Newest Posting

Site Info

Selasa, 14 Juni 2011

Tips Menulis Peature


Feature
Feature adalah artikel yang kreatif, kadang kadang subyektif, yang terutama dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi in-formasi kepada pembaca tentang suatu kejadian, keadaan atau aspek kehidupan. Feature memungkinkan reporter ‘’menciptakan’’ sebuah cerita. Meskipun masih diikat etika bahwa tulisan harus akurat karangan fiktif dan khayalan tidak boleh, reporter bisa mencari feature dalam pikirannya, setelah mengadakan penelitian terhadap gagasannya itu, ia menulis.
Secara kasar karya jurnalistik bisa dibagi menjadi tiga, pertama stright/spot News berisi materi penting yang harus segera dilaporkan kepada publik (sering pula disebut breaking news) Kedua, news feature, memanfaatkan materi penting pada spot news, umumnya dengan memberikan unsur human/manusiawi di balik peristiwa yang hangat terjadi atau dengan memberikan latarbelakang (konteks dan perspektif) melalui interpretasi.Dan ketiga, feature bertu-juan untuk menghibur melalui penggunaan materi yang menarik tapi tidak selalu penting.
Dalam persaingan media yang kian ketat tak hanya antar media cetak tapi juga antara media cetak dengan televisi, straight/spot news seringkali tak terlalu me-mu-askan. Spot news cenderung hanya berumur sehari untuk kemudian dibuang, atau bahkan beberapa jam di te-levisi. Spot news juga cenderung menekankan seka-dar unsur elementer dalam berita, namun melupakan back-ground. Kita memerlukan news feature, perkawinan an-tara spot news dan feature. Karena tradisi ini relatif baru, kita perlu terlebih dulu memahami apa unsur-unsur dan aspek mendasar dari feature.
  1. a. Subyektifitas
Beberapa feature ditulis dalam bentuk ‘’aku’’, sehingga memungkinkan reporter memasukkan emosi dan piki-rannya sendiri. Meskipun banyak reporter, yang dididik dalam reporting obyektif, hanya memakai teknik ini bila tidak ada pilihan lain, hasilnya enak dibaca. Tapi, reporter-reporter muda harus awas terhadap cara seperti itu. Kesalahan umum pada reporter baru adalah kecenderungan untuk menonjolkan diri sendiri lewat pe-nulisan dengan gaya ‘’aku’’. Kebanyakan wartawan ka-wakan memakai pedoman ini: ‘’Kalau Anda bukan tokoh utama, jangan sebut-sebut Anda dalam tulisan Anda.’’
  1. b. Informatif
Feature, yang kurang nilai beritanya, bisa memberikan informasi kepada masyarakat mengenai situasi atau aspek kehidupan yang mungkin diabaikan dalam penu-lisan berita biasa di koran. Misalnya tentang sebuah Mu-seum atau Kebun Binatang yang terancam tutup. Aspek informatif mengenai penulisan feature bisa juga dalam bentuk-bentuk lain. Ada banyak feature yang enteng-enteng saja, tapi bila berada di tangan penulis yang baik, feature bisa menjadi alat yang ampuh. Feature bisa menggelitik hati sanubari manusia untuk menciptakan perubahan konstruktif.
  1. c. Menghibur
Dalam 20 tahun terakhir ini, feature menjadi alat penting bagi surat-kabar untuk bersaing dengan media elektronika. Reporter suratkabar mengakui bahwa me-reka tidak akan bias ‘’mengalahkan’’ wartawan radio dan televisi untuk lebih dulu sampai ke masyarakat. War-tawan radio dan TV bias mengudarakan cerita besar hanya dalam beberapa menit setelah mereka tahu. Se-mentara itu wartawan koran sadar, bahwa baru beberapa jam setelah kejadian, pembacanya baru bisa tahu sesuatu kejadian  setelah koran diantar.
