormal"><br />
</div>berbagi ilmuhttp://www.blogger.com/profile/15944071354831038903noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1951016270917885479.post-20939941537478256162011-06-14T08:49:00.003-07:002011-06-14T08:58:05.810-07:00Tips Menulis Sebuah Berita<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-ansi-language:IN;}
</style> <![endif]--> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-zLvEGKXSCmQ/TfeDWtT9XWI/AAAAAAAAABk/31W8wJWtx2o/s1600/Artikel-Internet-Berita1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="319" src="http://4.bp.blogspot.com/-zLvEGKXSCmQ/TfeDWtT9XWI/AAAAAAAAABk/31W8wJWtx2o/s320/Artikel-Internet-Berita1.jpg" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><b><span lang="IN" style="font-size: 18pt; line-height: 115%;"><br />
</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Berita</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Para jurnalis yang sudah lama berkecimpung di dunia jurnalistik tahu bahwa kadangkala dalam sebuah peristiwa tidak hanya berupa satu buah kejadian saja. Bisa jadi dalam sebuah peristiwa terdiri dari banyak fragmen-fragmen kejadian yang layak diberitakan. Di dalam teknik penulisan berita langsung (straight news), jurnalis akan merangkum semua fakta-fakta itu ke dalam sebuah berita lempang dan singkat. Ini biasanya terjadi pada media-media yang menuntut aktualitas yang tinggi seperti koran, radio, TV dan internet.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Namun media yang tidak begitu diikat oleh waktu seperti tabloid mingguan atau majalah bulanan, jika mereka ikut-ikutan menulis seperti ini, tentu medianya tidak akan laku karena sudah basi. Karena itulah mereka harus menggali berita dari sudut pandang yang unik dengan tema yang awet alias tak lekang oleh waktu.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Sebagai contoh, dalam sebuah bencana di kota Y, terjadi kejadian sebagai berikut:</span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Sambaran petir dan angin badai meruntuhkan atap gedung berlantai lima</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Runtuhan atap itu menimpa mobil yang sedang melintas</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pengemudinya, seorang remaja putri, menginggal dunia</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dua penumpang terluka</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Aturan dasar dalam menulis berita lempang adalah menempatkan hal-hal yang paling penting di awal berita. Aturan ini tidak menjadi masalah sepanjang kisah ini hanya mempunyai satu peristiwa yang ditekankan. Namun ketika ada banyak peristiwa yang penting juga untuk diberitakan, maka tugas jurnalis menjadi semakin rumit. Untuk mengatasi hal ini, ada dua pilihan yang bisa dilakukan:</span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Merangkum semua fakta –dengan urutan penting ke tidak penting pada paragraf pertama, atau</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Memberi tekanan pada peristiwa tertentu yang paling penting di awal paragraf.</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Jika peristiwa di atas ditulis dalam sebuah berita lempang, hasilnya sebagai berikut:</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">“Atap sebuah gedung berlantai lima, runtuh setelah tersambar petir dan tersapu angin badai tadi malam. Runtuhan atap itu menimpa mobil yang sedang melintas, sehingga menewaskan Anastasia Suminem (18 tahun) yang mengemudi mobil itu. Sedangkan dua penumpang lainnya menderita luka-luka serius.”</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Berita seperti ini biasanya dimuat di koran harian. Namun ketika redaktur tabloid wanita akan mengangkat peristiwa ini, ia harus mencari sudut pandang lain. Ia memberi tugas reporternya untuk mengangkat kisah korban yang meninggal. Inilah hasilnya:</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">“Seorang remaja putri meninggal dunia (Jumat, 18/4) ketika mobil yang dikendarainya tertimpa atap gedung berlantai lima yang runtuh setelah tersambar petir. Selain itu, dua penumpang yang duduk di belakang menderita luka-luka serius. Saat itu mobil mereka sedang terjebak di kemacetan lalu lintas.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Anastasia Suminem (18 tahun) adalah seorang sekretaris PT. Sukar Maju. Ia sedang melintas jl. Sudirman ketika puluhan kubik bata, kayu, besi dan genting itu menghempas mobilnya. Timbunan material itu meringsekkan badan mobil bagian depan sehingga menewaskan Anastasia seketika itu juga.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Anastasia adalah seorang karyawati yang menuru penuturan Kristina, rekan kerjanya adalah karyawan periang yang tidak sungkan-sungkan memberi bantuan pada orang lain. Sifat suka menolongnya ini tercermin ketika ia menawarkan untuk mengantarkan pulang Yosafat Tukiyo (23 th) dan Maria Magdalena Pariyem (20 th). Padahal arah rumah Anastasia berlawanan dengan kedua rekannya ini.. …. “ kisah selanjutnya menceritakan tentang Anastasia.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Sementara itu, editor majalah bulanan memandangnya dari sisi lain. Ia tertarik pada petir yang menyambar pada saat jam-jam sibuk. Pada saat itu, jalanan macet karena banyak orang pulang kantor pada waktu yang bersamaan. Untuk itu, ia menugaskan anak buahnya untuk mewawancarai pakar Cuaca dan mencari informasi seputar perilaku petir.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Nah, begitulah. Untuk peristiwa yang sama, kita bisa menuliskan dalam dua atau lebih berita yang berbeda. Inilah yang disebut pemilihan sudut berita atau news angle. Pemilihan news angle sebuah media ini biasanya dipengaruhi oleh kebijaksanaan redaksional dan karakteristik pembacanya. Masih ingat kecelakaan tragis Lady Di? Untuk peristiwa yang sama, sebuah tabloid gosip mengangkat sisi perselingkuhan, majalah bulanan mengupas ulah para Paparazi ,sedangkan majalah berita berusaha menelusuri penyebab kecelakaan. Berbeda-beda ‘kan?</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Ketika sebuah media sudah mendapat point of interest dari sebuah kisah, mereka akan memusatkan perhatian pada satu hal itu saja. Mereka mengumpulkan dan menggali fakta di balik berita lempang untuk disusun menjadi sebuah berita kisah atau news feature. Karena relatif tidak terikat oleh waktu, penulis berita kisah punya kesempatan untuk menyusun kalimat yang menghidupkan imajinasi pembaca. Tulisan ini menarik perhatian pembaca hingg masuk ke dalam cerita itu dengan membantu mengidentifikasi diri dalam tokoh utama. Feature dapat menyentuh emosi pembaca sehingga mereka penasaran, skpetis, kagum, heran, tertawa, menangis, dongkol, senang dsb.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Menurut Wiliamson, “Feature adalah tulisan kreatif yang terutama dirancang untuk memberi informasi sambil menghibur tentang suatu kejadian situasi atau aspek kehidupan seseorang”. Masih kata Wiliamson, feature menekankan unsur kreativitas (dalam penciptaan), informatif (isinya) dan menghibur (gaya penulisannya) dan boleh subyektif (penuturannya). Ketiga syarat utama ini mutlak ada dalam feature, sedangkan unsur subyektifitas tidak mutlak. Kalau ada juga boleh, terutama untuk feature sisi manuniawi (human interest).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tips Menulis Berita</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Berikut ini adalah tips dalam menulis berita:</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">1. Tulislah berita yang menarik dengan menerapkan gaya bahasa percakapan sederhana . Tulislah berita dengan lead yang bicara. Untuk menguji lead anda “berbicara” atau “bisu” cobalah dengan membaca tulisan yang dihasilkan. Jika anda kehabisan nafas dan tersengal-sengal ketika membaca maka led anda terlalu panjang.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">2. Gunakan kata/Kalimat Sederhana. Kalimat sederhana terdiri dari satu pokok dan satu sebutan. Hindari menulis dengan kata keterangan dan anak kalimat. Ganti kata-kata yang sulit atau asing dengan kata-kata yang mudah. Bila perlu ubah susunan kalimat atau alinea agar didapat tulisan yang “mengalir”. Ingat KISS (Keep It Simple and Short)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">3. Hindari kata-kata berkabut. Kata-kata berkabut adalah tulisan yang berbunga-bunga, menggunakan istilah teknis, ungkapan asing yang tidak perlu dan ungkapan umum yang kabur. Yang diperlukan BI ragam jurnalistik adalah kejernihan tulisan (clarity).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">4. Libatkan pembaca. Melibatkan pembaca berarti menulis berita yang sesuai dengan kepentingan, rasa ingin tahu, kesulitan, cita-cita, mimpi dan angan-angan. Tapi ingat: jangan sampai terjebak menulis dengan gaya menggurui atau menganggap enteng pembaca. Melibatkan pembaca berarti mengubah soal-soal yang sulit menjadi tulisan yang mudah dimengerti pembaca. Melibatkan pembaca juga didapat dengan menulis sesuai rasa keadilan yang hidup di masyarakat.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">5. Gantilah kata sifat dengan kata kerja.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Baca kalimat ini: “Seorang perempuan tua yang kelelahan bekerja di sawahnya!”</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Bandingkan dengan: “Seorang perempuan tua membajak, kepalanya merunduk, nafas-Nya tersengal-sengal!”</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">6. Gunakan kosakata yang tidak memihak</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Baca kalimat ini: Seorang ayah memperkosa anak gadisnya sendiri yang masih Berusia 12 tahun</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Bandingkan dengan: Perkosaan menimpa anak gadis yang berusia 12 tahun.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">7. Hindari pemakaian eufemisme bahasa.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Baca kalimat: Selama musim kemarau terjadi rawan pangan di Gunung Kidul</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Bandingkan dengan: Selama musim kemarau terjadi kelaparan di Gunung Kidul</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Untuk membuat posting-an berita/artikel diharapkan kita sebagai warga masyarakat yang bermoral baik dan bertanggung jawab, mampu memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Untuk berita/artikel yang diambil dari sumber lain, mohon disertakan sumber berita/artikel tersebut. Jangan lupa untuk memberikan informasi sedetil mungkin agar informasi anda bermanfaat bagi kita semua. Beberapa tips untuk membuat berita:</span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Apa yang terjadi?</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kapan terjadinya?</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Siapa saja yang terlibat?</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Sebab musabab terjadinya?</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Bagaimana kisah terjadinya?</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Jenis-jenis Lead</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Hubungan antara lead dan sudut berita begitu memaksa reporter untuk memikirkan lead sejak masih di lapangan. Bahkan, penentuan lead di lapangan sangat membantu mengarahkan pengumpulan bahan. Di bagian ini akan kita coba uraikan 16 buah lead disertai contoh yang membantu.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">1. Lead PASAK (Peg</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Apakah yang menjadi gara-gara atau pelatuk peristiwanya? Misalnya, ada berita seorang Ibu yang putus asa karena ditinggal suami kawin lagi. Nah, pelaku peristiwa inilah yang akan menjadi lead. Putus asa karena ditinggal suami yang kawin lagi, seorang Ibu tega menggantung tiga anaknya kemarin siang di Cipanas. Ketiga korban berumur 4, 6, dan 8 tahun itu masih berpakaian seragam sekolah lengkap.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">2. Lead KONTRAS</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Ada berita terpilihnya TD Pardede sebagai Ketua Asosiasi Pengusaha Tekstil Indonesia di sebuah hotel mewah di Jakarta. Padahal, TD Pardede sedang berada di Medan. Selama ini TD Pardede dikenal orang sederhana, tidak kaya, namun ia terpilih sebagai ketua lembaga yang prestise. Di Medan, di kantor yang modern ber-AC, di balik meja tua yang sudutnya bekas terbakar, TD Pardede menerima pemilihannya sebagai Ketua Asosiasi Pengusaha Tekstil Indonesia. Berita itu disampaikan dengan telepon tadi malam dari Jakarta, tempat pemilihan itu berlangsung.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">3. Lead PERTANYAAN</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Ada berita tentang pemberantasan minuman keras di beberapa kota. Berapa ratus Baileys-kah untuk memulihkan sebuah kebahagiaan? Bismoko (45) bukan nama sebenarnya, salah seorang peminum berat yang kepergok kemarin di salah satu bar Jakarta, menjawab dua botol sekali minum, dua kali sehari, 25 hari sebulan. Ia seorang pengusaha (rekanan pemerintah) yang sukses, tetapi seorang suami yang malang, menurut pengakuannya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">4. Lead DESKRIPTIF</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Ada berita tentang gempa bumi yang terjadi di Jakarta. Peristiwa itu terjadi akibat adanya pergeseran lapis bumi di Pantai Pelabuhan Ratu. Gedung […] masih mencakar langit sampai jam 14.35 kemarin, ketika tiba-tiba puncaknya gemetar, hanya satu menit, lalu retak kecil membelah dari atas sampai ke bawah. Tidak seorang pun penghuninya sempat berteriak, tahu-tahu gedung itu sudah berubah jadi puing berlepotan darah, korban gempa berkekuatan gempa pada skala Richter</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">5. Lead STAKATO</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Ada berita tentang perebutan Piala Tommy dalam lomba balap mobil. Ada lima finalis yang dijagokan dalam ajang bergengsi itu. Wus, wus, wus! Lima mobil balap serentak meraung. Kuning-merah-hijau-putih-hitam. Hayo, hayo, hayo! Penonton serentak berteriak dan berjingkrak. Laki-perempuan-tua-muda. Urutan warna tidak berubah. Finish! Mobil kuning sudah pasti menang setelah tikungan maut itu, kemarin sore di sirkuit Sentul.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">6<b>. Lead LEDAKAN</b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Seorang lelaki keriput bagai buah markisa tua tertatih-tatih di tengah peserta seminar parapsikologi kemarin di Jakarta. Tiba-tiba sidang gempar. Lelaki itu menghamburkan serbuk merica ke seluruh ruangan, menyebabkan orang ramai bersin. Dengan itulah seminar resmi dibuka.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">7. Lead FIGURATIF</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Bagai siang memeluk malam, begitulah perkawinan Firman (27) dan Fiona (54) kemarin sore di Cibubur. Beda usia yang besar tampak tidak mampu membedakan, malah menyamakan keduanya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">8. Lead EPIGRAM (Ungkapan khas)</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Sudah diberi hati minta jantung pula. Seorang suami diancam cerai oleh istrinya di PN Jakarta Pusat kemarin pagi. Suami itu dituduh memperkosa anak tirinya, anak si istri dari perkawinan terdahulu, sementara istri membanting tulang dengan berjualan di pasar. Si suami menolak tuduhan. Katanya malah dirinya yang dipaksa oleh anak tirinya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">9. Lead LITERER</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kisah Si Kabayan terulang di Ciputat kemarin sore. Seorang lelaki muda dituduh oleh penduduk mencuri sapi. Lelaki itu membantah. Alasannya, dia hanya memungut tali jerami yang melintang di jalan. Bukan salahnya, kata lelaki itu, jika di ujung tali tersebut terikat seekor sapi.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">10. Lead PARODI</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Gara-gara terlalu bersemangat mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatan olahraga, rumah pun disatroni maling. Itulah yang menimpa keluarga X ketika seisi rumahnya, termasuk pembantu, meninggalkan rumah untuk lari di Monas Minggu pagi.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">11. Lead KUTIPAN</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">“Akan saya gebuk,” kata Presiden Soeharto kemarin di Boyolali, mereka yang mencoba mengganti presiden dengan cara-cara yang tidak konstitusional.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">12. Lead DIALOG/PERCAKAPAN</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">“Betulkah Saudara mencuri sapi?”</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">“Tidak Pak Hakim. Saya hanya menarik tali. Eh, tahu-tahu ada anak sapi di ujungnya.” Begitulah dialog hakim dan tersangka kemarin siang di PN Jakarta Selatan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">13. Lead KUMULATIF</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Lead kumulatif menyajikan peristiwa secara berurut, membawa pembaca sampai pada antiklimaks peristiwa. Polisi menerima laporan seorang gadis di Menteng, Jakarta Pusat kemarin sore. Konon di rumahnya ada cairan nitrogliserin, bahan pokok pembuat bom. Sepasukan polisi segera datang menggeledah kulkas, tempat cairan itu. Si gadis mengatakan, ia panik saat menerima botol itu dari temannya dan disuruh untuk melemparkannya pada siapa pun yang berani mengganggu. Ketika polisi menemukan dan memeriksanya, benda itu ternyata cuma lem.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">14. Lead SUSPENSI (sama persis dengan lead no 13</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">15. Lead URUTAN (idem ditto)</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">16. Lead SAPAAN</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Anakku, bagaimana kabarmu di sekolah? Apakah kamu senang belajar bersama teman-temanmu? Ah, tentu kamu senang belajar membaca, menulis, bermain di taman, dan sebagainya. Kisah berikut ini ternyata cuma mimpi bagi Syafitri Mutia, putri kedua Menteri Komunikasi dan Informasi Dr Sofyan A Djalil.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Langkah-langkah Menulis Berita</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Setelah menentukan LEAD, kita perlu menginterventarisasi jenis-jenis keterangan yang telah dikumpulkan di lapangan, yaitu JALAN CERITA dari PERISTIWA yang hendak Anda laporkan. Hasil investarisasi inilah yang perlu dibongkar pasang sampai terasa pas dengan JALAN CERITA yang ditemukan. Itulah pula yang jadi sub judul dari berita. Setelah merumuskan LEAD, mulailah kita menata BADAN BERITA. Satu hal yang perlu diingat ialah tempatkanlah hasil inventarisasi yang kurang penting di bagian belakang berita. Semakin kurang penting unsur inventarisasi, semakin ke belakang tempatnya dalam berita. Inilah yang disebut dikenal dengan cara PIRAMIDA TERBALIK.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Singkatnya, ada resep yang bisa Anda tuliskan sebagai berikut:</span></div><ul type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tulislah lead yang “bicara”, yang “bercakap”. Tulislah berita seperti layaknya Anda mengisahkannya secara lisan,</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tulislah lead pendek, paling banter 30 kata, atau tiga baris ketikan,</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Bila pikiran mulai agak kacau ketika menulis, pilah-pilah lead Anda yang rumit itu dalam dua/tiga kalimat,</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Sebisa mungkin gunakanlah kalimat pernyataan yang sederhana. Usahakan tak lebih dari 20 kata.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Gunakan kata-kata sederhana, bukan yang berkabut.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Hindarkan kata-kata teknis, atau istilah asing yang kurang perlu,</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Usahakan kata-kata konkret, “Jangan katakan, tapi tunjukkan”,</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Sebanyak mungkin pakai kata kerja yang aktif, yang menggembarkan tindakan, gerak. Sebisa mungkin hindari kata-kata sifat.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Berkisahlah untuk pembaca, dan</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Berkisahlah seperti melukis</span></li>
</ul><div class="MsoNormal"><br />
</div>berbagi ilmuhttp://www.blogger.com/profile/15944071354831038903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1951016270917885479.post-8051143681186618962011-06-14T08:49:00.001-07:002011-06-14T08:58:05.927-07:00Tips Menulis Peature<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-ansi-language:IN;}
</style> <![endif]--> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Feature</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Feature adalah artikel yang kreatif, kadang kadang subyektif, yang terutama dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi in-formasi kepada pembaca tentang suatu kejadian, keadaan atau aspek kehidupan. Feature memungkinkan reporter ‘’menciptakan’’ sebuah cerita. Meskipun masih diikat etika bahwa tulisan harus akurat karangan fiktif dan khayalan tidak boleh, reporter bisa mencari feature dalam pikirannya, setelah mengadakan penelitian terhadap gagasannya itu, ia menulis.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Secara kasar karya jurnalistik bisa dibagi menjadi tiga, pertama stright/spot News berisi materi penting yang harus segera dilaporkan kepada publik (sering pula disebut breaking news) Kedua, news feature, memanfaatkan materi penting pada spot news, umumnya dengan memberikan unsur human/manusiawi di balik peristiwa yang hangat terjadi atau dengan memberikan latarbelakang (konteks dan perspektif) melalui interpretasi.Dan ketiga, feature bertu-juan untuk menghibur melalui penggunaan materi yang menarik tapi tidak selalu penting.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dalam persaingan media yang kian ketat tak hanya antar media cetak tapi juga antara media cetak dengan televisi, straight/spot news seringkali tak terlalu me-mu-askan. Spot news cenderung hanya berumur sehari untuk kemudian dibuang, atau bahkan beberapa jam di te-levisi. Spot news juga cenderung menekankan seka-dar unsur elementer dalam berita, namun melupakan back-ground. Kita memerlukan news feature, perkawinan an-tara spot news dan feature. Karena tradisi ini relatif baru, kita perlu terlebih dulu memahami apa unsur-unsur dan aspek mendasar dari feature.</span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">a. Subyektifitas</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Beberapa feature ditulis dalam bentuk ‘’aku’’, sehingga memungkinkan reporter memasukkan emosi dan piki-rannya sendiri. Meskipun banyak reporter, yang dididik dalam reporting obyektif, hanya memakai teknik ini bila tidak ada pilihan lain, hasilnya enak dibaca. Tapi, reporter-reporter muda harus awas terhadap cara seperti itu. Kesalahan umum pada reporter baru adalah kecenderungan untuk menonjolkan diri sendiri lewat pe-nulisan dengan gaya ‘’aku’’. Kebanyakan wartawan ka-wakan memakai pedoman ini: ‘’Kalau Anda bukan tokoh utama, jangan sebut-sebut Anda dalam tulisan Anda.’’</span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">b. Informatif</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Feature, yang kurang nilai beritanya, bisa memberikan informasi kepada masyarakat mengenai situasi atau aspek kehidupan yang mungkin diabaikan dalam penu-lisan berita biasa di koran. Misalnya tentang sebuah Mu-seum atau Kebun Binatang yang terancam tutup. Aspek informatif mengenai penulisan feature bisa juga dalam bentuk-bentuk lain. Ada banyak feature yang enteng-enteng saja, tapi bila berada di tangan penulis yang baik, feature bisa menjadi alat yang ampuh. Feature bisa menggelitik hati sanubari manusia untuk menciptakan perubahan konstruktif.</span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">c. Menghibur</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dalam 20 tahun terakhir ini, feature menjadi alat penting bagi surat-kabar untuk bersaing dengan media elektronika. Reporter suratkabar mengakui bahwa me-reka tidak akan bias ‘’mengalahkan’’ wartawan radio dan televisi untuk lebih dulu sampai ke masyarakat. War-tawan radio dan TV bias mengudarakan cerita besar hanya dalam beberapa menit setelah mereka tahu. Se-mentara itu wartawan koran sadar, bahwa baru beberapa jam setelah kejadian, pembacanya baru bisa tahu sesuatu kejadian setelah koran diantar.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Wartawan harian, apalagi majalah, bisa mengalahkan radio dan TV, dengan cerita eksklusif. Tapi ia juga bisa membuat versi yang lebih mendalam (in depth) menge-nai cerita yang didengar pembacanya dari radio. Dengan patokan seperti ini dalam benaknya, reporter selalu mencari feature, terhadap berita-berita yang paling hangat. Cerita feature biasanya eksklusif, sehingga tidak ada kemungkinan dikalahkan oleh radio dan TV atau koran lain.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Feature memberikan variasi terhadap berita-berita ru-tin seperti pembunuhan, skandal, bencana dan perten-tangan yang selalu menghiasi kolom-kolom berita, feature bias membuat pembaca tertawa tertahan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Seorang reporter bisa menulis ‘’cerita berwarna-warni’’ untuk menangkap perasaan dan suasana dari sebuah peristiwa. Dalam setiap kasus, sasaran utama adalah bagaimana menghibur pembaca dan memberikan kepadanya hal-hal yang baru dan segar.</span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">d. Awet</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Menurut seorang wartawan kawakan, koran kemarin hanya baik untuk bungkus kacang. Unsur berita yang se-muanya penting luluh dalam waktu 24 jam. Berita mudah sekali ‘’punah’’, tapi feature bisa disimpan berhari, ber-minggu, atau berulan bulan. Koran-koran kecil sering membuat simpanan ‘’naskah berlebih’’ kebanyakan feature. Feature ini diset dan disimpan di ruang tata mu-ka, karena editor tahu bahwa nilai cerita itu tidak akan musnah dimakan waktu. Dalam kacamata reporter, feature seperti itu mem-punyai keuntungan lain. Tekanan deadline jarang, sehi-ngga ia bisa punya waktu cukup untuk mengadakan riset secara cermat dan menulisnya kembali sampai mem-punyai mutu yang tertinggi.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Sebuah feature yang mendalam memerlukan waktu cu-kup. Profil seorang kepala polisi mungkin baru bisa dipe-roleh setelah wawan-cara dengan kawan-kawan seker-janya, keluarga, musuh-musuhnya dan kepala polisi itu sendiri. Diperlukan waktu juga untuk mengamati tabiat, reaksi terhadap keadaan tertentu perwira itu.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Singkat kata, berbeda dengan berita, tulisan feature memberikan penekanan yang lebih besar pada fakta-fakta yang penting, fakta-fakta yang mungkin merang-sang emosi (menghibur, memunculkan empati, disampil tetap tidak meninggalkan unsure informatifnya). Karena penakanan itu, tulisan feature sering disebut kisah hu-man interest atau kisah yang berwarna (colourful).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Teknik penulisan feature</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Jika dalam penulisan berita yang diutamakan ialah pe-ngaturan fakta-fakta, maka dalam penulisan feature kita dapat memakai teknik ‘’mengisahkan sebuah cerita’’. Memang itulah kunci perbedaan anta-ra berita ‘’keras’’ (spot news) dan feature. Penulis feature pada hakikatnya adalah seorang yang berkisah. Penulis melukis gambar dengan kata-kata: ia meng-hidupkan imajinasi pembaca; ia menarik pembaca agar masuk ke dalam cerita itu dengan membantunya mengidentifikasikan diri dengan tokoh utama.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Penulis feature untuk sebagian besar tetap menggu-nakan penulisan jurnalistik dasar, karena ia tahu bahwa teknik-teknik itu sangat efektif untuk berkomunikasi. Tapi bila ada aturan yang mengurangi kelinca-hannya untuk mengisahkan suatu cerita, ia segera menerobos aturan itu. ‘’Piramida terbalik’’ (susunan tulisan yang meletakkan informasi-informasi pokok di bagian atas, dan informasi yang tidak begitu penting di bagian bawah – hingga mu-dah untuk dibuang bila tulisan itu perlu diperpendek) se-ring ditinggalkan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Jenis-jenis Feature</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Feature kepribadian</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Profil mengungkap manusia yang menarik. Misalnya, tentang seseorang yang secara dra-matik, melalui ber-bagai liku-liku, kemudian mencapai ka-rir yang istimewa dan sukses atau menjadi terkenal ka-rena kepribadian mereka yang penuh warna. Agar efektif, profil seperti ini harus lebih dari sekadar daftar pen-capaian dan tanggal tanggal penting dari kehidupan si individu. Profil harus bisa mengung-kap karakter manusia itu.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan, penulis feature tentang pribadi seperti ini seringkali harus meng-amati subyek mereka ketika bekerja; mengunjungi ru-mah mereka dan mewawancara teman-teman, kerabat dan kawan bisnis mereka. Profil yang komplit sebaiknya disertai kutipan-kutipan si subyek yang bisa menggam-barkan dengan pas karakternya. Profil yang baik juga bisa memberikan kesan pada pembacanya bahwa me-reka telah bertemu dan berbicara dengan sang tokoh.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Banyak sumber yang diwawancara mungkin mengungkap rahasia pribadi atau anekdot tentang si subyek. Tapi, banyak sumber lebih suka meminta agar identitasnya dirahasiakan. Informasi sumber-sumber itu penting untuk emberikan balans dalam penggambaran si tokoh.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Feature sejarah</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Feature sejarah memperingati tanggal-tanggal dari pe-ristiwa penting, seperti proklamasi kemerdekaan, pem-boman Hiroshima atau pem-bunuhan jenderal-jenderal revolusi. Koran juga sering menerbitkan feature peri-ngatan 100 tahun lahir atau meninggalnya seorang tokoh.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kisah feature sejarah juga bisa terikat pada peristiwa-peristiawa mutakhir yang memangkitkan minat dalam topik mereka. Jika musibah gunung api terjadi, koran sering memuat peristiwa serupa di masa lalu. Feature sejarah juga sering melukiskan landmark (monumen/gedung) terkenal, pionir, filosof, fasilitas hiburan dan me-dis, perubahan dalam komposisi rasial, pola perumahan, makanan, industri, agama dan kemakmuran.