Wartawan harian, apalagi majalah, bisa mengalahkan radio dan TV, dengan cerita eksklusif. Tapi ia juga bisa membuat versi yang lebih mendalam (in depth) menge-nai cerita yang didengar pembacanya dari radio. Dengan patokan seperti ini dalam benaknya, reporter selalu mencari feature, terhadap berita-berita yang paling hangat. Cerita feature biasanya eksklusif, sehingga tidak ada kemungkinan dikalahkan oleh radio dan TV atau koran lain.
Feature memberikan variasi terhadap berita-berita ru-tin seperti pembunuhan, skandal, bencana dan perten-tangan yang selalu menghiasi kolom-kolom berita, feature bias membuat pembaca tertawa tertahan.
Seorang reporter bisa menulis ‘’cerita berwarna-warni’’ untuk menangkap perasaan dan suasana dari sebuah peristiwa. Dalam setiap kasus, sasaran utama adalah bagaimana menghibur pembaca dan memberikan kepadanya hal-hal yang baru dan segar.
  1. d. Awet
Menurut seorang wartawan kawakan, koran kemarin hanya baik untuk bungkus kacang. Unsur berita yang se-muanya penting luluh dalam waktu 24 jam. Berita mudah sekali ‘’punah’’, tapi feature bisa disimpan berhari, ber-minggu, atau berulan bulan. Koran-koran kecil sering membuat simpanan ‘’naskah berlebih’’ kebanyakan feature. Feature ini diset dan disimpan di ruang tata mu-ka, karena editor tahu bahwa nilai cerita itu tidak akan musnah dimakan waktu. Dalam kacamata reporter, feature seperti itu mem-punyai keuntungan lain. Tekanan deadline jarang, sehi-ngga ia bisa punya waktu cukup untuk mengadakan riset secara cermat dan menulisnya kembali sampai mem-punyai mutu yang tertinggi.
Sebuah feature yang mendalam memerlukan waktu cu-kup. Profil seorang kepala polisi mungkin baru bisa dipe-roleh setelah wawan-cara dengan kawan-kawan seker-janya, keluarga, musuh-musuhnya dan kepala polisi itu sendiri. Diperlukan waktu juga untuk mengamati tabiat, reaksi terhadap keadaan tertentu perwira itu.
Singkat kata, berbeda dengan berita, tulisan feature memberikan penekanan yang lebih besar pada fakta-fakta yang penting, fakta-fakta yang mungkin merang-sang emosi (menghibur, memunculkan empati, disampil tetap tidak meninggalkan unsure informatifnya). Karena penakanan itu, tulisan feature sering disebut kisah hu-man interest atau kisah yang berwarna (colourful).
Teknik penulisan feature
Jika dalam penulisan berita yang diutamakan ialah pe-ngaturan fakta-fakta, maka dalam penulisan feature kita dapat memakai teknik ‘’mengisahkan sebuah cerita’’. Memang itulah kunci perbedaan anta-ra berita ‘’keras’’ (spot news) dan feature. Penulis feature pada hakikatnya adalah seorang yang berkisah. Penulis melukis gambar dengan kata-kata: ia meng-hidupkan imajinasi pembaca; ia menarik pembaca agar masuk ke dalam cerita itu dengan membantunya mengidentifikasikan diri dengan tokoh utama.
Penulis feature untuk sebagian besar tetap menggu-nakan penulisan jurnalistik dasar, karena ia tahu bahwa teknik-teknik itu sangat efektif untuk berkomunikasi. Tapi bila ada aturan yang mengurangi kelinca-hannya untuk mengisahkan suatu cerita, ia segera menerobos aturan itu. ‘’Piramida terbalik’’ (susunan tulisan yang meletakkan informasi-informasi pokok di bagian atas, dan informasi yang tidak begitu penting di bagian bawah – hingga mu-dah untuk dibuang bila tulisan itu perlu diperpendek) se-ring ditinggalkan.
Jenis-jenis Feature
Feature kepribadian
Profil mengungkap manusia yang menarik. Misalnya, tentang seseorang yang secara dra-matik, melalui ber-bagai liku-liku, kemudian mencapai ka-rir yang istimewa dan sukses atau menjadi terkenal ka-rena kepribadian mereka yang penuh warna. Agar efektif, profil seperti ini harus lebih dari sekadar daftar pen-capaian dan tanggal tanggal penting dari kehidupan si individu. Profil harus bisa mengung-kap karakter manusia itu.
Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan, penulis feature tentang pribadi seperti ini seringkali harus meng-amati subyek mereka ketika bekerja; mengunjungi ru-mah mereka dan mewawancara teman-teman, kerabat dan kawan bisnis mereka. Profil yang komplit sebaiknya disertai kutipan-kutipan si subyek yang bisa menggam-barkan dengan pas karakternya. Profil yang baik juga bisa memberikan kesan pada pembacanya bahwa me-reka telah bertemu dan berbicara dengan sang tokoh.
Banyak sumber yang diwawancara mungkin mengungkap rahasia pribadi atau anekdot tentang si subyek. Tapi, banyak sumber lebih suka meminta agar identitasnya dirahasiakan. Informasi sumber-sumber itu penting untuk emberikan balans dalam penggambaran si tokoh.
Feature sejarah
Feature sejarah memperingati tanggal-tanggal dari pe-ristiwa penting, seperti proklamasi kemerdekaan, pem-boman Hiroshima atau pem-bunuhan jenderal-jenderal revolusi. Koran juga sering menerbitkan feature peri-ngatan 100 tahun lahir atau meninggalnya seorang tokoh.
Kisah feature sejarah juga bisa terikat pada peristiwa-peristiawa mutakhir yang memangkitkan minat dalam topik mereka. Jika musibah gunung api terjadi, koran sering memuat peristiwa serupa di masa lalu. Feature sejarah juga sering melukiskan landmark (monumen/gedung) terkenal, pionir, filosof, fasilitas hiburan dan me-dis, perubahan dalam komposisi rasial, pola perumahan, makanan, industri, agama dan kemakmuran.
Feature petualangan
Feature petualangan melukiskan pengalaman-pe-ngalaman istimewa dan mencengangkan mungkin pengalaman seseorang yang selamat dari sebuah ke-celakaan pesawat terbang, mendaki gunung, berlayar keliling dunia pengalaman ikut dalam peperangan.
Feature musiman
Reporter seringkali ditugasi untuk menulis feature tentang musim dan liburan, tentang Hari Raya, Natal, dan musim kemarau. Kisah seperti itu sangat sulit ditulis, karena agar tetap menarik, reporter harus menemukan angle atau sudut pandang yang segar.
Feature Interpretatif
Feature dari jenis ini mencoba memberikan deskripsi dan penjelasan lebih detil terhadap topik-topik yang telah diberitakan. Feature interpretatif bisa menyajikan sebu-ah organisasi, aktifitas, trend atau gagasan tertentu. Mi-salnya, setelah kisah berita menggambarkan aksi tero-risme, feature interpretatif mungkin mengkaji identitas, taktik dan tujuan terorisme. Berita memberikan gagasan bagi ribuan feature semacam ini. Setelah perampokan bank, feature interpretatif bisa saja menyajikan tentang latihan yang diberikan bank kepada pegawai untuk me-nangkal perampokan.
Feature kiat (how-to-do-it feature)
Feature ini berkisah kepada pembacanya bagaimana melakukan sesuatu hal: bagaimana membeli rumah, menemukan pekerjaan, bertanam di kebun, mereparasi mobil atau mempererat tali perkawinan. Kisah seperti ini seringkali lebih pendek ketimbang jenis feature lain dan lebih sulit dalam penulisannya. Re-porter yang belum berpengalaman akan cenderung men-ceramahi atau mendikte pembaca — memberikan opini mereka sendiri  bukannya mewawancara sumber ahli dan memberikan advis detil dan faktual.
Tips Singkat Menulis Features