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Feature petualangan</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Feature petualangan melukiskan pengalaman-pe-ngalaman istimewa dan mencengangkan mungkin pengalaman seseorang yang selamat dari sebuah ke-celakaan pesawat terbang, mendaki gunung, berlayar keliling dunia pengalaman ikut dalam peperangan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Feature musiman</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Reporter seringkali ditugasi untuk menulis feature tentang musim dan liburan, tentang Hari Raya, Natal, dan musim kemarau. Kisah seperti itu sangat sulit ditulis, karena agar tetap menarik, reporter harus menemukan angle atau sudut pandang yang segar.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Feature Interpretatif</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Feature dari jenis ini mencoba memberikan deskripsi dan penjelasan lebih detil terhadap topik-topik yang telah diberitakan. Feature interpretatif bisa menyajikan sebu-ah organisasi, aktifitas, trend atau gagasan tertentu. Mi-salnya, setelah kisah berita menggambarkan aksi tero-risme, feature interpretatif mungkin mengkaji identitas, taktik dan tujuan terorisme. Berita memberikan gagasan bagi ribuan feature semacam ini. Setelah perampokan bank, feature interpretatif bisa saja menyajikan tentang latihan yang diberikan bank kepada pegawai untuk me-nangkal perampokan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Feature kiat (how-to-do-it feature)</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Feature ini berkisah kepada pembacanya bagaimana melakukan sesuatu hal: bagaimana membeli rumah, menemukan pekerjaan, bertanam di kebun, mereparasi mobil atau mempererat tali perkawinan. Kisah seperti ini seringkali lebih pendek ketimbang jenis feature lain dan lebih sulit dalam penulisannya. Re-porter yang belum berpengalaman akan cenderung men-ceramahi atau mendikte pembaca — memberikan opini mereka sendiri bukannya mewawancara sumber ahli dan memberikan advis detil dan faktual.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tips Singkat Menulis Features</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Menulis features seperti halnya menulis karya nonfiksi lainnya, seperti artikel, esai, laporan penelitian, dsb. Ia tetap ditulis dengan menggunakan data atau referensi. Namun, ia sangat berbeda dengan berita lempang (hard news) di surat kabar. Features cenderung dipaparkan secara hidup sebagai pengungkapan daya kreativitas, kadang-kadang dengan sentuhan subjektivitas si penulis terhadap peristiwa, situasi, dsb.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dalam bukunya Features Writing for Newspaper (1975), DR Williamson berujar, features ialah tulisan kreatif yang terutama dirancang guna memberi informasi sambil menghibur tentang suatu kejadian situasi, atau aspek kehidupan seseorang. Dengan demikian, features bisa dianggap tulisan yang lebih ringan dibandingkan dengan berita atau artikel opini. Kekhasan features terletak pada empat point:</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">• Kreativitas (dalam hal menciptakannya),</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">• Informatif (dalam hal isinya),</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">• Menghibur (dalam hal gaya penulisannya), dan</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">• Boleh subjektif (dalam hal cara penuturannya).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Jenis-jenis Features dalam Surat Kabar</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Features yang ditulis di surat kabar sangat beragam. Paling sedikit, ada tiga macam features, yakni (1) features berita (news features), (2) feature ilmu pengetahuan (science feature), dan (3) features minat manusia (human interest features).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pertama, features berita biasanya muncul bersamaan dengan terjadinya suatu peristiwa. Dalam hal ini, news features lebih membicarakan kejadian dari peristiwa tersebut dengan disertai proses timbulnya kejadian itu.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kedua, features ilmu pengetahuan biasanya dikemukakan dengan cukup berbobot. Ciri tulisan ini ditandai oleh kedalaman pembahasan dan objektivitas pandangan yang dikemukakan. Features jenis juga bisa kita baca di beberapa koran dan majalah, seperti Kompas, Tiara, Trubus, Intisari, Info Komputer, dsb.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Ketiga, features minat manusia yakni jenis features yang lebih banyak menuturkan situasi yang menimpa orang, dengan cara penyajian tulisan yang menyentuh hati dan menyentil perasaan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Mengingat features itu pada dasarnya lebih mengandalkan pada tuturan kejadian, situasi, peristiwa, atau proses juga terjadinya suatu peristiwa, maka dalam menyajikan tulisan, features harus jelas dan juga logis (masuk akal). Selain itu, features janganlah bersifat menggurui dan sejenisnya. Diharapkan, penulisan features akan lebih menarik jika ia dibiarkan bercerita sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Menulis features pada intinya seperti menulis berita di surat kabar (baca hard news, ‘berita lempang’). Artinya, ia harus mengandung enam unsur berita, yakni (1) What, (2) Who, (3) When, (4) Where, (5) Why, dan (6) How. Rumusan ini biasa disingkat menjadi “5W 1H”. Sebelum kita menginjak ke tahap Penulisan, ada baiknya kita tahu tahap-tahap sebelumnya. Seorang wartawan/penulis yang baik, setidaknya mesti melakukan tahap-tahap sebagai berikut:</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">1. Menemukan peristiwa dan jalan cerita,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">2. Cek, ricek, dan triple cek jalan cerita,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">3. Memastikan sudut berita (point of view),</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">4. Menentukan lead atau intro/bagian pembuka, dan</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">5. Menulis berita.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Selain keterampilan memberikan laporan yang bersifat hardnews, seorang jurnalis sebaiknya memiliki kemampuan membuat feature. Jika dalam menyusun laporan yang sifatnya lugas, prinsip 5W 1H menonjol, maka dalam laporan bersifat feature kaidah itu tidak selalu pas.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Berita lebih menekankan kepada angle yang disesuaikan dengan kebijakan editorial, maka laporan yang bersifat feature lebih dalam lagi. Seorang wartawan yang menyusun sebuah feature biasanya memiliki pemahaman yang kuat terhadap kebijakan editorial sebuah surat kabar atau majalah atau media elektronik.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Berita kebakaran misalnya. Dengan mengandalkan prinsip 5W 1 H maka seorang jurnalis tinggal melihat mana angle yang tepat. Apakah dia akan mengangkat gedungnya yang terbakar karena museum? Atau apakah dia akan mengangkat soal korbannya karena dari satu rumah jompo semuanya meninggal dilalap api. Setiap jurnalis akan berbeda dalam mengangkat lead beritanya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Feature berbeda dengan berita biasa. Di dalam penulisan feature faktor manusiawi lebih menonjol dibandingkan berita yang sifatnya lugas. Berita yang sudah terlambat tetapi layak diangkat lagi, misalnya tingkat pembunuhan di Jakarta, bisa menjadi feature menarik akhir pekan misalnya berdasarkan sedikit riset.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Untuk menulis feature ada beberapa hal penting.</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Feature menekankan aspek penyajian yang menyentuh hati, bukan hanya informasi.</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> Sebuah feature yang baik adalah laporan yang disusun berdasarkan konsep untuk memperkuat appeal terhadap pembaca. Nasib naas seorang pemulung yang meninggal ditabrak mobil mewah dimana ternyata dia meninggalkan keluarga dengan anak lima, misalnya, akan menyentuh pembaca untuk membantu keluarga yang ditinggalkannya. Sentuhan terhadap perasaan pembaca ini bisa dimulai dari kalimat pertama. Misalnya, canda dan tawa dua anak dari korban tabrakan itu seolah melupakan duka ayahnya yang tidak bisa ditemui lagi esok harinya. Sudut pandang penulis melihat nasib keluarganya ditambah data statisik mengenai jasa pemulung membersihkan kota Jakarta, contohnya, membuat feature itu akan menarik.</span></li>
</ol><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Sajikan fakta-fakta yang kuat</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">. Anda tidak hanya harus membuat feature dengan menyentuh tetapi buatlah fakta dalam konteks yang kuat. Seorang pemulung yang meninggal dalam kecelakaan lalu lintas bisa diangkat sebagai masalah ketidakberdayaan kaum papa di jalan. Berapa korban tabrakan di Jakarta per bulan atau per tahun ? Feature akan memiliki nilai tinggi, meskipun dirangkum dalam dua kalimat. Atau bisa pula berapa pemulung di Jakarta menurut taksiran. Angka-angka akan memperkuat bobot feature.</span></li>
</ol><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Selain menempatkan kasus dalam konteks lebih luas, feature juga sebaiknya penuh dengan warna.</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> Percakapan, cerita dan penuturan yang mengalir merupakan kunci penting menuangkan sebuah karya jurnalistik dalam bentuk feature. Dalam kasus pemulung yang meninggal tadi, jika penulisnya turun ke jalan berbincang dengan keluarga dan kerabat serta rekan-rekannya, maka percakapan itu akan berarti banyak dalam mengekspresikan kesedihan mereka. Si pemulung yang meninggal misalnya seorang yang jujur dan sopan. Dia tidak pernah ceroboh di jalan. Beberapa kalimat dari lokasi kejadian akan meningkatkan kualitas feature.</span></li>
</ol><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Selain membuka dengan kalimat yang menyedot pembaca masuk ke dalam, jalinlah ceritanya untuk tetap mendorong pembacanya mengikuti sampai akhir.</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> Dengan menuliskan feature mengikuti kaidah cerita maka pembaca dihadapkan pada sebuah kisah kehidupan yang nyata tetapi berwarna di dalamnya. Pembuka yang kuat ditambah dengan tubuh feature yang berwarna disertai penutup yang mengguncangkan pembacanya akan memberikan daya tarik tersendiri feature Anda. Tidak perlu seorang jurnalist menuangkan dengan kata-kata yang superlatif, cukup menulis fakta, menyampaikan ekspresi keluarga dan kerabat korban dan diakhiri dengan beratnya perjuangan hidup pemulung di tengah bahaya lalu lintas, akan menjadikan feature tersebut layak dibaca tuntas</span></li>
</ol><div class="MsoNormal"><br />
</div>berbagi ilmuhttp://www.blogger.com/profile/15944071354831038903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1951016270917885479.post-26302368281807600922011-06-14T08:47:00.001-07:002011-06-14T08:58:44.991-07:00UNDANG UNDANG PERS<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style> <![endif]--> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal"><span lang="IN">UU 40/1999: PERS </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">HOP Itjen Dep. Kimpraswil<span> </span>1/11 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">NOMOR 40 TAHUN 1999 </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">TENTANG </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">P E R S </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Menimbang : </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">a.<span> </span>bahwa<span> </span>kemerdekaan<span> </span>pers<span> </span>merupakan<span> </span>salah<span> </span>satu<span> </span>wujud<span> </span>kedaulatan<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">rakyat<span> </span>dan<span> </span>menjadi<span> </span>unsur<span> </span>yang<span> </span>sangat<span> </span>penting<span> </span>untuk<span> </span>menciptakan kehidupan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">bermasyarakat,<span> </span>berbangsa<span> </span>dan<span> </span>bernegara<span> </span>yang<span> </span>demokratis,<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">sehingga kemerdekaan mengeluarkan pikiran dan pendapat sebagaimana tercantum </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">dalam<span> </span>Pasal<span> </span>28<span> </span>Undang-undang<span> </span>Dasar<span> </span>1945 harus dijamin; </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">b.<span> </span>bahwa<span> </span>dalam<span> </span>kehidupan<span> </span>bermasyarakat,<span> </span>berbangsa,<span> </span>dan<span> </span>bernegara<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">yang<span> </span>demokratis,<span> </span>kemerdekaan<span> </span>menyatakan<span> </span>pikiran<span> </span>dan<span> </span>pendapat<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">sesuai<span> </span>dengan<span> </span>hati<span> </span>nurani<span> </span>dan<span> </span>hak<span> </span>memperoleh<span> </span>informasi,<span> </span>merupakan hak asasi </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">manusia<span> </span>yang<span> </span>sangat<span> </span>hakiki,<span> </span>yang<span> </span>diperlukan<span> </span>untuk<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">menegakkan<span> </span>keadilan<span> </span>dan<span> </span>kebenaran,<span> </span>memajukan<span> </span>kesejateraan<span> </span>umum,<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">dan mencerdaskan kehidupan bangsa; </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">c.<span> </span>bahwa<span> </span>pers<span> </span>nasional<span> </span>sebagai<span> </span>wahana<span> </span>komunikasi<span> </span>massa,<span> </span>penyebar<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">informasi,<span> </span>dan<span> </span>pembentuk<span> </span>opini<span> </span>harus<span> </span>dapat<span> </span>melaksanakan<span> </span>asas, fungsi, hak, </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">kewajiban,<span> </span>dan<span> </span>peranannya<span> </span>dengan<span> </span>sebaik-baiknya berdasarkan kemerdekaan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">pers<span> </span>yang<span> </span>profesional,<span> </span>sehingga<span> </span>harus mendapat<span> </span>jaminan<span> </span>dan<span> </span>perlindungan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">hukum,<span> </span>serta<span> </span>bebas<span> </span>dari<span> </span>campur tangan dan paksaan dari manapun; </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">d.<span> </span>bahwa<span> </span>pers<span> </span>nasional<span> </span>berperan<span> </span>ikut<span> </span>menjaga<span> </span>ketertiban<span> </span>dunia<span> </span>yang<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial; </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">e.<span> </span>bahwa<span> </span>Undang-undang<span> </span>Nomor<span> </span><span> </span>11<span> </span>Tahun<span> </span>1966<span> </span>tentang<span> </span>Ketentuan- ketentuan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pokok<span> </span>Pers<span> </span>sebagaimana<span> </span>telah<span> </span>diubah<span> </span>dengan<span> </span>Undang-undang<span> </span>Nomor<span> </span>4 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Tahun<span> </span>1967<span> </span>dan<span> </span>diubah<span> </span>dengan<span> </span>Undang-undang Nomor<span> </span>21<span> </span>Tahun<span> </span>1982 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">sudah<span> </span>tidak<span> </span>sesuai <span> </span>dengan<span> </span>tuntutan perkembangan zaman; </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">f.<span> </span>bahwa<span> </span>berdasarkan<span> </span>pertimbangan<span> </span>sebagaimana<span> </span>dimaksud<span> </span>dalam<span> </span>huruf<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">a, b, c, d, dan e, perlu dibentuk Undang-undang tentang Pers; </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Mengingat : </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">1.<span> </span>Pasal<span> </span>5<span> </span>ayat<span> </span>(1),<span> </span>Pasal<span> </span>20<span> </span>ayat<span> </span>(1),<span> </span>Pasal<span> </span>27,<span> </span>dan<span> </span>Pasal<span> </span>28<span> </span>Undang- </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">undang Dasar 1945; </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">2.<span> </span>Ketetapan<span> </span>Majelis<span> </span>Permusyawaratan<span> </span>Rakyat<span> </span>Republik<span> </span>Indonesia<span> </span>Nomor<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Dengan persetujuan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">MEMUTUSKAN : </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Menetapkan :<span> </span>UNDANG-UNDANG TENTANG PERS. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN"><span> </span>UU 40/1999: PERS </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">HOP Itjen Dep. Kimpraswil<span> </span>2/11 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">BAB I </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">KETENTUAN UMUM </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 1 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan : </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">1.<span> </span>Pers<span> </span>adalah<span> </span>lembaga<span> </span>sosial<span> </span>dan<span> </span>wahana<span> </span>komunikasi<span> </span>massa<span> </span>yang </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">melaksanakan kegiatan<span> </span>jurnalistik<span> </span>meliputi<span> </span>mencari,<span> </span>memperoleh,<span> </span>memiliki, </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">menyimpan,<span> </span>mengolah,<span> </span>dan menyampaikan<span> </span>informasi<span> </span>baik<span> </span>dalam<span> </span>bentuk tulisan, </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">suara,<span> </span>gambar,<span> </span>suara<span> </span>dan<span> </span>gambar, serta<span> </span>data<span> </span>dan<span> </span>grafik<span> </span>maupun dalam<span> </span>bentuk </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">lainnya<span> </span>dengan<span> </span>menggunakan<span> </span>media<span> </span>cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">yang tersedia.<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">2.<span> </span>Perusahaan<span> </span>pers<span> </span>adalah<span> </span>badan<span> </span>hukum<span> </span>Indonesia<span> </span>yang<span> </span>menyelenggarakan usaha </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">pers meliputi<span> </span>perusahaan<span> </span>media<span> </span>cetak,<span> </span>media<span> </span>elektronik,<span> </span>dan<span> </span>kantor berita,<span> </span>serta </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">perusahaan media<span> </span>lainnya<span> </span>yang<span> </span>secara<span> </span>khusus menyelenggarakan,<span> </span>menyiarkan, </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">atau<span> </span>menyalurkan informasi. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">3.<span> </span>Kantor<span> </span>berita<span> </span>adalah<span> </span>perusahaan<span> </span>pers<span> </span>yang<span> </span>melayani<span> </span>media<span> </span>cetak, media </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">elektronik, atau media lainnya serta masyarakat umum dalam memperoleh informasi. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">4.<span> </span>Wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">5.<span> </span>Organisasi pers adalah organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">6.<span> </span>Pers nasional adalah pers yang diselenggarakan oleh perusahaan pers Indonesia. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">7.<span> </span>Pers asing adalah pers yang diselenggarakan oleh perusahaan asing.<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">8.<span> </span>Penyensoran<span> </span>adalah<span> </span>penghapusan<span> </span>secara<span> </span>paksa<span> </span>sebagian<span> </span>atau seluruh materi </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">informasi<span> </span>yang<span> </span>akan<span> </span>diterbitkan<span> </span>atau<span> </span>disiarkan,<span> </span>atau tindakan<span> </span>teguran<span> </span>atau </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">peringatan yang<span> </span>bersifat<span> </span>mengancam<span> </span>dari<span> </span>pihak manapun,<span> </span>dan<span> </span>atau<span> </span>kewajiban </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">melapor,<span> </span>serta memperoleh izin dari pihak berwajib, dalam pelaksanaan kegiatan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">jurnalistik. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">9.<span> </span>Pembredelan<span> </span>atau<span> </span>pelarangan<span> </span>penyiaran<span> </span>adalah<span> </span>penghentian<span> </span>penerbitan dan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">peredaran atau penyiaran secara paksa atau melawan hukum. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">10. Hak<span> </span>Tolak<span> </span>adalah<span> </span>hak<span> </span>wartawan<span> </span>karena<span> </span>profesinya,<span> </span>untuk<span> </span>menolak </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">mengungkapkan nama dan atau identitas lainnya dari sumber berita yang harus </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">dirahasiakannya. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">11. Hak<span> </span>Jawab<span> </span>adalah<span> </span>seseorang<span> </span>atau<span> </span>sekelompok<span> </span>orang<span> </span>untuk memberikan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">baiknya. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">12. Hak<span> </span>Koreksi<span> </span>adalah<span> </span>hak<span> </span>setiap<span> </span>orang<span> </span>untuk<span> </span>mengoreksi<span> </span>atau membetulkan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">orang lain. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">13. Kewajiban<span> </span>Koreksi<span> </span>adalah<span> </span>keharusan<span> </span>melakukan<span> </span>koreksi<span> </span>atau<span> </span>ralat terhadap </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">suatu informasi,<span> </span>data,<span> </span>fakta,<span> </span>opini,<span> </span>atau<span> </span>gambar<span> </span>yang<span> </span>tidak<span> </span>benar yang<span> </span>telah </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">diberitakan<span> </span>oleh pers yang bersangkutan. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">14. Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">BAB II </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">ASAS, FUNGSI, HAK, KEWAJIBAN DAN </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">PERANAN PERS </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 2 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-</span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 3 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">1.<span> </span>Pers<span> </span>nasional<span> </span>mempunyai<span> </span>fungsi<span> </span>sebagai<span> </span>media<span> </span>informasi, pendidikan, hiburan, </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">dan kontrol sosial. UU 40/1999: PERS </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">HOP Itjen Dep. Kimpraswil<span> </span><span> </span>3/11 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">2.<span> </span>Disamping<span> </span>fungsi-fungsi<span> </span>tersebut<span> </span>ayat<span> </span>(1),<span> </span>pers<span> </span>nasional<span> </span>dapat berfungsi </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">sebagai lembaga ekonomi. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 4 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">1. Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">2. Terhadap<span> </span>pers<span> </span>nasional<span> </span>tidak<span> </span>dikenakan<span> </span>penyensoran,<span> </span>pembredelan atau </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">pelarangan penyiaran. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">3. Untuk<span> </span>menjamin<span> </span>kemerdekaan<span> </span>pers,<span> </span>pers<span> </span>nasional<span> </span>mempunyai hak </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">4. Dalam<span> </span>mempertanggungjawabkan<span> </span>pemberitaan<span> </span>di<span> </span>depan<span> </span>hukum, wartawan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">mempunyai Hak Tolak. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 5 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">1.<span> </span>Pers<span> </span>nasional<span> </span>berkewajiban<span> </span>memberitakan<span> </span>peristiwa<span> </span>dan<span> </span>opini dengan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">tak bersalah. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">2.<span> </span>Pers wajib melayani Hak Jawab. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">3.<span> </span>Pers wajib melayani Hak Tolak. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 6 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pers nasional melaksanakan peranannya sebagai berikut : </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">a.<span> </span>memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui; </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">b. menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, dan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Hak Asasi Manusia, serta menghormat kebhinekaan; </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">c. mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar; </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">d.<span> </span>melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">kepentingan umum; </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">e.<span> </span>memperjuangkan keadilan dan kebenaran; </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">BAB III </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">WARTAWAN </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 7 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">1.<span> </span>Wartawan bebas memilih organisasi wartawan. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">2.<span> </span>Wartawan memiliki dan menaati Kode Etik Jurnalistik. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 8 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Dalam melaksanakan profesinya wartawan mendapat perlindungan hukum. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">BAB IV </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">PERUSAHAAN PERS </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 9 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">1. Setiap warga negara Indonesia dan negara berhak mendirikan perusahaan pers. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">2. Setiap perusahaan pers harus berbentuk badan hukum Indonesia. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 10 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Perusahaan<span> </span>pers<span> </span>memberikan<span> </span>kesejahteraan<span> </span>kepada<span> </span>wartawan<span> </span>dan karyawan<span> </span>pers </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">dalam bentuk<span> </span>kepemilikan<span> </span>saham<span> </span>dan<span> </span>atau<span> </span>pembagian laba bersih<span> </span>serta<span> </span>bentuk </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">kesejahteraan lainnya. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 11 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Penambahan modal asing pada perusahaan pers dilakukan melalui pasar modal. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN"><span> </span>UU 40/1999: PERS </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">HOP Itjen Dep. Kimpraswil<span> </span><span> </span>4/11 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 12 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Perusahaan<span> </span>pers<span> </span>wajib<span> </span>mengumumkan<span> </span>nama,<span> </span>alamat<span> </span>dan<span> </span>penanggung<span> </span>jawab secara </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">terbuka melalui<span> </span>media<span> </span>yang<span> </span>bersangkutan;<span> </span>khusus<span> </span>untuk<span> </span>penerbitan pers<span> </span>ditambah<span> </span>nama </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">dan<span> </span>alamat percetakan. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 13 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Perusahaan iklan dilarang memuat iklan : </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">a.<span> </span>yang berakibat merendahkan martabat suatu agama dan atau mengganggu kerukunan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">hidup antar umat beragama, serta bertentangan dengan rasa kesusilaan masyarakat; </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">b.<span> </span>minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat aditif lainnya sesuai dengan ketentuan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">peraturan perundang-undangan yang berlaku; </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">c.<span> </span>peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 14 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Untuk mengembangkan pemberitaan ke dalam dan ke luar negeri, setiap warga negara </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Indonesia dan negara dapat mendirikan kantor berita. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">BAB V </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">DEWAN PERS </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 15 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">1.<span> </span>Dalam upaya mengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan pers </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">nasional, dibentuk Dewan Pers yang independen. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">2.