Menulis features seperti halnya menulis karya nonfiksi lainnya, seperti artikel, esai, laporan penelitian, dsb. Ia tetap ditulis dengan menggunakan data atau referensi. Namun, ia sangat berbeda dengan berita lempang (hard news) di surat kabar. Features cenderung dipaparkan secara hidup sebagai pengungkapan daya kreativitas, kadang-kadang dengan sentuhan subjektivitas si penulis terhadap peristiwa, situasi, dsb.
Dalam bukunya Features Writing for Newspaper (1975), DR Williamson berujar, features ialah tulisan kreatif yang terutama dirancang guna memberi informasi sambil menghibur tentang suatu kejadian situasi, atau aspek kehidupan seseorang. Dengan demikian, features bisa dianggap tulisan yang lebih ringan dibandingkan dengan berita atau artikel opini. Kekhasan features terletak pada empat point:
• Kreativitas (dalam hal menciptakannya),
• Informatif (dalam hal isinya),
• Menghibur (dalam hal gaya penulisannya), dan
• Boleh subjektif (dalam hal cara penuturannya).
Jenis-jenis Features dalam Surat Kabar
Features yang ditulis di surat kabar sangat beragam. Paling sedikit, ada tiga macam features, yakni (1) features berita (news features), (2) feature ilmu pengetahuan (science feature), dan (3) features minat manusia (human interest features).
Pertama, features berita biasanya muncul bersamaan dengan terjadinya suatu peristiwa. Dalam hal ini, news features lebih membicarakan kejadian dari peristiwa tersebut dengan disertai proses timbulnya kejadian itu.
Kedua, features ilmu pengetahuan biasanya dikemukakan dengan cukup berbobot. Ciri tulisan ini ditandai oleh kedalaman pembahasan dan objektivitas pandangan yang dikemukakan. Features jenis juga bisa kita baca di beberapa koran dan majalah, seperti Kompas, Tiara, Trubus, Intisari, Info Komputer, dsb.
Ketiga, features minat manusia yakni jenis features yang lebih banyak menuturkan situasi yang menimpa orang, dengan cara penyajian tulisan yang menyentuh hati dan menyentil perasaan.
Mengingat features itu pada dasarnya lebih mengandalkan pada tuturan kejadian, situasi, peristiwa, atau proses juga terjadinya suatu peristiwa, maka dalam menyajikan tulisan, features harus jelas dan juga logis (masuk akal). Selain itu, features janganlah bersifat menggurui dan sejenisnya. Diharapkan, penulisan features akan lebih menarik jika ia dibiarkan bercerita sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
Menulis features pada intinya seperti menulis berita di surat kabar (baca hard news, ‘berita lempang’). Artinya, ia harus mengandung enam unsur berita, yakni (1) What, (2) Who, (3) When, (4) Where, (5) Why, dan (6) How. Rumusan ini biasa disingkat menjadi “5W 1H”. Sebelum kita menginjak ke tahap Penulisan, ada baiknya kita tahu tahap-tahap sebelumnya. Seorang wartawan/penulis yang baik, setidaknya mesti melakukan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Menemukan peristiwa dan jalan cerita,
2. Cek, ricek, dan triple cek jalan cerita,
3. Memastikan sudut berita (point of view),
4. Menentukan lead atau intro/bagian pembuka, dan
5. Menulis berita.
Selain keterampilan memberikan laporan yang bersifat hardnews, seorang jurnalis sebaiknya memiliki kemampuan membuat feature. Jika dalam menyusun laporan yang sifatnya lugas, prinsip 5W 1H menonjol, maka dalam laporan bersifat feature kaidah itu tidak selalu pas.
Berita lebih menekankan kepada angle yang disesuaikan dengan kebijakan editorial, maka laporan yang bersifat feature lebih dalam lagi. Seorang wartawan yang menyusun sebuah feature biasanya memiliki pemahaman yang kuat terhadap kebijakan editorial sebuah surat kabar atau majalah atau media elektronik.