<span> </span>Dewan Pers melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut :<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">a. melakukan pengkajian untuk pengembangan kehidupan pers; </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">b. menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik; </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">c. memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan masyarakat </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">atas kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers; </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">d. mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, dan pemerintah; </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">e. memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyusun peraturan-peraturan di </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">bidang pers dan meningkatkan kualitas profesi kewartawanan; </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">f. mendata perusahaan pers; </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">3.<span> </span>Anggota Dewan Pers terdiri dari : </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">a. wartawan yang dipilih oleh organisasi wartawan;<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">b. pimpinan perusahaan pers yang dipilih oleh organisasi perusahaan pers; </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">c. tokoh masyarakat, ahli di bidang pers dan atau komunikasi, dan bidang lainnya yang </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">dipilih oleh organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers; </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">4.<span> </span>Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pers dipilih dari dan oleh anggota. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">5. Keanggotaan Dewan Pers sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal ini ditetapkan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">dengan keputusan Presiden. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">6.<span> </span>Keanggotaan Dewan Pers berlaku untuk masa tiga tahun dan sesudah itu hanya dapat </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">dipilih kembali untuk satu periode berikutnya. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">7.<span> </span>Sumber pembiayaan Dewan Pers berasal dari :<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">a. organisasi pers; </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">b. perusahaan pers; </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">c. bantuan dari negara dan bantuan lain yang tidak mengikat. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">BAB VI </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">PERS ASING </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 16 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Peredaran<span> </span>pers<span> </span>asing<span> </span>dan<span> </span>pendirian<span> </span>perwakilan<span> </span>perusahaan<span> </span>pers asing di </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Indonesia disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN"><span> </span>UU 40/1999: PERS </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">HOP Itjen Dep. Kimpraswil<span> </span>5/11 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">BAB VII </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">PERAN SERTA MASYARAKAT </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 17 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">1.<span> </span>Masyarakat dapat melakukan kegiatan untuk mengembangkan kemerdekaan pers dan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">menjamin hak memperoleh informasi yang diperlukan. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">2.<span> </span>Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa : </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">a.<span> </span>Memantau dan melaporkan analisis mengenai pelanggaran hukum, dan kekeliruan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">teknis pemberitaan yang dilakukan oleh pers; </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">b.<span> </span>menyampaikan usulan dan saran kepada Dewan Pers dalam rangka menjaga dan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">meningkatkan kualitas pers nasional. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">BAB VIII </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">KETENTUAN PIDANA </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 18 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">1.<span> </span>Setiap<span> </span>orang<span> </span>yang<span> </span>secara<span> </span>melawan<span> </span>hukum<span> </span>dengan<span> </span>sengaja<span> </span>melakukan tindakan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">yang berakibat<span> </span>menghambat<span> </span>atau<span> </span>menghalangi<span> </span>pelaksanaan ketentuan<span> </span>Pasal<span> </span>4<span> </span>ayat </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">(2)<span> </span>dan ayat<span> </span>(3)<span> </span>dipidana<span> </span>dengan<span> </span>pidana<span> </span>penjara paling<span> </span>lama<span> </span>2<span> </span>(dua)<span> </span>tahun<span> </span>atau </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">denda<span> </span>paling banyak Rp. 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah). </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">2.<span> </span>Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2), serta Pasal 13 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah). </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">3.<span> </span>Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 9 ayat (2) dan Pasal 12 dipidana </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">dengan pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (Seratus juta rupiah). </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">BAB IX </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">KETENTUAN PERALIHAN </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 19 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">1.<span> </span>Dengan<span> </span>berlakunya<span> </span>undang-undang<span> </span>ini<span> </span>segala<span> </span>peraturan<span> </span>perundang-undangan<span> </span>di </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">bidang pers<span> </span>yang<span> </span>berlaku<span> </span>serta<span> </span>badan<span> </span>atau<span> </span>lembaga<span> </span>yang ada<span> </span>tetap<span> </span>berlaku </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">atau<span> </span>tetap menjalankan<span> </span>fungsinya<span> </span>sepanjang<span> </span>tidak bertentangan<span> </span>atau<span> </span>belum<span> </span>diganti </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">dengan<span> </span>yang baru berdasarkan undang-undang ini. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">2.<span> </span>Perusahaan<span> </span>pers<span> </span>yang<span> </span>sudah<span> </span>ada<span> </span>sebelum<span> </span>diundangkannya<span> </span>undang-undang<span> </span>ini, </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">wajib menyesuaikan<span> </span>diri<span> </span>dengan<span> </span>ketentuan<span> </span>undang-undang ini<span> </span>dalam<span> </span>waktu </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak diundangkannya undang-undang ini. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">BAB X </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">KETENTUAN PENUTUP </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 20 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pada saat undang-undang ini mulai berlaku :<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">1.<span> </span>Undang-undang<span> </span>Nomor<span> </span>11<span> </span>Tahun<span> </span>1966<span> </span>tentang<span> </span>Ketentuan-ketentuan Pokok </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pers (Lembaran<span> </span>Negara<span> </span>Republik<span> </span>Indonesia<span> </span>Tahun<span> </span>1966<span> </span>Nomor 40,<span> </span>Tambahan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Lembaran Negara<span> </span>Republik<span> </span>Indonesia<span> </span>Nomor<span> </span>2815) yang telah<span> </span>diubah<span> </span>terakhir </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">dengan<span> </span>Undang-undang<span> </span>Nomor<span> </span>21<span> </span>Tahun<span> </span>1982 tentang<span> </span>Perubahan<span> </span>atas </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Undang-undang<span> </span>Republik Indonesia Nomor 11 Tahun<span> </span>1966<span> </span>tentang<span> </span>Ketentuan-</span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">ketentuan<span> </span>Pokok<span> </span><span> </span>Pers sebagaimana telah<span> </span>diubah<span> </span>dengan<span> </span>Undang-undang Nomor </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">4<span> </span>Tahun<span> </span>1967<span> </span>(Lembaran Negara<span> </span>Republik<span> </span>Indonesia<span> </span>Tahun<span> </span>1982<span> </span>Nomor<span> </span>52, </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Tambahan Lembaran<span> </span>Negara Republik Indonesia); </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">2.<span> </span>Undang-undang<span> </span>Nomor<span> </span>4<span> </span>PNPS<span> </span>Tahun<span> </span>1963<span> </span>tentang<span> </span>Pengamanan Terhadap </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Barang-barang<span> </span>Cetakan<span> </span>yang<span> </span>Isinya<span> </span>Dapat<span> </span>Mengganggu Ketertiban<span> </span>Umum </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">(Lembaran<span> </span>Negara Republik<span> </span>Indonesia<span> </span>Nomor<span> </span>23, Tambahan<span> </span>Lembaran<span> </span>Negara UU 40/1999: PERS </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">HOP Itjen Dep. Kimpraswil<span> </span><span> </span>6/11 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Republik<span> </span>Indonesia<span> </span>Nomor 2533),<span> </span>Pasal<span> </span>2 ayat<span> </span>(3)<span> </span>sepanjang<span> </span>menyangkut </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">ketentuan<span> </span>mengenai<span> </span>buletin-buletin, surat-surat kabar harian, majalah-majalah, dan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">penerbitan-penerbitan berkala; </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Dinyatakan tidak berlaku. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 21 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Undang-undang<span> </span>ini<span> </span>mulai<span> </span>berlaku<span> </span>pada<span> </span>tanggal<span> </span>diundangkan.<span> </span>Agar setiap </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">orang mengetahuinya,<span> </span>memerintahkan<span> </span>pengundangan<span> </span>Undang-undang ini<span> </span>dengan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Disahkan di Jakarta </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pada tanggal 23 September 1999 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">ttd </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Diundangkan di Jakarta </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pada tanggal 23 September 1999 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">MENTERI NEGARA SEKRETARIS<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">NEGARA REPUBLIK INDONESIA, </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">ttd </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN"><span> </span>MULADI </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Salinan sesuai dengan aslinya. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">SEKRETARIAT KABINET RI </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan II </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">PR </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN"><span> </span>Edy Sudibyo </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN"><span> </span>UU 40/1999: PERS </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">HOP Itjen Dep. Kimpraswil<span> </span>7/11 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">PENJELASAN </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">ATAS </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">NOMOR 40 TAHUN 1999 </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">TENTANG </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">P E R S </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">I. UMUM </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal<span> </span>28<span> </span>Undang-undang<span> </span>Dasar<span> </span>1945<span> </span>menjamin<span> </span>kemerdekaan<span> </span>berserikat<span> </span>dan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">berkumpul,<span> </span>mengeluarkan<span> </span>pikiran<span> </span>dengan<span> </span>lisan<span> </span>dan tulisan.<span> </span>Pers<span> </span>yang<span> </span>meliputi </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">media<span> </span>cetak,<span> </span>media<span> </span>elektronik<span> </span>dan<span> </span>media lainnya<span> </span>merupakan<span> </span>salah<span> </span>satu<span> </span>sarana </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">untuk<span> </span>mengeluarkan<span> </span>pikiran dengan<span> </span>lisan<span> </span>dan<span> </span>tulisan<span> </span>tersebut.<span> </span>Agar<span> </span>pers </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">berfungsi<span> </span>secara maksimal<span> </span>sebagaimana<span> </span>diamanatkan<span> </span>Pasal<span> </span>28<span> </span>Undang-undang<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Dasar<span> </span>1945<span> </span>maka<span> </span>perlu<span> </span>dibentuk<span> </span>Undang-undang<span> </span>tentang<span> </span>Pers.<span> </span>Fungsi maksimal </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">itu<span> </span>diperlukan<span> </span>karena<span> </span>kemerdekaan<span> </span>pers<span> </span>adalah<span> </span>salah satu<span> </span>perwujudan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">kedaulatan<span> </span>rakyat<span> </span>dan<span> </span>merupakan<span> </span>unsur<span> </span>yang<span> </span>sangat penting<span> </span>dalam<span> </span>kehidupan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang demokratis. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Dalam<span> </span>kehidupan<span> </span>yang<span> </span>demokratis<span> </span>itu<span> </span>pertanggungjawaban<span> </span>kepada rakyat </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">terjamin,<span> </span>sistem<span> </span>penyelenggaraan<span> </span>negara<span> </span>yang<span> </span>transparan berfungsi,<span> </span>serta </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">keadilan dan kebenaran terwujud. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pers<span> </span>yang<span> </span>memiliki<span> </span>kemerdekaan<span> </span>untuk<span> </span>mencari<span> </span>dan<span> </span>menyampaikan informasi </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">juga<span> </span>sangat<span> </span>penting<span> </span>untuk<span> </span>mewujudkan<span> </span>Hak<span> </span>Asasi<span> </span>Manusia yang dijamin<span> </span>dengan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor: </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">XVII/MPR/1998<span> </span>tentang<span> </span>Hak<span> </span>Asasi<span> </span>Manusia,<span> </span>antara<span> </span>lain yang menyatakan<span> </span>bahwa </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">setiap<span> </span>orang<span> </span>berhak<span> </span>berkomunikasi<span> </span>dan memperoleh informasi<span> </span>sejalan<span> </span>dengan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Piagam<span> </span>Perserikatan<span> </span>Bangsa-bangsa<span> </span>tentang<span> </span>Hak Asasi<span> </span>Manusia<span> </span>Pasal<span> </span>19<span> </span>yang </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">berbunyi<span> </span>:<span> </span>"Setiap orang<span> </span>berhak<span> </span>atas kebebasan<span> </span>mempunyai<span> </span>dan<span> </span>mengeluarkan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">pendapat; dalam<span> </span>hal<span> </span>ini termasuk<span> </span>kebebasan<span> </span>memiliki<span> </span>pendapat<span> </span>tanpa </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">gangguan,<span> </span>dan<span> </span>untuk mencari,<span> </span>menerima,<span> </span>dan<span> </span>menyampaikan informasi<span> </span>dan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">buah<span> </span>pikiran<span> </span>melalui<span> </span>media<span> </span>apa<span> </span>saja<span> </span>dan<span> </span>dengan<span> </span>tidak memandang<span> </span>batas-batas </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">wilayah". </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pers<span> </span>yang<span> </span>juga<span> </span>melaksanakan<span> </span>kontrol<span> </span>sosial<span> </span>sangat<span> </span>penting<span> </span>pula<span> </span>untuk </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan baik korupsi, kolusi, nepotisme, </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">maupun penyelewengan dan penyimpangan lainnya. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Dalam<span> </span>melaksanakan<span> </span>fungsi,<span> </span>hak,<span> </span>kewajiban<span> </span>dan<span> </span>peranannya,<span> </span>pers menghormati </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">hak<span> </span>asasi<span> </span>setiap<span> </span>orang,<span> </span>karena<span> </span>itu<span> </span>dituntut<span> </span>pers<span> </span>yang profesional<span> </span>dan<span> </span>terbuka </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">dikontrol oleh masyarakat. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN"><span> </span>UU 40/1999: PERS </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">HOP Itjen Dep. Kimpraswil<span> </span>8/11 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Kontrol<span> </span>masyarakat<span> </span>dimaksud<span> </span>antara<span> </span>lain :<span> </span>oleh<span> </span>setiap<span> </span>orang<span> </span>dengan dijaminnya </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Hak<span> </span>Jawab<span> </span>dan<span> </span>Hak<span> </span>Koreksi,<span> </span>oleh<span> </span>lembaga-lembaga<span> </span>kemasyarakatan seperti </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">pemantau<span> </span>media<span> </span>(media<span> </span>watch)<span> </span>dan<span> </span>oleh<span> </span>Dewan<span> </span>Pers dengan berbagai<span> </span>bentuk </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">dan cara. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Untuk<span> </span>menghindari<span> </span>pengaturan<span> </span>yang<span> </span>tumpang<span> </span>tindih,<span> </span>undang-undang ini tidak </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">mengatur<span> </span>ketentuan<span> </span>yang<span> </span>sudah<span> </span>diatur<span> </span>dengan<span> </span>ketentuan<span> </span>peraturan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN"><span> </span>perundang-undangan lainnya. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">II. PASAL DEMI PASAL </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 1 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Cukup jelas </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 2 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Cukup jelas </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 3 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Ayat 1 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Cukup jelas </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Ayat 2 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Perusahaan<span> </span>pers<span> </span>dikelola<span> </span>sesuai<span> </span>dengan<span> </span>prinsip<span> </span>ekonomi,<span> </span>agar kualitas </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">pers dan kesejahteraan para wartawan dan karyawannya semakin<span> </span>meningkat </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">dengan<span> </span>tidak<span> </span>meninggalkan kewajiban sosialnya. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 4 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Ayat 1 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Yang<span> </span>dimaksud<span> </span>dengan<span> </span>"kemerdekaan<span> </span>pers<span> </span>dijamin<span> </span>sebagai<span> </span>hak <span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">asasi<span> </span>warga<span> </span>negara"<span> </span>adalah<span> </span>bahwa<span> </span>pers<span> </span>bebas<span> </span>dari<span> </span>tindakan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">pencegahan,<span> </span>pelarangan,<span> </span>dan<span> </span>atau<span> </span>penekanan<span> </span>agar<span> </span>hak </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">masyarakat untuk memperoleh informasi terjamin. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Kemerdekaan pers adalah kemerdekaan yang disertai kesadaran<span> </span>akan<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">pentingnya<span> </span>penegakan<span> </span>supremasi<span> </span>hukum<span> </span>yang dilaksanakan<span> </span>oleh </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN"><span> </span>pengadilan,<span> </span>dan<span> </span>tanggung<span> </span>jawab<span> </span>profesi<span> </span>yang dijabarkan dalam<span> </span>Kode<span> </span>Etik </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN"><span> </span>Jurnalistik<span> </span>serta<span> </span>sesuai<span> </span>dengan<span> </span>hati nurani insan pers. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Ayat 2 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Penyensoran,<span> </span>pembredelan,<span> </span>atau<span> </span>pelarangan<span> </span>penyiaran<span> </span>tidak<span> </span>berlaku </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN"><span> </span>pada<span> </span>media<span> </span>cetak<span> </span>dan<span> </span>media<span> </span>elektronik.<span> </span>Siaran<span> </span>yang bukan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN"><span> </span>merupakan<span> </span>bagian<span> </span>dari<span> </span>pelaksanaan<span> </span>kegiatan<span> </span>jurnalistik diatur dalam </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">ketentuan undang-undang yang berlaku. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Ayat 3 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Cukup jelas </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Ayat 4 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Tujuan<span> </span>utama<span> </span>Hak<span> </span>Tolak<span> </span>adalah<span> </span>agar<span> </span>wartawan<span> </span>dapat<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">melindungi<span> </span>sumber-sumber<span> </span>informasi,<span> </span>dengan<span> </span>cara<span> </span>menolak </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">menyebutkan identitas sumber informasi. UU 40/1999: PERS </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">HOP Itjen Dep. Kimpraswil<span> </span>9/11 </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Hal<span> </span>tersebut<span> </span>dapat<span> </span>digunakan<span> </span>jika<span> </span>wartawan<span> </span>dimintai<span> </span>keterangan oleh </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">pejabat<span> </span>penyidik<span> </span>dan<span> </span><span> </span>atau<span> </span>diminta<span> </span>menjadi<span> </span>saksi<span> </span>di </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">pengadilan. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Hak<span> </span>tolak<span> </span>dapat<span> </span>dibatalkan<span> </span>demi<span> </span>kepentingan<span> </span>dan<span> </span>keselamatan negara </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">atau ketertiban umum yang dinyatakan oleh pengadilan. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 5 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Ayat 1 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pers<span> </span>nasional<span> </span>dalam<span> </span>menyiarkan<span> </span>informasi,<span> </span>tidak<span> </span>menghakimi atau </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">membuat<span> </span>kesimpulan<span> </span>kesalahan<span> </span>seseorang,<span> </span>terlebih<span> </span>lagi untuk<span> </span>kasus-</span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">kasus<span> </span>yang<span> </span>masih<span> </span>dalam<span> </span>proses<span> </span>peradilan,<span> </span>serta dapat </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">mengakomodasikan<span> </span>kepentingan<span> </span>semua<span> </span>pihak<span> </span>yang terkait dalam </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">pemberitaan tersebut. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Ayat 2 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Cukup jelas </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Ayat 3 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Cukup jelas </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 6 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pers<span> </span>nasional<span> </span>mempunyai<span> </span>peranan<span> </span>penting<span> </span>dalam<span> </span>memenuhi hak<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">masyarakat<span> </span>untuk<span> </span>mengetahui<span> </span>dan<span> </span>mengembangkan<span> </span>pendapat<span> </span>umum, dengan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">menyampaikan<span> </span>informasi<span> </span>yang<span> </span>tepat,<span> </span>akurat<span> </span>dan<span> </span>benar.<span> </span>Hal<span> </span>ini akan mendorong </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">ditegakkannya<span> </span>keadilan<span> </span>dan<span> </span>kebenaran,<span> </span>serta diwujudkannya supremasi </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">hukum untuk menuju masyarakat yang tertib. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 7 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Ayat 1 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Cukup jelas </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Ayat 2 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Yang<span> </span>dimaksud<span> </span>dengan<span> </span>"Kode<span> </span>Etik<span> </span>Jurnalistik"<span> </span>adalah<span> </span>kode<span> </span>etik yang </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">disepakati<span> </span>organisasi<span> </span>wartawan<span> </span>dan<span> </span>ditetapkan<span> </span>oleh<span> </span>Dewan Pers. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 8 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Yang dimaksud dengan “perlindungan hukum” adalah jaminan perlindungan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pemerintah<span> </span>dan<span> </span>atau<span> </span>masyarakat<span> </span>kepada<span> </span>wartawan<span> </span>dalam melaksanakan fungsi, </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">hak,<span> </span>kewajiban,<span> </span>dan<span> </span>peranannya<span> </span>sesuai<span> </span>dengan ketentuan peraturan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">perundang-undangan yang berlaku. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 9 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Ayat 1 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Setiap<span> </span>warga<span> </span>negara<span> </span>Indonesia<span> </span>berhak<span> </span>atas<span> </span>kesempatan<span> </span>yang sama </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">untuk<span> </span>bekerja<span> </span>sesuai<span> </span>dengan<span> </span>Hak<span> </span>Asasi<span> </span>Manusia, termasuk </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">mendirikan<span> </span>perusahaan<span> </span>pers<span> </span>sesuai<span> </span>dengan<span> </span>ketentuan<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">peraturan perundang-undangan yang berlaku. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pers<span> </span>nasional<span> </span>mempunyai<span> </span>fungsi<span> </span>dan<span> </span>peranan<span> </span>yang<span> </span>penting<span> </span>dan strategis </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">dalam<span> </span>kehidupan<span> </span>bermasyarakat,<span> </span>berbangsa,<span> </span>dan bernegara. Oleh UU 40/1999: PERS </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">HOP Itjen Dep. Kimpraswil<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">10/11 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">karena itu negara dapat mendirikan perusahaan pers dengan membentuk </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">lembaga<span> </span>atau<span> </span>badan usaha untuk<span> </span>menyelenggarakan usaha pers. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Ayat 2 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Cukup jelas </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 10 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Yang dimaksud dengan "bentuk kesejahteraan<span> </span>lainnya" adalah peningkatan gaji, </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">bonus, pemberian asuransi dan lain-lain. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pemberian kesejahteraan tersebut dilaksanakan berdasarkan kesepakatan antara </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">manajemen perusahaan dengan wartawan dan karyawan pers. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 11 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Penambahan<span> </span>modal<span> </span>asing<span> </span>pada<span> </span>perusahaan<span> </span>pers<span> </span>dibatasi<span> </span>agar tidak<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">mencapai<span> </span>saham<span> </span>mayoritas<span> </span>dan<span> </span>dilaksanakan<span> </span>sesuai<span> </span>dengan<span> </span>ketentuan peraturan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">perundang-undangan yang berlaku. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 12 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pengumuman secara terbuka dilakukan dengan cara : </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">a.<span> </span>media<span> </span>cetak<span> </span>memuat<span> </span>kolom<span> </span>nama,<span> </span>alamat,<span> </span>dan<span> </span>penanggung<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">jawab penerbitan serta nama dan alamat percetakan;<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">b.<span> </span>media elektronik menyiarkan nama, alamat, dan penanggungjawabnya pada awal </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">atau<span> </span>akhir<span> </span>setiap<span> </span>siaran<span> </span>karya jurnalistik;<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">c.<span> </span>media<span> </span>lainnya<span> </span>menyesuaikan<span> </span>dengan<span> </span>bentuk,<span> </span>sifat<span> </span>dan<span> </span>karakter<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">media yang bersangkutan.<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pengumuman tersebut dimaksudkan sebagai wujud pertanggungjawaban atas karya </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">jurnalistik yang diterbitkan atau disiarkan. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Yang<span> </span>dimaksud<span> </span>dengan<span> </span>"penanggung<span> </span>jawab"<span> </span>adalah<span> </span>penanggung<span> </span>jawab<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">perusahaan pers yang meliputi bidang usaha dan bidang redaksi. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Sepanjang menyangkut pertanggungjawaban pidana pengamat ketentuan perundang-</span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">undangan yang berlaku. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 13 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Cukup jelas </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 14 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Cukup jelas </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 15 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Ayat 1 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Tujuan<span> </span>dibentuknya<span> </span>Dewan<span> </span>Pers<span> </span>adalah<span> </span>untuk mengembangkan </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">kemerdekaan<span> </span>pers<span> </span>dan<span> </span>meningkatkan kualitas serta kuantitas pers </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">nasional. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Ayat 2 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pertimbangan<span> </span>atas<span> </span>pengaduan<span> </span>dari<span> </span>masyarakat<span> </span>sebagaimana<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">dimaksud<span> </span>ayat<span> </span>(2)<span> </span>huruf<span> </span>d<span> </span>adalah<span> </span>yang<span> </span>berkaitan<span> </span>dengan<span> </span>Hak<span> </span>UU 40/1999: PERS </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">HOP Itjen Dep. Kimpraswil<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">11/11 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Jawab,<span> </span>Hak<span> </span>Koreksi<span> </span>dan<span> </span>dugaan<span> </span>pelanggaran<span> </span>terhadap<span> </span>Kode<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Etik Jurnalistik. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Ayat 3 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Cukup jelas </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Ayat 4 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Cukup jelas </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Ayat 5 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Cukup jelas </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Ayat 6 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Cukup jelas </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Ayat 7 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Cukup jelas </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 16 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Cukup jelas </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 17 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Ayat 1 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Cukup jelas </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Ayat 2 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Untuk<span> </span>melaksanakan<span> </span>peran<span> </span>serta<span> </span>masyarakat<span> </span>sebagaimana<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">dimaksud<span> </span>dalam<span> </span>ayat<span> </span>ini<span> </span>dapat<span> </span>dibentuk<span> </span>lembaga<span> </span>atau<span> </span>organisasi<span> </span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">pemantau media (media watch). </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 18 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Ayat 1 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Cukup jelas </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Ayat 2 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Dalam<span> </span>hal<span> </span>pelanggaran<span> </span>pidana<span> </span>yang<span> </span>dilakukan<span> </span>oleh<span> </span>perusahaan pers, </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">maka<span> </span>perusahaan<span> </span>tersebut<span> </span>diwakili<span> </span>oleh<span> </span>penanggung<span> </span>jawab sebagaimana </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">dimaksud dalam penjelasan Pasal 12. </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Ayat 3 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Cukup jelas </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 19 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Cukup jelas </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 20 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Cukup jelas </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Pasal 21 </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Cukup jelas </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 3887</span></div>berbagi ilmuhttp://www.blogger.com/profile/15944071354831038903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1951016270917885479.post-36679182104279757022011-06-14T08:13:00.001-07:002011-06-14T08:20:30.505-07:00Sejarah Jurnalistik<m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/--z80Sji6Y4E/Tfd65itm86I/AAAAAAAAABM/ktbvgAdk5OI/s1600/11.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="226" src="http://4.bp.blogspot.com/--z80Sji6Y4E/Tfd65itm86I/AAAAAAAAABM/ktbvgAdk5OI/s320/11.jpg" width="320" /></a></div><br />
<br />
Menurut <u>Onong Uchjana Effendy</u>, kegiatan jurnalistik sudah berlangsung sangat tua, dimulai zaman Romawi Kuno ketika Julius Caesar berkuasa. Waktu itu ia mengeluarkan peraturan agar kegiatan-kegiatan Senat setiap hari diumumkan kepada khalayak dengan ditempel pada semacam papan pengumuman yang disebut dengan <b>Acta Diurna</b>. <br />
Berbeda dengan media berta saat ini yang 'mendatangi' pembacanya, pada waktu itu pembaca yang datang kepada media berita tersebut. Sebagian khalayak yang merupakan tuan tanah/hartawan yang ingin mengetahui informasi menyuruh budak-budaknya yang bisa membaca dan menulis untuk mencatat segala sesuatu yang terdapat pada <b>Acta Diurna</b>. Dengan perantaraan para pencatat yang disebut <b>Diurnarii</b> para tuan tanah dan hartawan tadi mendapatkan berita-berita tentang Senat. <br />
Perkembangan selanjutnya pada <b>Diurnarii</b> tidak terbatas kepada para budak saja, tetapi juga orang bebas yang ingin menjual catatan harian kepada siapa saja yang memerlukannya. Beritanya pun bukan saja kegiatan senat, tetapi juga hal-hal yang menyangkut kepentingan umum dan menarik khalayak. Akibatnya terjadilah persaingan di antara <b>Diurnarii</b> untuk mencari berita dengan menelusuri kota Roma, bahkan sampai keluar kota itu.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-eGsKqINJlcI/Tfd7x_Jgk9I/AAAAAAAAABU/ZOQpfzy8xrs/s1600/jurnalis.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-eGsKqINJlcI/Tfd7x_Jgk9I/AAAAAAAAABU/ZOQpfzy8xrs/s1600/jurnalis.jpg" /></a></div><br />
Persaingan itu kemudian menimbulkan korban pertama dalam sejarah jurnalistik. Seorang Diurnarii bernama <b><u>Julius Rusticus</u></b> dihukum gantung atas tuduhan menyiarkan berita yang belum boleh disiarkan (masih rahasia). Pada kasus itu terlihat bahwa kegiatan jurnalistik di zaman Romawi Kuno hanya mengelola hal-hal yang sifatnya informasi saja. <br />
Tetapi kegiatan jurnalistik tidak terus berkembang sejak zaman Romawi itu, karena setelah Kerajaan Romawi runtuh, kegiatan jurnalistik sempat mengalami kevakuman, terutama ketka Eropa masih dalam masa kegelapan (<i>dark ages</i>). Pada masa itu jurnalistik menghilang. <br />
<i><b>Sumber</b></i>: <i>buku JURNALISTIK BARU karya Sudirman Tebba (kepala diklat dan litbang pemberitaan ANTV). Desember 2005. penerbit Kalam Indonesia. </i><br />
<div class="MsoNormal"><br />
</div>berbagi ilmuhttp://www.blogger.com/profile/15944071354831038903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1951016270917885479.post-88934602278259365052011-06-14T08:08:00.001-07:002011-06-14T08:20:30.509-07:00Teknik Menulis Berita | Berita Opini<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-NkUkjxS-7gw/Tfd5oJgkpeI/AAAAAAAAABI/QEVEA6TguhE/s1600/cov1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://2.bp.blogspot.com/-NkUkjxS-7gw/Tfd5oJgkpeI/AAAAAAAAABI/QEVEA6TguhE/s320/cov1.jpg" width="228" /></a></div><br />
<span style="font-family: Georgia;">Berita opini (opinion news) adalah berita yang berisi pendapat atau gagasan seseorang –biasanya para pakar, cendekiawan, ahli, atau pejabat– mengenai suatu masalah atau peristiwa.</span> <br />
<div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia;"> </span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia;">Rumus atau “format dasar” penulisan leadnya:<br />
:: WHO says WHAT, WHERE, WHEN, WHY, HOW<br />
:: WHAT said by WHO, WHERE, WHEN, WHY, HOW</span></div><strong>Contoh 1:<br />
</strong><span style="font-family: "";">Da’i kondang asal Bandung Ust. Romail Tiyya (WHO) mengajak umat Islam saling tolong dalam kebaikan, kebenaran, dan kesabaran sebagaimana diperintahkan Al-Quran (said WHAT). Ajakan itu dikemukakannya saat memberikan taushiyah dalam Tablig Akbar yang diselenggarakan Dompet Dhuafa Hong Kong di Tenda Putih Victoria Park Hong Kong (WHERE), Ahad (12/12) (WHEN).</span><br />
Menurut Ust. Romail, saling tolong merupakan manifestasi keimanan dan keislaman seseorang. “Umat Islam itu bersaudara hingga wajib hukumnya saling tolong,” ujarnya (WHY) di depan ribuan orang yang memadati Tenda Putih Victoria Park di tengah cuaca dingin (HOW).<br />
Dikatakannya, ….. “….,” ujarnya.<br />
Ia menambahkan, ….. “…..,” katanya.<br />
<strong>Contoh 2:<br />
</strong><span style="font-family: "";">Umat Islam harus saling tolong dalam dalam kebaikan, kebenaran, dan kesabaran sebagaimana diperintahkan Al-Quran (WHAT). Hal itu dikemukakan Da’i kondang asal Bandung Ust. Romail Tiyya (WHO) saat memberikan taushiyah dalam Tablig Akbar yang diselenggarakan Dompet Dhuafa Hong Kong di Tenda Putih Victoria Park Hong Kong (WHERE), Ahad (12/12) (WHEN).</span><br />
Menurut Ust. Romail, saling tolong merupakan manifestasi keimanan dan keislaman seseorang. “Umat Islam itu bersaudara hingga wajib hukumnya saling tolong,” ujarnya (WHY) di depan ribuan orang yang memadati Tenda Putih Victoria Park di tengah cuaca dingin (HOW).<br />
Dikatakannya, ….. “….,” ujarnya.<br />
Ia menambahkan, ….. “…..,” katanya.<br />
<div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia;"> </span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia;">Mudah ‘kan? Ayo, coba! Liput deh tuh khotbah Jumat, misalnya. </span><span lang="FI" style="font-family: Georgia;"> </span></div><div class="MsoNormal"><span lang="FI" style="font-family: Georgia;">Selamat mencoba. </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="FI" style="font-family: Georgia;">Sumber: www.romeltea.com</span></div>berbagi ilmuhttp://www.blogger.com/profile/15944071354831038903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1951016270917885479.post-4290462543287352852011-06-14T08:06:00.001-07:002011-06-14T08:20:30.514-07:00Menulis Artikel | Kaidah dan Teknik<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-V11F3yViVUk/Tfd798dAvbI/AAAAAAAAABY/lxI3fQt3Lls/s1600/handwriting.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="216" src="http://4.bp.blogspot.com/-V11F3yViVUk/Tfd798dAvbI/AAAAAAAAABY/lxI3fQt3Lls/s320/handwriting.jpg" width="320" /></a></div><m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<h2><br />
</h2><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Sastrawan dan budayawan Kuntowijoyo mengatakan, hanya ada tiga cara untuk menjadi penulis, yaitu dengan menulis, menulis, dan menulis. “Awali setiap pagimu dengan menulis,” kata penulis asal Inggris, Gerald Brenan (1894-1987). “Itu akan membuatmu jadi seorang penulis.”</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Penulis Amerika Serikat Getrude Stein (1874 –1946) mendefinisikan menulis dengan “menulis adalah menulis menulis adalah menulis adalah menulis adalah… dan seterusnya”. Jadi, cuma satu jalan untuk menjadi penulis, ya… menulis! Masa berenang…!</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Menulis itu sebenarnya tidak perlu terlalu banyak “teori”, menulis sajalah seperti Anda berbicara. Namun, untuk menjadi penulis yang baik dan benar, tentu ada syaratnya. Untuk menjadi penulis yang “baik dan benar”, setidaknya diperlukan tiga hal:</span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Suka membaca</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">. Dengan rajin membaca Anda akan memiliki wawasan luas. Untuk bisa menulis, dibutuhkan wawasan. Wawasan kita akan berkembang dengan banyak membaca. Bukan saja membaca koran, majalah, atau buku, tapi juga “membaca fenomena” atau setiap kejadian di sekitar kita.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kuasai Tata Bahasa</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">. Menulis berbeda dengan berbicara. Menulis menggunakan bahasa tulisan, struktur kalimat harus diperhatikan, misalnya subjek predikat, kata kerja – kata benda. Sedangkan kalau berbicara menggunakan bahasa lisan. Asalkan dimengerti, orang tidak akan peduli soal stuktur atau ejaan. Tapi dalam bahasa tulisan, salah titik-koma saja bisa jadi masalah. So, jangan sepelekan pelajaran bahasa Indonesia dan EYD-nya.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Sabar</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">. Menulis adalah proses, butuh waktu dan ketekunan. Ada tahapan yang harus dilalui yang butuh perjuangan. Setiap perjuangan butuh pengorbanan. Pengorbanan dalam menulis adalah bersikap sabar.</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Teknik Menulis<br />
</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Menulis adalah sebuah proses, ada tahap yang harus dilalui. Ini juga menunjukkan, menulis itu “kerja intelektual”, harus mikir, karenanya… butuh kesabaran!</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Ada empat tahap yang harus dilalui dalam menulis: prewriting (pra-menulis), drafting (penulisan naskah awal), revising (perbaikan), and editing (koreksi naskah dan substansi).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">1. Prewriting</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> –adalah proses berpikir untuk menentukan tujuan tulisan, menyesuaikan gaya bahasa dan bahasan dengan pembaca, memilih topik.</span></div><ul type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tentukan tujuan! Tujuan menulis ada tiga: menyampaikan informasi (to inform), menghibur (to entertain), atau untik mengajak/mempenharuhi (to persuade).</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Perhatikan pembaca Anda! Pikirkan, untuk siapa Anda menulis atau siapa yang akan membaca tulisan Anda. Tulisan buat dibaca teman-teman Anda, gunakan gaya bahasa dan ungkapan-ungkapan yang biasa Anda kemukakan ketika ngobrol dengan mereka!</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tentukan topik! Apa yang mau Anda bahas atau kemukakan dalam tulisan itu. Temukan ide utama (main idea), persempit (narrow yout topic), dan temukan poinnya atau intinya.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kumpulan Referensi. Kumpulkan data ataupun informasi yang cukup untuk mengembangkan topik Anda dan membangun tulisan. Galilah informasi dan data yang diperlukan dari berbagai sumber, misalnya dari bahan-bahan tulisan orang lain di majalah, koran dan buku-buku, percakapan dengan kawan atau ahli, observasi lapangan, ataupun contoh-contoh dari pengalaman pribadi. Jangan lupa: baca semua referensi yang ada dan pahami! Lalu catat atau beri tanda bahan yang sekiranya akan Anda kutip!</span></li>
</ul><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">2. Outlining </span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">— Setelah topik dipilih, referensi dikumpulkan dan dibaca, saatnya Anda membuat garis besar tulisan (outline). Rapikan poin-poin bahasan, mulai pendahuluan, “jembatan” menuju bahasa utama (bridging), dan pokok-pokok bahasan (subjudul).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Guna menyusun oultine, perhatikan, anatomi atau stuktir sebuah artikel berikut ini:</span></div><ul type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Head – judul tulisan</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">By Name – nama penulis</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Intro – lead atau bagian pembuka tulisan (opening), bisa berupa kutipan pendapat orang, kutipan atau ringkasan berita aktual, atau kutipan pepatah dan peristiwa.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Bridge – jembatan, penghubung antara intro dengan isi tulisan. Bisa berupa pertanyaan atau pengantar menuju isi tulisan.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Body — isi tulisan, biasanya dibagi menjadi dua atau tiga subjudul.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Closing — penutup, bisa berupa kesimpulan atau pertanyaan tanpa jawaban.</span></li>
</ul><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">2. Writing – Drafting or Composing the First Draft.</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> Mulailah menulis dengan menulis naskah pertama, naskah kasar. Tulislah dulu apa yang ada di kepala, yang ingat, semuanya! Jangan dulu melihat referensi data data. Bahkan, lupakan dulu semua “teori menulis”!</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Selain itu, tak perlu perhatikan soal ejaan atau kata/kalimat baku dalam tahap “menulis bebas” (free writing) ini. Menulis sajalah, tuliskan semua yang Anda tahu dan pikirkan tentang topik yang sudah ditentukan!</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">3. Rewriting – The Revising Stage.</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> Menulis ulang atau memperbaiki naskah awal tadi, sesuaikan dengan outline. Perhatikan judul, harus benar-benar mewakili isi naskah. Perbaiki kesalahan kata, kalimat, atau ejaan. Hindari pengulangan kalimat.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Terpenting, pastikan tulisan Anda jelas dan mudah dimengerti. Pastikan, Anda sudah menulis kalimat dengan benar, efektif, dan jelas. Pastikan juga setiap paragraf nyambung dengan topik yang dibahas. Last not least, dapatkah pembaca memahami isi dan maksud tulisan Anda?</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">4. Editing — Correcting the Final Version</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">. Inilah tahap “finishing touch” sebelum tulisan Anda dipublikasikan atau dikirimkan. Koreksi setiap kata! Juga tanda-tanda baca, seperti titik-koma.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Jangan lupakan, tuliskan nama dan identitas diri Anda sebagai penulis naskah tersebut. Cantumkan nama Anda di bawah judul, dan identitas Anda di akhir naskah. (www.romeltea.com).* </span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div>berbagi ilmuhttp://www.blogger.com/profile/15944071354831038903noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1951016270917885479.post-58303299163065400552011-06-14T08:05:00.003-07:002011-06-14T08:20:30.520-07:00Dasar-Dasar Jurnalistik<m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-pQrQY-LrBYo/Tfd7f8RoewI/AAAAAAAAABQ/9uVrIe_zZj4/s1600/ari.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="238" src="http://2.bp.blogspot.com/-pQrQY-LrBYo/Tfd7f8RoewI/AAAAAAAAABQ/9uVrIe_zZj4/s320/ari.gif" width="320" /></a></div><br />
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pengertian Jurnalistik</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pengertian istilah jurnalistik dapat ditinjau dari tiga sudut pandang: harfiyah, konseptual, dan praktis.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Secara harfiyah, jurnalistik (<i>journalistic</i>) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya “jurnal” (<i>journal</i>), artinya laporan atau catatan, atau <i>“jour”</i> dalam bahasa Prancis yang berarti “hari” (<i>day</i>). Asal-muasalnya dari bahasa Yunani kuno, <i>“du jour”</i> yang berarti hari, yakni kejadian hari ini yang diberitakan dalam lembaran tercetak.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Secara konseptual, jurnalistik dapat dipahami dari tiga sudut pandang: sebagai proses, teknik, dan ilmu.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">1. Sebagai proses, jurnalistik adalah “aktivitas” mencari, mengolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media massa. Aktivitas ini dilakukan oleh wartawan (jurnalis).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">2. Sebagai teknik, jurnalistik adalah “keahlian” (<i>expertise</i>) atau “keterampilan” (<i>skill</i>) menulis karya jurnalistik (berita, artikel, feature) termasuk keahlian dalam pengumpulan bahan penulisan seperti peliputan peristiwa (reportase) dan wawancara.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">3. Sebagai ilmu, jurnalistik adalah “bidang kajian” mengenai pembuatan dan penyebarluasan informasi (peristiwa, opini, pemikiran, ide) melalui media massa. Jurnalistik termasuk ilmu terapan (<i>applied science</i>) yang dinamis dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dan dinamika masyarakat itu sendiri. Sebaga ilmu, jurnalistik termasuk dalam bidang kajian ilmu komunikasi, yakni ilmu yang mengkaji proses penyampaian pesan, gagasan, pemikiran, atau informasi kepada orang lain dengan maksud memberitahu, mempengaruhi, atau memberikan kejelasan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Secara praktis, jurnalistik adalah proses pembuatan informasi atau berita (<i>news processing</i>) dan penyebarluasannya melalui media massa. Dari pengertian kedua ini, kita dapat melihat adanya empat komponen dalam dunia jurnalistik: informasi, penyusunan informasi, penyebarluasan informasi, dan media massa.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Informasi : News & Views</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Informasi adalah pesan, ide, laporan, keterangan, atau pemikiran. Dalam dunia jurnalistik, informasi dimaksud adalah <i>news</i> (berita) dan <i>views</i> (opini).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Berita adalah laporan peristiwa yang bernilai jurnalistik atau memiliki nilai berita (<i>news values</i>) –aktual, faktual, penting, dan menarik. Berita disebut juga “informasi terbaru”. Jenis-jenis berita a.l. berita langsung (<i>straight news</i>), berita opini (<i>opinion news</i>), berita investigasi (<i>investigative news</i>), dan sebagainya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Views adalah pandangan atau pendapat mengenai suatu masalah atau peristiwa. Jenis informasi ini a.l. kolom, tajukrencana, artikel, surat pembaca, karikatur, pojok, dan esai.</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Ada juga tulisan yang tidak termasuk berita juga tidak bisa disebut opini, yakni feature, yang merupakan perpaduan antara <i>news</i> dan <i>views. </i>Jenis feature yang paling populer adalah feature tips (<i>how to do it feature</i>), feature biografi, feature catatan perjalanan/petualangan, dan feature human interest.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Penyusunan Informasi</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Informasi yang disajikan sebuah media massa tentu harus dibuat atau disusun dulu. Yang bertugas menyusun informasi adalah bagian redaksi (<i>Editorial Department</i>), yakni para wartawan, mulai dari Pemimpin Redaksi, Redaktur Pelaksana, Redaktur Desk, Reporter, Fotografer, Koresponden, hingga Kontributor.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pemred hingga Koresponden disebut wartawan. Menurut UU No. 40/1999, wartawan adalah “orang yang melakukan aktivitas jurnalistik secara rutin”. Untuk menjadi wartawan, seseorang harus memenuhi kualifikasi berikut ini:</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">1. Menguasai teknik jurnalistik, yaitu <i>skill</i> meliput dan menulis berita, feature, dan tulisan opini.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">2. Menguasai bidang liputan (<i>beat</i>).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">3. Menguasai dan menaati Kode Etik Jurnalistik.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Teknis pembuatannya terangkum dalam konsep proses pembuatan berita (<i>news processing</i>), meliputi:</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">1. News Planning = perencanaan berita. Dalam tahap ini redaksi melakukan Rapat Proyeksi, yakni perencanaan tentang informasi yang akan disajikan. Acuannya adalah visi, misi, rubrikasi, nilai berita, dan kode etik jurnalistik. Dalam rapat inilah ditentukan jenis dan tema-tema tulisan/berita yang akan dibuat dan dimuat, lalu dilakukan pembagian tugas di antara para wartawan.</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">2. News Hunting = pengumpulan bahan berita. Setelah rapat proyeksi dan pembagian tugas, para wartawan melakukan pengumpulan bahan berita, berupa fakta dan data, melalui peliputan, penelusuran referensi atau pengumpulan data melalui literatur, dan wawancara.</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">3. News Writing = penulisan naskah. Setelah data terkumpul, dilakukan penulisan naskah.</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">4. News Editing = penyuntingan naskah. Naskah yang sudah ditulis harus disunting dari segi redaksional (bahasa) dan isi (substansi). Dalam tahap ini dilakukan perbaikan kalimat, kata, sistematika penulisan, dan substansi naskah, termasuk pembuatan judul yang menarik dan layak jual serta penyesuaian naskah dengan space atau kolom yang tersedia.</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Setelah keempat proses tadi dilalui, sampailah pada proses berikutnya, yakni proses pracetak berupa <i>Desain Grafis,</i> berupa lay out (tata letak), artistik, pemberian ilustrasi atau foto, desain cover, dll. Setelah itu langsung ke percetakan (<i>printing process</i>).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Penyebarluasan Informasi</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Yakni penyebarluasan informasi yang sudah dikemas dalam bentuk media massa (cetak). Ini tugas bagian marketing atau bagian usaha (<i>Business Department</i>) –sirkulasi/distribusi, promosi, dan iklan. Bagian ini harus menjual media tersebut dan mendapatkan iklan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Media Massa</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Media Massa (<i>Mass Media</i>) adalah sarana komunikasi massa (<i>channel of mass communication</i>). Komunikasi massa sendiri artinya proses penyampaian pesan, gagasan, atau informasi kepada orang banyak (publik) secara serentak.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Ciri-ciri (karakteristik) medi massa adalah disebarluaskan kepada khalayak luas (publisitas), pesan atau isinya bersifat umum (universalitas), tetap atau berkala (periodisitas), berkesinambungan (kontinuitas), dan berisi hal-hal baru (aktualitas).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Jenis-jenis media massa adalah Media Massa Cetak (<i>Printed Media</i>), Media Massa Elektronik (<i>Electronic Media</i>), dan Media Online (Cybermedia). Yang termasuk media elektronik adalah radio, televisi, dan film. Sedangkan media cetak –berdasarkan formatnya— terdiri dari koran atau suratkabar, tabloid, newsletter, majalah, buletin, dan buku. Media Online adalah website internet yang berisikan informasi- aktual layaknya media massa cetak.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Produk Utama Jurnalistik: Berita</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Aktivitas atau proses jurnalistik utamanya menghasilkan berita, selain jenis tulisan lain seperti artikel dan feature.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Berita adalah laporan peristiwa yang baru terjadi atau kejadian aktual yang dilaporkan di media massa.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tahap-tahap pembuatannya adalah sebagai berikut:</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">1. Mengumpulkan fakta dan data peristiwa yang bernilai berita –aktual, faktual, penting, dan menarik—dengan “mengisi” enam unsur berita 5W+1H (What/Apa yang terjadi, Who/Siapa yang terlibat dalam kejadian itu, Where/Di mana kejadiannya, When/Kapan terjadinya, Why/Kenapa hal itu terjadi, dan How/Bagaimana proses kejadiannya)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">2. Fakta dan data yang sudah dihimpun dituliskan berdasarkan rumus 5W+1H dengan menggunakan <b>Bahasa Jurnalistik</b> –spesifik= kalimatnya pendek-pendek, baku, dan sederhana; dan komunikatif = jelas, langsung ke pokok masalah (<i>straight to the point</i>), mudah dipahami orang awam.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">3. Komposisi naskah berita terdiri atas: <i>Head</i> (Judul), <i>Date Line</i> (Baris Tanggal), yaitu nama tempat berangsungnya peristiwa atau tempat berita dibuat, plus nama media Anda, <i>Lead</i> (Teras) atau paragraf pertama yang berisi bagian paling penting atau hal yang paling menarik, dan <i>Body</i> (Isi) berupa uraian penjelasan dari yang sudah tertuang di <i>Lead</i>.</span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div>berbagi ilmuhttp://www.blogger.com/profile/15944071354831038903noreply@blogger.com0