Berita kebakaran misalnya. Dengan mengandalkan prinsip 5W 1 H maka seorang jurnalis tinggal melihat mana angle yang tepat. Apakah dia akan mengangkat gedungnya yang terbakar karena museum? Atau apakah dia akan mengangkat soal korbannya karena dari satu rumah jompo semuanya meninggal dilalap api. Setiap jurnalis akan berbeda dalam mengangkat lead beritanya.
Feature berbeda dengan berita biasa. Di dalam penulisan feature faktor manusiawi lebih menonjol dibandingkan berita yang sifatnya lugas. Berita yang sudah terlambat tetapi layak diangkat lagi, misalnya tingkat pembunuhan di Jakarta, bisa menjadi feature menarik akhir pekan misalnya berdasarkan sedikit riset.
Untuk menulis feature ada beberapa hal penting.
  1. Feature menekankan aspek penyajian yang menyentuh hati, bukan hanya informasi. Sebuah feature yang baik adalah laporan yang disusun berdasarkan konsep untuk memperkuat appeal terhadap pembaca. Nasib naas seorang pemulung yang meninggal ditabrak mobil mewah dimana ternyata dia meninggalkan keluarga dengan anak lima, misalnya, akan menyentuh pembaca untuk membantu keluarga yang ditinggalkannya. Sentuhan terhadap perasaan pembaca ini bisa dimulai dari kalimat pertama. Misalnya, canda dan tawa dua anak dari korban tabrakan itu seolah melupakan duka ayahnya yang tidak bisa ditemui lagi esok harinya. Sudut pandang penulis melihat nasib keluarganya ditambah data statisik mengenai jasa pemulung membersihkan kota Jakarta, contohnya, membuat feature itu akan menarik.
  1. Sajikan fakta-fakta yang kuat. Anda tidak hanya harus membuat feature dengan menyentuh tetapi buatlah fakta dalam konteks yang kuat. Seorang pemulung yang meninggal dalam kecelakaan lalu lintas bisa diangkat sebagai masalah ketidakberdayaan kaum papa di jalan. Berapa korban tabrakan di Jakarta per bulan atau per tahun ? Feature akan memiliki nilai tinggi, meskipun dirangkum dalam dua kalimat. Atau bisa pula berapa pemulung di Jakarta menurut taksiran. Angka-angka akan memperkuat bobot feature.
  1. Selain menempatkan kasus dalam konteks lebih luas, feature juga sebaiknya penuh dengan warna. Percakapan, cerita dan penuturan yang mengalir merupakan kunci penting menuangkan sebuah karya jurnalistik dalam bentuk feature. Dalam kasus pemulung yang meninggal tadi, jika penulisnya turun ke jalan berbincang dengan keluarga dan kerabat serta rekan-rekannya, maka percakapan itu akan berarti banyak dalam mengekspresikan kesedihan mereka. Si pemulung yang meninggal misalnya seorang yang jujur dan sopan. Dia tidak pernah ceroboh di jalan. Beberapa kalimat dari lokasi kejadian akan meningkatkan kualitas feature.
  1. Selain membuka dengan kalimat yang menyedot pembaca masuk ke dalam, jalinlah ceritanya untuk tetap mendorong pembacanya mengikuti sampai akhir. Dengan menuliskan feature mengikuti kaidah cerita maka pembaca dihadapkan pada sebuah kisah kehidupan yang nyata tetapi berwarna di dalamnya. Pembuka yang kuat ditambah dengan tubuh feature yang berwarna disertai penutup yang mengguncangkan pembacanya akan memberikan daya tarik tersendiri feature Anda. Tidak perlu seorang jurnalist menuangkan dengan kata-kata yang superlatif, cukup menulis fakta, menyampaikan ekspresi keluarga dan kerabat korban dan diakhiri dengan beratnya perjuangan hidup pemulung di tengah bahaya lalu lintas, akan menjadikan feature tersebut layak dibaca tuntas


Related Articles:

0 komentar:

:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))

Choose Your Languages

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : SHARE